Soloensis

MENDIDIK TOLERANSI BERAGAMA BUKAN HANYA TUGAS GURU AGAMA

download

Elsa Candra Putri, S.Pd.

Guru SMPN 19 Surakarta

085728524778

elsacandra23@gmail.com

 

“Sahur…sahur..monggo sahurr….” Suara-suara seperti itu sangat tidak asing ditelinga kita orang Indonesia. Bulan Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh dunia. Tetapi bagaimana toleransi yang ada di sekitar kita? Jam 3 pagi sudah ramai speaker-speaker masjid membangunkan sahur, tentu itu sangat membantu masyarakat muslim yang lupa pasang alarm ataupun yang tidak bisa bangun pagi. Namun bagaimana dengan umat non muslim yang tinggal di sekitarnya? terganggukah?

Pernah menjadi perbincangan saat workshop di Solopos tentang kebijakan ditutupnya warung saat siang hari di bulan Ramadhan agar menghormati umat muslim yang sedang berpuasa. Apakah toleransi itu hanya untuk umat nonmuslim saja yang harus menghormati? Apakah aturan itu dibuat hanya untuk mayoritas? Walaupun menurut saya tidak semuanya benar namun juga tidak sepenuhnya salah. Tentunya suatu aturan dibuat dengan banyak pertimbangan dan percaya saja pada pembuat aturan bahwa setiap aturan sudah dipertimbangan manfaat dan kerugiannya. jika dilihat dari dampak negatifnya yaitu untuk orang-orang yang tidak berpuasa menjadi lebih sulit mencari jajanan di siang hari, selain itu ternyata omset penjual pun juga berubah. Namun dengan dasar toleransi umat beragama maka hal tersebut sudah dapat diterima masyarakat di sekitar kita. Sungguh indah toleransi di negeri kita ini dan memang seharusnya begitu karna dasarnya saja Indonesia memang negara yang beragam.

Lalu bagaimana toleransi di sekolah? Kebijakan tentang warung tutup saat siang hari juga menjadi masalah di sekolah. Bagaimana seharusnya? apakah kantin harus tutup saat Ramadhan? Bagaimana kita sebagai guru dalam menentukan kebijakan? Di satu sisi kita harus menghormati anak-anak yang beragama Kristen Katholik yang tidak memiliki kewajiban berpuasa, dan juga anak-anak yang sedang tidak berpuasa. Namun di lain sisi kita juga harus menghormati anak-anak yang berpuasa agar tidak tergoda. Dilihat dari sisi pedagang kantin, jika satu bulan tutup padahal penghasilan mereka satu-satunya adalah dari penjualan kantin bagaimana? Akhirnya dibuatlah kebijakan bahwa beberapa kantin boleh buka untuk melayani anak-anak yang tidak berpuasa agar mengajarkan toleransi juga kepada siswa bagaimana sikap kita saat bulan Ramadhan, bagaimana menumbuhkan rasa malu dan sungkan saat akan makan di depan teman-teman yang berpuasa, dan sikap-sikap positif lainnya. Mungkin inilah titik tengah yang dirasa terbaik. Karena kita sekolah negeri yang memiliki siswa yang beragam agamanya.

Namun kenyataannya, sungguh miris hati saya sebagai guru yang beragama Islam. Ternyata kesadaran anak-anak terhadap toleransi masih sangat kurang. Saat mengajar di kelas setelah istirahat, tercium aroma mie instan yang bisa dibayangkan aromanya seperti apa. Saya yang orang dewasa mungkin tidak tergoda, namun bagaimana dengan anak-anak yang notabene masih belajar puasa mendapat godaan seperti itu? Dan ternyata saat istirahat terlihat kantin sangat ramai walaupun mungkin diisi oleh siswa yang memang sedang tidak berpuasa. Namun bagaimana toleransi mereka, bagaimana menjaga sikap agar menghargai teman-temannya yang sedang berpuasa? PR guru terkait tiga dosa Pendidikan salah satunya intoleransi ternyata memang benar adanya. Kesadaran anak-anak terhadap toleransi beragama masih sangat kurang.

Tidak jarang saya menegur anak-anak yang dengan PD nya menenteng es teh plastikan jalan di tengah lapangan, pernah juga ada anak yang makan di lobby sekolah yang terbuka, ada juga anak yang makan bersama-sama di teras depan kelas. Ini menjadi PR bagi saya sebagai guru dan mungkin seluruh guru-guru lain di seluruh Indonesia. Bagaimana mengajarkan toleransi kepada siswa. Seharusnya bulan Ramadhan bisa dijadikan salah satu momentum yang baik untuk menanamkan toleransi. Peraturan harus dibuat untuk yang mayoritas agar tercipta ketertiban di lingkungan yang isinya orang-orang dari mayoritas itu. Dalam hal ini kantin harusnya tutup saja, toh anak-anak masuk sekolah tidak fullday, yang tidak puasa bisa ikut berpuasa sebentar selama di sekolah dan setelah itu bisa makan di rumah. Karena tugas kita sebagai guru kan tidak hanya mengajar pelajaran saja namun juga mendidik karakter siswa. Walaupun kita bukan guru agama, tetapi sebagai guru dan umat beragama Islam kita juga mempunyai kewajiban untuk mengingatkan anak-anak untuk berpuasa di bulan Ramadhan untuk yang menjalankan. Jika kita membiarkan mereka lalai, maka menjadi dosa juga untuk kita.

Mungkin seharusnya guru-guru pemangku kebijakan di sekolah bersama dengan guru agama seluruh agama yang ada di sekolah duduk bersama untuk membuat kebijakan khusus selama bulan Ramadhan yang tentunya harus berpihak kepada siswa dan memiliki dampak negatif yang terkecil. Karna mendidik agama juga merupakan kewajiban kita sebagai guru walaupun kita bukan guru agama. Selain itu juga perlu juga kerjasama dengan orangtua/wali siswa agar sejalan dengan visi dan misi sekolah sehingga Pendidikan dapat mencapai tujuan yang sama.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment