Soloensis

Kebersamaan Menuju Kerukunan

77ad5d22c450523a014890e9182043fb

Hari Toleransi diperingati setiap tanggal 16 November. Pada hari Minggu,19 November 2023 PIA-PIR St. Kristoforus Paroki Wedi menggelar acara luar biasa yang melibatkan Pondok Pesantren, Pasraman, dan anak-anak sekolah minggu dari GKJ untuk merayakan semangat toleransi dan indahnya hidup bertoleransi.

Acara dimulai dengan sebuah flash mob yang berjudul “Geal-Geol”, di mana semua yang ada di lokasi, ikut  bergabung dalam keseruan flash mob tersebut. Kemudian, dibuka dengan doa pembuka yang disampaikan secara bergantian oleh tokoh-tokoh agama dari berbagai kepercayaan. Mulai dari Romo AG Luhur Prihadi yang mewakili agama Katolik, Bapak Kyai Muhammad Hidayatullah Susilo Eko Pramono dari Ponpes yang mewakili agama Islam, Bapak Mangku Purwadi yang mewakili agama Hindu, serta Diaken Sutaya dari GKJ Wedi yang mewakili agama Kristen.

Suasana semakin terasa indah dengan penerbangan burung Merpati sebagai simbol perdamaian dan persatuan Indonesia. Burung-burung itu diterbangkan oleh para tokoh agama yang hadir, meliputi Romo, Mangku, Kyai, dan Diaken, sebagai wujud dari semangat kebersamaan. Sambil menikmati snack yang disediakan, ada berbagai tampilan khas dari berbagai agama yang sangat menarik, mulai dari gerak lagu dari PIA Kristoforus Wedi dengan judul “Seperti Rusa Rindu Air” dan “Filipi ke Galilea”. Selanjutnya, tampilan “Bang Ceng-ceng” dari Pasraman Saraswati yang bermakna “Tentang realita saat ini. Nusantara yang indah dan kaya raya bukanlah milik satu golongan, semua yang lahir dan hidup di Nusantara patut menikmati keindahannya”

Peserta dari Pondok Pesantren juga ikut memeriahkan acara dengan penampilan Hadroh dan Sholawatan yang sangat memukau. Tak ketinggalan, PIR St. Kristoforus juga ikut memeriahkan acara dengan flash mob dan pantun yang menggambarkan perbedaan dan toleransi. Terakhir, pasraman Ganesha Putra memukau penonton dengan dua tarian indah, yakni “Hindu Itu Indah” dan “Tegal Toleransi”.

Ketika jam menunjukkan pukul 12.00 WIB, saatnya umat Katolik untuk berdoa Angelus (Malaikat Tuhan). Doa Angelus diikuti dengan khidmat oleh semua peserta yang beragama Katolik. Sedangkan yang beragama lain tidak keberatan dan sangat menghormati. Setelah doa Angelus dilanjutkan dengan penampilan dari Misdinar Paroki wedi yaitu “Fragmen Jatuh Dalam Dosa”. Juga ada game yang diikuti semua peserta yang hadir dari berbagai agama, game dimainkan dengan lagu, siapa yang mendapatkan barang saat lagu berhenti nanti akan maju untuk memperkenalkan diri dan asal tempat tinggalnya. Makan siang dilakukan secara bersama-sama dengan diiringi lagu “Salam Toleransi” ciptaan dari Bapak Petrus. Suasana sangat indah, kita saling membantu untuk menyiapkan makanan dan membantu anak-anak yang masih kecil untuk membawakan dan menyuapi.

 Sebelum acara berakhir ada penyerahan kenang-kenangan atas berlangsungnya acara Hari Toleransi. Kenang-kenangan berupa vandel, vandel tersebut dari Depag Kemenag Klaten pasti akan menjadi kenang-kenangan yang sangat berharga bagi para peserta dan masing-masing pemuka agama yang menerimanya. Diakhiri dengan flash mob “Nandhur Rukun Bakale Sugih Sedulur” menambah semangat persatuan dan indahnya bertoleransi kepada sesama teman yang berbeda agama. 

Acara tersebut sangat mengajarkan semua peserta yang hadir bahwa hidup itu akan selalu terus berdampingan dengan orang-orang yang berbeda, seperti berbeda agama, ras, suku, adat istiadat. Suasana kebersamaan, keberagaman dan hangatnya toleransi sangat terasa indah. Mengenalkan dan memperkenalkan hal baru kepada anak mengenai budaya dan kebiasaan agama lain,  mengajarkan toleransi sejak dini kepada anak agar terjalinnya silahturahmi yang baik antaragama dan tidak terjadi konflik yang memecah belahkan bangsa Indonesia.

 Kehidupan yang diwarnai oleh pelangi warna-warni keberagaman, mengajarkan kepada kita bahwa dalam perbedaan, terhamparlah keindahan yang tak tertandingi, dan dalam toleransi, terwujudlah kedamaian yang abadi. Semoga dengan adanya kegiatan seperti ini, sikap dan perilaku toleransi terhadap keberagaman terus diterapkan oleh semua masyarakat.

Saya harap kegiatan toleransi yang mempertemukan dan memperkenalkan ciri khas dari berbagai agama, budaya, dan adat istiadat terus dilakukan di semua daerah yang ada di Indonesia, agar tetap mewujudkan persatuan dan kesatuan tanpa membedakan latar belakang dan meminimalisir terjadinya konflik, serta Bhineka Tunggal Ika semboyan negara kita tetap terjaga.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment