Soloensis

Jembatan Persahabatan

asian-boy-little-girls-sitting-wooden-bridge-joyful-playing-with-banana-leaves-head-smile-laughting-with-funny-together-copy-space-rural-scene-style-concept_1150-55885
Gambar:Freepik

Di sebuah desa kecil yang terletak di antara dua bukit, tinggal dua kelompok warga yang memiliki keyakinan dan kepercayaan yang berbeda. Di satu sisi sungai, terdapat kelompok warga yang menghormati dan memuja matahari sebagai sumber kehidupan. Di sisi lainnya, terdapat kelompok warga yang menjunjung tinggi bulan sebagai lambang kedamaian dan kebijaksanaan.

Kedua kelompok ini hidup dalam keharmonisan, saling menghormati satu sama lain, sampai suatu hari terjadi peristiwa yang mengubah segalanya. Jembatan kecil yang menghubungkan kedua bukit dan memungkinkan pertemuan mereka roboh akibat badai yang melanda. 

Masyarakat di kedua sisi sungai saling menyalahkan satu sama lain karena bencana ini. Perseteruan dan ketegangan mulai tumbuh di antara mereka. Namun, dua anak dari kedua kelompok ini, seorang anak yang menyembah matahari dan seorang anak yang menghormati bulan, memiliki persahabatan yang kuat sejak kecil.

Dengan tulus dan tanpa memandang perbedaan keyakinan, kedua anak ini mulai merencanakan pembangunan kembali jembatan yang roboh. Mereka melibatkan warga dari kedua kelompok, mendorong mereka untuk bekerja bersama, saling menghargai, dan saling memahami. Melalui kerja keras dan semangat kerja sama, jembatan pun berhasil dibangun kembali. Saat jembatan itu selesai, kedua anak itu menyadari bahwa jembatan ini bukan hanya menyambungkan dua bukit, tetapi juga menyatukan dua kelompok warga yang telah terpisah oleh perbedaan.

Jembatan itu menjadi simbol persatuan, saling pengertian, dan keharmonisan. Warga dari kedua kelompok akhirnya menghargai dan merayakan perbedaan mereka, menyadari bahwa kebersamaan jauh lebih kuat daripada perselisihan yang terjadi sebelumnya. Mereka belajar bahwa toleransi, kerja sama, dan persahabatan sejati dapat membangun jembatan untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan semangat dan ketulusan anak-anak, warga kembali hidup dalam damai dan menghargai keberagaman, menjadikan jembatan itu sebagai cermin dari nilai-nilai toleransi yang akan terus dijaga dan dirayakan. 

Sebuah cerita yang mengingatkan kita bahwa toleransi dan persahabatan sejati dapat meleburkan perbedaan, membangun hubungan yang erat, dan membawa kedamaian bagi semua.

Nama :Aira Amay Anbiya

kelas: SMPN 18 Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment