Soloensis

Toleransi dan Intoleransi

20230406_194954_0000

    Hai namaku Tika, saya mau menceritakan toleransi dan intoleransi di desaku, yang tempatnya di salah satu dusun di desa Ngargoyoso yang warganya berbeda-beda agama, ada yang Islam,Hindu,dan kristen Kami hidup berdampingan dan rukun tapi setiap orang berbeda-beda karakter, ada yang menjunjung tinggi toleransi ada juga yang intoleransi, saya akan menceritakan yang warganya toleransi terlebih dahulu.

     Di desa ku jarak antar rumah tidak terlalu jauh jadi antar warga saling kenal satu sama lain. Saya beragama Islam. kebetulan rumah saya berhadapan dengan orang yang beragama hindu, ketika Hari Raya Nyepi kemarin tetanggaku yang beragama hindu melaksanakan ibadah nyepi di rumahnya sehingga pas malam hari rumahnya gelap dan ketika siang hari pun sepi, dan tetangga di sampingnya menghormati dengan cara tidak terlalu berisik, sayapun berteman baik dengan anaknya karena kita sudah berteman dari saat kami masih kecil. Rumahnya pun pernah di buat acara halal bi halal desa ketika lebaran.

    Saya juga pernah berteman dekat dengan seseorang yang beragama non muslim yang satu desa, ketika waktu sholat tiba dia kadang mengingatkan saya untuk melaksanakan sholat,kita juga kadang bertukar cerita tentang agama masing-masing. ketika bulan ramadhan dia kadang bangunin saya untuk sahur dan mengucapkan selamat berbuka puasa ketika sudah waktu berbuka tiba.

    Di desa saya itu ada tiga tempat ibadah yaitu masjid al-mukmin,pura agrabadra darma,dan gereja sidang jemaat allah pancaran berkat yang tempatnya saling berdekatan, masjid dan pura saling berdekatan bahkan temboknya pun jadi satu dan gereja di depan masjid dan pura. Ketiga tempat ibadah itu di bangun dengan dana kas desa Ngargoyoso, pengagas tiga tempat ibadah itu adalah bapak Sri Hartono. Dahulu ada wartawan yang meliput tempat itu dan di tayangkan di televisi karena menjadi salah satu potret tempat yang menjunjung toleransi.

    Dan ini cerita warga yang kurang menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama dan toleransi antar warga,kebetulan orang ini rumahnya bersebelahan dengan orang yang non muslim, ketika tetangganya yang non muslim sedang membangun rumah dia bikin sesajen di sekitar rumahnya tersebut dengan keyakinan agar saat membangun rumah semuanya berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan satu hal pun. Pada saat menaruh sesajen itu sesajennya di taruh di dekat samping rumahnya, ya karena rumah dia dengan orang yang non muslim itu jaraknya dekat jadi dia tau dan dia bilang ke kesaudaranya untuk membuang sesajennya, menurut saya itu kurang baik karena kita hidup bermasyarakat jadi harus menghormati keyakinan satu sama lain lagian sesajen itu juga tidak menganggunya.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment