Soloensis

KEADILAN & TOLERANSI PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA

IMG_20230407_093943_584

IMG_20230407_093943_584

 Hallo guyss, perkenalkan nama saya Kamilia Syifa asal saya dari Jawa Tengah, Kabupaten Sukoharjo. Kali ini saya akan menceritakan suatu kisah dan mungkin bisa mewakili para mahasiswa-mahasiswa sekarang. 

Ada suatu mahasiswa perempuan. dia berusia 20 tahun, sekarang sedang berada di suatu Universitas Negeri Surakarta. Dia memiliki keluarga yang perekonomian nya cukup. Ayah nya bekerja sebagai karyawan swasta, Ibu nya hanya ibu rumah tangga saja. 

Dari sini saya akan bercerita, dalam suatu universitas banyak orang yang tidak mengetahui tentang perekonomian suatu orang, bisa dikatakan dia orang yang kaya atau bisa juga dikatakan orang yang kurang mampu. Di dalam universitas negeri tersebut dibilang mempunyai pembayaran yang cukup tinggi, sehingga mahasiswa mahasiswa yang kurang mampu tadi mau meng-demo mengenai penurunan UKT yang mereka miliki. Namun dengan sering adanya perdebatan mengenai penurunan UKT banyak dosen dosen atau jajaran atas yang kurangnya meng toleransi keinginan penurunan tersebut. Dari situ lah banyak sekali mahasiswa yang maju menghadap jajaran atas agar biaya mereka bisa menurun. 

Dari pengalaman saya juga, dalam penurunan UKT emang sangat lah susah, bahkan berkas berkas yang harus diajukan juga harus vailid dan fakta. Dari adanya pengumpulan berkas-berkas disitulah para mahasiswa mulai bersaing untuk mendapatkan keadilan yang bisa disepakati. Waktu itu ada keputusan rector tentang Juknis Finalisasi UKT untuk rujukan bagi siapa yang ingin mengajukan. 

Saya juga memiliki SKTM dan antara berkas-berkas lainnya dalam penyesuaian UKT. Pilihan tersebutlah diambil karena merasa SKTM adalah yang paling sesuai dengan kondisi. Setelah semua berkas sudah diserahkan kepada pihak rector Fakultas, tinggalah tunggu hasil pengumuman finalisasi biaya UKT. Namun hasil yang saya dapat nihil, melainkan untuk teman-teman saya yang mengajukan ada yang diterima. Semula UKT 7 sebesar 3,5 juta turun menjadi UKT 6 3 juta. Dari situlah banyak mahasiswa yang tidak terima dan akhirnya mereka meng-demo besar-besar kehadapan Gedung Rektor Fakultas. 

Menyikapi para mahasiswa yang hasil penyesuaian UKT dirasa tidak sesuai, mungkin menurut para Dekan/Rektor menganggapnya adalah hal biasa. Semua manusia menurut mereka memang selalu punya rasa tidak puas. Mungkin jika terlalu banyak memberikan bantuan kepada mahasiswa, universitas tersebut bisa terancam bangkrut, karena mahasiswa juga tidak pernah berpikir bagaimana program-program kegiatan belajar,Gedung- Gedung baru bisa dibangun. Universitas biasanya juga ada bantuan bantuan semisal bantuan cicilan kuliah atau beasiswa. Kalau perekonomian saya sudah sangat-sangat memburuk dan tidak sanggup untuk mengikuti bantuan cicilan kuliah mungkin saya bisa cuti 1 semester dahulu. 

Sangat tidak disayangkan bukan, maka banyak para remaja yang lulus SMA langsung bekerja padahal mereka pantas untuk melanjutkan Pendidikan yang tinggi. Pemerintah harus bisa mengatasi atas masalah seperti ini, jangan sampai anak anak kecil dan remaja pada umumnya kurang dalam hal Pendidikan. Perlunya toleransi antar kalangan remaja dan anak-anak pula untuk saling membantu teman nya ketika kesusahan dalam Pendidikan, bisa dengan cara membuka taman belajar bersama atau yang lainnya. 

Sekian singkat cerita yang saya sampaikan, berpintar pintarlah dalam mengambil suatu jenjang Pendidikan tinggi, karena itu menyangkut masa depan kalian semua. Janganlah mengecewakan diri sendiri serta orang lain karena manusia makhluk sosial serta saling membantu

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment