Soloensis

Jangan Mudah Ditindas Karena Kita Setara

730a3bb1da8b1b1e5c5d2f95ac6b10ef

Saya adalah alumni salah satu sekolah dasar negeri di kabupaten Klaten. Saat saya duduk di bangku sekolah dasar ( SD ), saya memiliki beberapa teman laki-laki. Beberapa dari mereka memiliki volume tubuh yang cenderung lebih besar dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tubuh saya. Beberapa dari mereka juga memiliki kemampuan yang baik dalam permainan fisik atau olahraga, khususnya dalam permainan sepak bola.

Saya sendiri adalah orang yang kurang pandai dalam hal permainan fisik, khususnya permainan seperti sepakbola, voly, dan permainan lain yang sejenis. Atas kekurangan itu saya sering mendapat perlakuan deskriminatif. Saya disebutnya lemah. Ya, seperti yang kita ketahui lah akan disebut laki-laki apabila dekat dengan aktivitas fisik yang menantang.

Tidak ada manusia yang sempurna. Yang kupahami terlepas dari kekurangannya, setiap manusia pasti memiliki kelebihan. Aku bisa dikatakan lemah di bidang olahraga. Akan tetapi, aku memiliki kelebihan di bidang matematika.

Aku tidak pernah membalas cacian dengan cacian. Aku memiliki cara sendiri untuk melawannya. Aku merasa bahwa apa yang mereka lakukan kepadaku adalah cara mereka untuk membuat dirinya terlihat baik dari orang lain.

Seperti yang aku sampaikan sebelumnya. Aku memiliki kelebihan di bidang matematika. Sedangkan teman-temanku kurang di bidang matematika. Mereka bisa mengendalikanku di luar kelas, aku pun bisa mengendalikan mereka di dalam kelas.

Bukan ajang adu kekuatan maupun pasang kesombongan. Melainkan ini adalah caraku memanfaatkan kelebihanku untuk mengendalikan hinaan dari teman-teman yang merasa memiliki kekuatan.

Kalau ingat pada masa itu, aku sendiri masih tidak percaya bisa melakukannya. Tapi aku mampu. Akhirnya teman-teman yang tadinya menghinaku berangsur-angsur menerima keberadaanku. Mereka mengakui aku lemah fisik tapi kuat di otak. Bahkan guruku memberiku julukan kecil-kecil cabai rawit.

Sebelumnya, mereka sangat tidak menghargaiku. Selalu menghina tubuhku yang kecil. Aku sering ditantang berkelahi. Mereka menganggapku tidak bisa berkelahi. Padahal kalua akum au meladeni belum tentu aku kalah dengan salah satu dari mereka. Kadang mereka memaksaku untuk mengerjakan tugas-tuganya. Sebenarnya, aku tidak merasa takut, aku hanya tidak ingin ada keributan yang nantinya akan membawa orang tua. Lagi pula membantu teman tidak ada salahnya. Itung-itung mengajarkan mereka untuk saling menolong.

Seiring berjalannya waktu, mereka berhenti menganggap remeh saya. Nilai matematika saya selalu lebih unggul daripada mereka. Pada waktu itu saya membalas mereka dengan dengan mengejek nilai yang mereka dapatkan. Saya merasa di atas angin. Tapi tidak ada sedikitpun niat saya untuk berlaku sombong.

Entah ada kekuatan dari mana. Kalau diingat pada waktu sekolah dasar dulu lebih banyak yang memusuhiku dibandingka dengan yang menerima. Karena aku berani mereka berhenti.

Kami mulai bersahabat dengan kelebihan dan kekurangan kami masing-masing. Mereka mengakui kelebihanku dan menerima kekuranganku. Demikian denganku. Mereka tidak segan meminta bantuan kepadaku untuk menyelesaikan tugas. Aku pun dengan senang hati membantu mereka. Begitu pula, mereka tidak ada yang keberatan membantuku ketika akua da kesulitan.

Dari pengalaman masa kecilku itu. Aku banyak belajar dan kujadikan pedoma sampai saat ini. Tidak ada manusia sempurna. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak sepantasnya kita merendahkan seseorang karena kelemahannya. Jangan mudah ditindas, karena kita sebenarnya memiliki kekuatan yang tidak dimiliki orang lain.

    Apakah tulisan ini membantu ?