Soloensis

Memantik Literasi untuk Mendorong Keterampilan Abad XXI melalui Analisis Wacana Kritis

Biru minimalis polos tugas presentasi

Ditulis bersama bapak Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum. (Dosen PBSI UNS)

Tidak bisa kita hindari pada perkembangan abad XXI ini, kita melangkah memasuki era di mana informasi tersedia dalam jumlah yang melimpah dan mudah didapatkan. Jumlah informasi selalu mengalami peningkatan yang signifikan. Dari banyaknya informasi yang tersebar luas dapat memberikan dampak positif ataupun negatif.

Kemajuan suatu negara dapat diukur dari tingkat literasi yang dimiliki oleh generasinya. Indonesia telah melaksanakan survei mengenai kemampuan literasi siswa dalam tiga hal yakni kemampuan memahami teks, numerasi, dan luterasi sains. Untuk meningkatkan literasi Indonesia, diperlukan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya melek literasi di seluruh provinsi di Indonesia. Salah satu strategi untuk penguatan literasi  adalah dengan ratulisa (rajin menulis dan membaca).

Melihat banyaknya informasi yang dapat dengan mudah ditemukan pada abad XXI ini, wacana teks maupun lisan menjadi salah satu hal yang perlu disikapi dengan kritis. Analisis wacana kritis (AWK) adalah pendekatan penting untuk memahami dan mengkaji teks maupun wacana lisan. Dalam AWK, wacana dilihat sebagai praktik sosial yang dianggap mencerminkan ideologi dan dinamika kekuasaan dalam masyarakat. Sehingga, wacana bukan hanya menjadi sarana untuk menyampaikan ide atau informasi, tetapi juga sebagai media untuk mempertahakan dan memperkuat posisi kekuasaan tertentu.

Dalam AWK, analisis masalah sosial disesuaikan dengan berdasar pada linguistik dan semiotis. Fokus dalam analisis wacana kritis adalah pada karakteristik linguiatik dari struktur dan proses sosial serta kultural. Jadi, AWK bukan berfokus pada bahasa atau penggunaan bahasa itu sendiri.

Melalui analisis wacana kritis, kita dapat mengidentifikasi berbagai aspek dalam suatu teks atau percakapan lisan. Misalnya, kita dapat melihat bagaimana bahasa digunakan untuk membangun narasi. Selain itu, kita juga dapat mengidentifikasi bagaimana pembatasan-pembatasan tertentu dalam wacana dapat mempengaruhi pembentukan opini dan persepsi masyarakat.

Dengan kata lain, masyarakat serta kebudayaan berperan dalam pembentukan wacana. Wacana juga turut membentuk masyarakat dan kebudayaan secara bersamaan. Kita perlu memahami pentingnya pengembangan literasi dalam masyarakat. Segala contoh penggunaan bahasa pada abad XXI ini turut serta dalam proses pembentukan masyarakat dan kebudayaan, termasuk dalam pengembangan kecakapan literasi. Penting bagi kita untuk memiliki kesadaran akan pengaruh bahasa dan kekuasaan dalam pembentukan opini dan persepsi.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment