Di lingkungan sekolah kami, perjalanan toleransi agama menjadisebuah cerita yang menggugah hati. Saya, bersama teman-teman sekelas, tanpa disadari terlibat dalam pengalaman yang memperkaya jiwa dan membangun jembatan persaudaraan lintas keyakinan.
Suasana di sekolah kami seperti labirin keberagaman agama. Dengan siswa yang mewakili berbagai keyakinan, kami memulai perjalanan ini dengan keinginan untuk lebihmenghargai dan memahami perbedaan yang ada diantara kami.
Salah satu momen kunci dalam perjalanan ini adalah saat sayadan teman-teman saya mendiskusikan sesuatu, saya meminta izin kepada mereka semua untuk melaksanakan ibadah siang, dan mereka memberikan waktu kepada saya untuk melaksanakan ibadah terlebih dahulu. Selain itu, saat saya merayakan hari besar di agama saya, teman-teman dan keluarga saya yang berbeda keyakinan memberi ucapan selamat hari raya kepada keluarga saya yang merayakan. Begitu juga sebaliknya, saat mereka sedang merayakan hari raya, saya juga memberi ucapan selamat hari raya kepada mereka. Saat itu juga saya merasakan kekuatan dari pengalaman tersebut; di sana, di tengahkeramaian perbedaan, kami menemukan keseimbangan dan keharmonisan.
Saat kita berdiskusi di dalam kelas, kami berbicara tentang nilai-nilai etika yang mendasari ajaran agama masing-masing. Terlepas dari perbedaan ritus dan ritual, kami menemukan banyak kesamaan dalam ajaran moral yang mengajarkan kasih sayang, kejujuran, dan rasa hormat kepada sesama manusia.
Tentu saja ada tantangan di sepanjang perjalanan ini. Beberapadari kami mungkin merasa tidak nyaman atau tidak sepenuhnyamengerti. Tetapi melalui diskusi terbuka dan dialog yang dipandu oleh guru, kami belajar untuk menghormati danmenerima perbedaan, serta mencari pemahaman bersama.
Perjalanan toleransi agama di sekolah kami bukanlah sekedartugas atau pelajaran, melainkan sebuah pengalaman hidup yang mengubah. Kami siswa dari berbagai keyakinan, tidak hanyatumbuh dalam pengetahuan agama, tetapi juga dalam merasakan keterhubungan yang mendalam sebagai satu keluarga sekolah.
Sekolah kami bukan hanya tempat pembelajaran, tetapi jugatempat dimana keajaiban harmoni terwujud. Jejak toleransi agama ini bukanlah akhir, melainkan panggilan untuk terus membuka hati dan mengembangkan rasa hormat kepada setiap keyakinan, membangun dunia dimana kerukunan antaragama adalah sebuah kenyataan.
Add comment