Soloensis

Mengatasi Masalah dengan Ketenangan dan Positif

ethical-dilemma-illustration_23-2148742583
Sumber: Freepik

Hallo, perkenalkan nama saya Alma Hanavia. Saya adalah siswa SMPN 5 Surakarta. Disini saya ingin bercerita tentang pengalaman saya yang menyenggol konsep prasangka. Saya dulu adalah anak yang tidak suka membaca, saya lebih suka mendengarkan dan bercerita dibandingkan membaca. Sebagian besar orang mengira kalau belajar itu adalah membaca, padahal belajar bisa dengan banyak cara.

Dulu Saat saya masih duduk di bangku SD, saya adalah anak yang dapat mempertahankan peringkat tiga besar secara berturut-turut. Nilai saya jarang sekali berada di bawah rata-rata. Namun karena saya selalu peringkat kedua dan kurang dekat dengan guru, saya selalu dibanding bandingkan dengan murid yang peringkat pertama. Si murid peringkat pertama beserta teman temannya selalu diperhatikan, kalau mereka bertanya sesuatu selalu dijawab dengan baik. Sedangkan aku kalau bertanya selalu diomeli terlebih dahulu baru dijawab, malahan kadang aku tidak dapat jawaban. Saya bingung dan kesel waktu itu, kenapa kok saya diperlakukan beda. Padahal saya juga tidak nakal saat masih SD, saya tergolong murid yang rajin dan aktif waktu itu, tapi saya tetap diperlakukan dengan beda. Itulah yang terjadi saat aku masih di bangku kelas 6 SD.

Namun itu belum seberapa guru itu mengejek dan bersikap tidak adil pada saya. Dulu pernah saya diejek dikelas dan semua teman saya tau. Waktu itu saat H- beberapa hari lagi ujian kelulusan. Saat itu masih ulangan untuk latihan, karena masih SD jadi dikoreksi oleh guru. Tiba-tiba Nama ku dipanggil dan saat saya maju untuk mengambil hasil ulangan, saya kaget guru saya bilang seperti ini “MBAK ALMA MBAK ALMA, NILAI SEGINI KOK MEH MASUK SMPN 5 YO MIMPI MBAK MBAKK”. Kelas yang awalnya rame langsung pada diem seketika, temenku langsung pegang tangan ku sambil nenangin aku. Saya sedih waktu itu memangnya saya tidak boleh memiliki harapan.

Saat pulang sekolah saya pun cerita ke ibuk tentang semua yang terjadi di sekolah, saya cerita sambil nangis karena nggak kuat mau ditahan lagi. Lalu ibuk ngomong ke saya “jadikan itu kata kata motivasi penyemangat mu ya, jangan malah nggak semangat harus e tambah semangat belajar ben bisa nyalip seng peringkat satu, okee”. Habis itu saya bertekad untuk bales dendam sama guru itu. Saya belajar dengan giat untuk mengejar prestasi. Hingga hari wisuda pun tiba. Dan ternyata ada jumpscare yaitu saya jadi wisudawati terbaik untuk tahun ajaran 2023/2024. Tidak hanya itu, saya juga berhasil masuk dan menjadi bagian dari siswa SMPN 5 Surakarta.

Akhirnya dendam saya pun terbalaskan. Murid yang dulu selalu diataskan dan dibanggakan. Sekarang lebih bagusan nasib ku. Dan saat cap tiga jari dan ambil ijazah saya bisa tersenyum lebar kepada guru itu kenapa? Yaa karena udah bisa bales dendam jadi wisudawati terbaik tadi. Tapi itu semua tidak akan pernah terjadi kalau tanpa nasehat dari ibu. Dan karena ibu saya tau betapa pentingnya ketenangan.

Sekian temen- temen udah mau baca kisah ku sampai sini. Tidak lain tidak bukan saya mengambil cerita saya ini sebagai pembelajaran untuk temen-temen semua, jika ingin membalas sesuatu tetaplah menggunakan aksi positif yaa. Jika kalian dimaki maki itulah tahap dimana kalian harus bisa membuktikan kalau kita nggak pantes dimaki-maki dan sudah waktunya kita mengupdate diri kita OKEYY SEE YUUU BABAYYY.

 

Nama              : Alma Hanavia

Sekolah           : SMPN 5 Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment