Soloensis

Kita

happy-students-wearing-uniforms_23-2147663290
Gambar: Freepik

Disinilah aku menginjakkan kaki. Terdiam sejenak, aku berlari. Langkahku kemudian terhenti di depan 1 ruangan besar yang berisi banyak orang. Aku bergegas masuk ke dalamnya, bergabung bersama mereka. Aku duduk, mengamati orang orang disana. Hal pertama yang bisa aku simpulkan adalah, keanekaragaman. Tentu saja semuanya disini berbeda, karena disini sekolah negeri, jadi siapapun boleh masuk ke sini.

Mataku menangkap pergerakan seseorang. Wah, aku terpaku melihatnya. Laki laki tinggi dengan sorot mata yang teduh seperti bulan yang menyinari malam. Oh astaga! dia juga melihatku. Buru buru aku mengalihkan pandangan, kembali fokus kedepan.

Bahuku ditepuk seseorang. Wah, orang di sampingku yang menepuknya ternyata. Wahaha, ternyata dia mau mengajakku berkenalan. Aku mengenalkan diriku, begitu juga dia. Sedikit canggung, tapi aku berusaha mencairkan suasana, yah walaupun tidak berhasil. Dia anak perempuan yang manis dengan kulit sawo matang yang indah. Matanya berbinar, hehe, dia manis sekali.

Ini pembagian kelas. Aku mendapat kelas yang lumayan, jelek? haha aku tidak bermaksud. Semua kelas bagus, cuman mungkin orang orangnya saja yang sedikit bermasalah. Aku tidak kenal siapapun disini, jadi aku duduk sembarang saja. Aku duduk di sebelah anak perempuan yang lumayan pendek. Dia cantik, tapi dia juga pendiam sekali. Mungkin karena, orang orang disini berbeda dengan yang dia kenal. Kulitnya sawo matang, matanya coklat gelap dan wajahnya kecil. Karena kita teman sebangku, aku mulai berkenalan dengannya. Namanya Nayla. Dia teman yang baik.

Sesi perkenalan yang sesungguhnya. Semua orang di kelas diminta berdiri dan mengenalkan dirinya, nama panggilannya dan asal sekolahnya. Satu persatu orang berdiri, dari nomor 1 sampai nomor 32. Aku mendengarkan semua menyebutkan namanya, tapi hanya beberapa saja yang aku ingat (mereka terlalu banyak dan cepat). Aku hanya mengingat orang orang yang di dekatku. Seperti teman yang duduk di depanku, namanya Olive. Dan teman sebangkunya, Asti.

Tidak hanya di kelasku, aku juga berkenalan dengan beberapa teman teman di luar kelas. Seperti Nahla yang waktu itu dari kelas 7G, dan Nasywa dari kelas 7A. Mereka semua baik, dan pasti ramah. Nahla sendiri dia adalah anak perempuan yang cantik dan sangan manis. Dia tidak terlalu tinggi, tapi lucu. Suaranya lembut dan nyaman didengar. Sedangkan Nasywa, tingginya lumayan. Kulitnya putih sekali, dan terlihat halus. Mata nya coklat tua yang indah, berbinar. Wajahnya adalah wajah yang cantik tapi sedikit tegas. Suaranya pun lucu dan indah. Mereka juga berasal dari SD yang sama sepertiku.

Masa MPLS berlalu. Aku pindah ke kelas permanen, 7G. Kelas itu tidak kalah dengan kelas MPLSku, banyak sekali yang berbeda. Jumlah siswinya lebih banyak 2 orang daripada jumlah siswanya. Tapi di kelasku yang kali ini, tidak ada perbedaan agama. Semua beragama sama, Islam. Namun, setelah berkali kali sesi perkenalan, aku sadar bahwa tidak hanya gender kami yang berbeda, namun suku juga. Ada Keisha yang berasal dari Palembang, dan masih banyak lagi yang berasal dari luaf Jawa.

Rasa penasaranku mulai menggebu gebu. Di waktu luang, aku memanfaatkannya untuk mengamati teman temanku. Hal yang aku pertama aku sadari adalah, suara mereka semua berbeda. Ada beberapa yang memiliki suara nyaring, dan mereka mereka inilah yang meramaikan suasana kelas. Aku juga mendengar ada satu-dua anak yang bersuara berat, dan beberapa yang bersuara lembut, bahkan lirih.

Masa Masa itu sudah berlalu, sekarang, disinilah aku. Kelas permanen yang aku rasa sedikit lebih baik dari kelas MPLS dulu. Aku sudah hafal semua temanku, dan sudah tumbuh toleransi di antara kami. Kami tidak mengejek fisik yang lain, karena kami sadar kalau semuanya berharga. Avec toi, je sui moi.

 

Ajwa Mayesvazwaray Olea Raharja

SMPN 9 Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment