Soloensis

Sejuknya Toleransi: Takjil Ramadhan Simbol Keberagaman dan Kebersamaan

people-with-food_23-2148484150
Gambar:Freepik

Bulan Ramadhan merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh dunia. Kehadirannya disambut suka cita lantaran banyak momen dan tradisi yang hanya dirasakan pada saat Ramadhan seperti melaksanakan kegiatan buka puasa bersama, shalat tarawih berjamaah di masjid hingga berburu aneka takjil. Berburu takjil merupakan salah satu kegiatan yang senang dilakukan umat muslim selama Ramadhan, sambil ngabuburit menunggu waktu buka puasa, biasanya umat muslim pergi ke pusat jajanan atau pasar takjil. Berkeliling melihat-lihat jajanan dan membeli jajanan yang diinginkan. Takjil sendiri merupakan hidangan ringan yang dikonsumsi untuk menyegerakan umat muslim ketika berbuka puasa. Di kalangan masyarakat kita, ada beragam jenis takjil yang dijual seperti kolak, sop buah, risol, pastel, kue talam, jenang dan lain-lain.

Menariknya, di tahun ini sampai muncul tren berburu takjil yang rupa-rupanya tak cuma diikuti oleh kaum muslim, namun juga nonmuslim. Meski tak berpuasa banyak kalangan nonmuslim yang tak mau ketinggalan ikut berburu takjil. Saking niatnya, banyak nonmuslim yang sudah bersiap membeli takjil terlihat setia menunggu penjual yang baru datang menyusun jajanan aneka takjil di atas meja seperti es dawet, kue pukis, lumpia sampai aneka gorengan. Sebelum penjual selesai menyusun jajanan di atas meja, tampak mereka sudah mengambil jajanan yang diinginkan. Beredar pula di sejumlah platform media sosial dimana para muslim mengaku kehabisan takjil di sejumlah tempat. Nggak cuma itu, beberapa nonmuslim bahkan ikut ngabuburit dengan berjalan-jalan santai keluar rumah di sore hari, agar bisa mendapatkan aneka hidangan takjil yang enak. Momen nonmuslim berburu takjil ini mungkin membuat banyak orang juga penasaran, mengapa mereka nonmuslim begitu bersemangat. Beberapa diantara mereka mengaku memang sudah terbiasa setiap tahun pasti membeli takjil Ramadhan. Hal yang membuat tertarik berburu takjil karena selain harganya terjangkau juga banyak makanan yang menurut mereka hanya ada saat bulan puasa sehingga terkadang mereka juga datang membeli lebih awal karena mereka tidak ingin kehabisan untuk mendapatkan aneka takjil Ramadhan.

Tren berburu takjil yang dilakukan oleh masyarakat nonmuslim cukup unik, karena mereka yang tidak menjalankan ibadah puasa Ramadhan justru paling semangat mencari takjil di sore hari. Tren berburu takjil yang dilakukan nonmuslim semakin membuat hangat hubungan masyarakat di bulan Ramadhan. Banyaknya nonmuslim berburu takjil yang ramai belakangan ini dapat membantu pelaku usaha dalam melariskan dagangan mereka. Banyak yang menilai positif tren ini, baik umat muslim maupun umat nonmuslim yang menganggapnya sesuatu yang menarik dalam memeriahkan bulan Ramadhan tahun ini yang mencerminkan sikap toleransi antar umat beragama di Indonesia

Fenomena berburu takjil mampu meruntuhkan batasan-batasan antar suku, agama, ras, dan status sosial yang ditandai oleh sikap ramah dari penjual dan pembeli tanpa memandang agama mereka yang dianut. Senyum dan sapaan hangat menjadi awal dari interaksi yang menyenangkan. Di sini, tidak hanya tentang transaksi jual-beli tetapi juga tentang membangun hubungan antarmanusia yang menunjukkan bahwa kita semua bersatu. Bagi nonmuslim yang turut serta dalam berburu takjil, ini menjadi kesempatan untuk merasakan atmosfer Ramadhan yang penuh dengan kebersamaan dan toleransi. Mereka juga ingin mencicipi berbagai kuliner khas Ramadhan yang tidak available di luar bulan Ramadhan sekaligus mempelajari beragam kuliner Ramadhan yang mengajarkan tentang keanekaragaman kuliner Nusantara. Umat nonmuslim juga ingin menunjukkan rasa solidaritas dan support kepada umat muslim yang sedang berpuasa, meskipun terdapat persaingan dalam mencari takjil, terutama saat stok mulai menipis, suasana tetap ceria dan penuh kehangatan. Persaingan ini dianggap sebagai bagian dari keseruan berburu takjil itu sendiri dan dianggap sebagai pembelajaran tentang pentingnya saling menghormati dan menerima perbedaan.

Takjil selama bulan Ramadan bukan hanya menjadi momen untuk umat muslim saja. Meskipun terkait dengan ibadah puasa dalam agama Islam, praktik berburu takjil ternyata melibatkan semua lapisan masyarakat, termasuk nonmuslim baik untuk dinikmati sendiri maupun untuk diberikan kepada tetangga, teman, atau rekan kerja yang menjalankan puasa. Ini menjadi contoh nyata bagaimana Ramadhan mempersatukan berbagai latar belakang dan keyakinan dalam semangat kebersamaan dan toleransi. Dari perspektif kebersamaan, fenomena ini mencerminkan sikap toleransi dan rasa empati antaragama. Banyak pedagang dan penjual takjil tidak membedakan antara pelanggan muslim dan nonmuslim, mereka melayani semua orang dengan penuh keramahan dan kehangatan. Hal ini menciptakan suasana harmonis di antara beragam komunitas agama, memperkuat ikatan sosial, dan memupuk semangat saling menghargai dalam keragaman.

Puasa Ramadhan dianggap sebagai momentum untuk bersatu dalam mencari takjil, dimana semua orang baik yang sedang menjalankan ibadah puasa maupun tidak, dapat bersama-sama mencari takjil Ramadhan, sehingga hal ini dianggap sebagai wujud persatuan diantara berbagai agama di Indonesia. Dalam konteks ini, fenomena berburu takjil menjadi sebuah jembatan yang menghubungkan antara berbagai komunitas agama, memperkaya pengalaman bersama, dan menunjukkan bahwa nilai-nilai kebersamaan dan saling menghormati dapat diperkuat melalui pengalaman yang bersama-sama dinikmati. Oleh karena itu, fenomena ini dapat dianggap sebagai contoh nyata bagaimana tradisi keagamaan dapat menjadi panggung bagi interaksi antarbudaya yang positif, memperkaya keragaman, dan memperkuat kedamaian sosial di tengah-tengah masyarakat yang multikultural. Dengan demikian, persaingan dalam berburu takjil di bulan Ramadhan menjadi refleksi dan dinamika sosial yang kompleks di masyarakat Indonesia dengan harapan agar setiap individu dapat menghargai keberagaman dan menjaga sikap toleransi dalam setiap interaksi sosial.

 

Nama              : Aghniyani Zakiah

Sekolah           : SMAN Gondangrejo

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment