Soloensis

Perbedaan Bahasa merupakan Kekayaan Indonesia

WhatsApp Image 2024-03-30 at 22.18.41

Dialek merupakan logat bahasa yang digunakan oleh sekelompok penutur yang bertujuan untuk membedakan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Dialek merupakan cerminan dari kekayaan budaya daerah di Indonesia. Indonesia mempunyai keanekaragama bahasa yang berbeda-beda, keanekaragaman bahasa tidak hanya merupakan alat berkomunikasi, akan tetapi merupakan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang di masa depan kelak. Contoh dialek yang ada di Indonesia meliputi dialek Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Batak, Bahasa Jawa, dan masih banyak lagi. Salah satu dialek tersebut, yaitu dialek Bahasa Jawa dapat di klasifikasikan lagi dengan dialek daerahnya sendiri-sendiri, seperti dialek Bahasa Jawa Solo, dialek Bahasa Jawa Jogja, dialek Bahasa Jawa Semarang, dialek Bahasa Jawa Surabaya, dialek Bahasa Jawa Banyumasan (Ngapak), dll. Dialek-dialek Bahasa Jawa tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri, dialek Bahasa Jawa Solo yang terkenal dengan bahasa yang halus, dialek Bahasa Jawa Surabaya yang terkenal dengan bahasa yang menggunakan nada tinggi, dialek Bahasa Jawa Banyumasan (Ngapak) dikenal dengan dialek yang unik dikarenakan gaya bicara yang cepat serta bahasa nya berbeda dengan dialek yang lainnya, seperti kata ‘lagi’ yang di daerah Solo artinya ‘meneh’, di daerah Surabaya artinya ‘maneh’, di daerah Banyumas artinya ‘maning’.

Bahasa Jawa memang mempunyai banyak kosa kata, seperti kata ‘makan’ dapat diartikan dengan ‘mangan’ (makan), ‘madhang’ (makan), ‘dhahar’ (makan, berbahasa jawa krama), nguntal’(makan dengan tanpa mengunyah, tetapi  bahasa ini cukup kasar), ‘mbadok’ (makan terus menerus, bahasa ini cukup kasar), ‘gayemi’ (makan seperti sapi, mengunyah terus menerus), ‘ngemplok’ (makan tanpa menggunakan sendok), ‘nyendok’ (makan menggunakan sendok), ‘muluk’ (makan menggunakan tangan), ‘nglethis’ (makan cemilan seperti rengginang), ‘ganyang’ (makan lauk tanpa nasi), ‘gado’ (makan lauk tanpa nasi). Kata ‘jatuh’ dapat diartikan dengan ‘tiba’ (jatuh), ‘jlungup’ (jatuh ke depan), ‘jungkel’ (jatuh terjungkal), ‘geblak’ (jatuh kebelakang), ‘kesandhung’ (jatuh karena kaki bagian bawah terhambat oleh benda keras), ‘kepleset’ (jatuh karena lantai licin), ‘kesrimpet’ (jatuh karena kaki terhambat oleh benda lentur), ‘kejiret’ (jatuh karena kaki terhambat oleh tali), ‘kejeglong’ (jatuh karena adanya lubang). Dari kosa kata tersebut dapat kita ketahui bahwa penggunaan bahasa di dalam dialek Bahasa Jawa tersebut menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Dialek bisanya lebih sering digunakan oleh orang-orang pada daerahnya sendiri untuk berkomunikasi sehari-hari. Kebiasaan penggunaan dialek tersebut membuat orang-orang yang berbeda daerah sulit untuk memahami arti dari bahasa tersebut sehingga dapat mengakibatkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Selain itu, perbedaan bahasa juga berpengaruh dalam pendidikan, seperti siswa yang berasal dari Jakarta pindah ke Solo dan menempuh pendidikan di Solo. Mata pelajaran yang ada dalam satuan pendidikan di Jawa Tengah terdapat mata pelajaran Bahasa Jawa, sedangkan siswa yang pindah dari Jakarta tersebut tentunya tidak mampu Bahasa Jawa, jadi akan sulit untuk memahami dan mempelajari mata pelajaran Bahasa Jawa tersebut.

Akan tetapi, adapun sisi positif dari keberanekaragaman bahasa tersebut yaitu pertama, kita dapat menambah wawasan kita mengenai kosa kata dialek daerah tertentu sehingga kosa kata yang kita miliki tidak hanya terbatas di salah satu wilayah saja. Kedua, kita dapat memahami karakteristik dialek daerah lain. Seperti, orang Solo yang berbahasa halus berbicara dengan orang Jawa Timur dengan karakteristik bahasa yang nadanya tinggi. Apabila orang Solo tidak memahami karakteristik bahasa orang Jawa Timur, ketika berkomunikasi pasti orang Solo merasa sakit hati dengan nada tingginya orang Jawa Timur, sedangkan orang Jawa Timur tidak bermaksud untuk membentak, memang seperti itulah karakteristik bahasanya. Ketiga, dari keberanekaragaman bahasa tersebut kita dapat memperluas jaringan sosial kita, karena kita mampu dalam berbahasa dialek daerah lain.

            Setelah memahami kelebihan dan kekurangan keberagaman bahasa di Indonesia, Upaya yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melestarikan dialek-dialek daerah yang ada di Indonesia agar tidak punah, meningkatkan rasa toleransi kita terhadap perbedaan dialek yang ada, serta berkolaborasi antar daerah agar kita dapat mengenal dialek satu dengan dialek daerah yang lainnya. Dengan mengupayakan tersebut kita mampu memanfaatkan kelebihan keberagaman bahasa dengan mengurangi kekurangan yang ada. Keberagaman bahasa adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Maka dari itu, kita sebagai warga negara Indonesia harus dapat menjaga, merawat, dan mempertahankan dialek daerah yang ada di Indonesia.

 

 

Safira Arma Permata, S.Pd.

SMPN 19 Surakarta

089673972054

Armaper26@gmail.com

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment