Soloensis

AKSIKU DEMI KEBERAGAMANMU

WhatsApp Image 2024-03-30 at 22.45.31

Keberagaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat yang di dalamnya terdapat perbedaan dalam segala aspek. Keberagaman yang ada di Indonesia tidak hanya terdiri dari suku bangsa, adat istiadat, sosial budaya, ras, Bahasa, agama dan kepercayaan. Keberagaman juga terdiri dari karakteritik dan kebutuhan manusia. Dalam hal ini, saya ingin menguraikan keberagaman karakteristik dan kebutuhan peserta didik serta Solusi dalam mengatsinya.

Kebutuhan belajar peserta didik meliputi 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah kesipan belajar (readiness), minat dan profil belajarnya. Kesipan belajar peserta didik (readiness) adalah kapasitas peserta didik untuk mempelajari materi, konsep, atau ketrampilan baru. Kesiapan belajar peserta didik perlu dipertimbangkan agar peserta didik keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan tantangan. Guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang tepat dan memadai agar dapat mendukung peserta didik menguasai materi dan ketrampilan yang diharapkan.

Aspek yang kedua adalah minat belajar peserta didik. Minat adalah suatu keadaan mental yang mana dapat menghasilkan respon terarah kepada situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Minat merupakan salah satu motivator yang penting bagi peserta didik, sehingga akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Guru harus memahami dua perspektif minat peserta didik agar pembelajaran dapat menarik minat peserta didik dalam belajar. Kedua perspektif tersebut adalah minat situasional dan kecenderungan seseorang terlibat terhadap obyek atau topik tertentu. Minat situasional merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, Upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Sedangkan minat kecenderungan seseorang untuk terlibat terhadap obyek atau topik tertentu adalah minat yang muncul dari diri peserta didik untuk tertarik atau menyenangi obyek atau topik tersebut.

Aspek yang ketiga ini mengenai cara-cara seseorang yang paling baik dalam belajar yang diseut dengan profil belajar atau gaya beljar peserta didik. Guru mengetahui profil belajar peserta didik ini dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar belajar secara alami dan efisien. Profil belajar peserta didik ini dipengaruhi oleh beberapa factor, antara laian preferensi terhadap lingkungan belajar, pengaruh budaya, preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk, dan preferensi gaya belajar anak itu sendiri.

Profil belajar atau gaya belajar adalah bagaiman peserta didik itu memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru yang dia dapat. Gaya belajar ada 3 macam, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Gaya belajar visual adalah gaya belajar peserta didik dengan cara melihat. Materi yang dipelajari pada gaya belajar ini adalah berupa gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer, dan lain-lainnya. Gaya belajar auditori adalah gaya belajar dengan cara mendengarkan. Gaya belajar ini dapat dilakukan dengan cara mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan saat berdiskusi, mendengarkan musik dan lain sebagainya. Sedangkan gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar sambil melakukan. Gaya belajar ini dapat dilakukan sambil bergerak, kegiatan hands on dan lain sebagainya.

Guru harus mengetahui kebutuhan belajar peserta didik. Ada beberapa yang dapat dilakukan guru agar dapat mengetahui kebutuhan peserta didik, yaitu dengan cara mengamati perilakunya, mencari pengetahuan awal yang dimilikinya terkait dengan topik yang akan dipelajari, melakukan penilaian pengetahuan, ketrampilan, dan sikap peserta didik, mendiskusikan dengan orang tua, berdiskusi dengan peserta didik, membaca rapor peserta didik, berdiskusi dengan guru lainnya, dan masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik.

Dengan adanya kebutuhan peserta didik yang beragam tersebut, sehingga pembelajaran harus menyesuaikan dengan hal tersebut. Ini yang menjadi faktor yang mendasar, sehingga dilaksanakannya pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson (dalam Oscaria dan Siti Luthfah, 2021:11) mengatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik. Sedangkan menurut Marlina (2020:3) mengatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan belajar peserta didik agar tercapai peningkatan hasil belajar.

Selain keanekaragaman kebutuhan belajar peserta didik, adanya perkembangan teknologi abad 21. Dengan adanya perkembangan teknologi tersebut, maka pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan jaman. Guru harus selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Guru yang inovatif akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, kondusif, aktif, menyenangakn, menggairahkan, penuh semangat, dinamis, berpikir kritis dan penuh dengan tantangan. Guru harus mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai kebutuhan peserta didik dan perkembangan abad 21. Guru adalah sebagai inovator, kreator, fasilitator dan pembuat scenario dalam pembelajaran. Peserta didik sebagai aktor dalam pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran akan berousat pada peserta didik. Dengan demikian, maka peserta didik akan termitivasi, kreatif, bernalar kritis dan tercapai wellbeing. Peserta didik dapat menjadi pembelajar sepanjang hayatnya.

Pada saat ini perkembangan jaman saat ini sangat berkembang pesat, maka peserta didik harus juga mengikuti perkembangan jamannya. Inilah yang dimaksud dengan kodrat jaman. Menurut Ki Hajar Dewantara (Rafael, 2021:10) mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar anak-anak dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Maka dari itu, guru hanya menuntun tumbuh dan kembangnya anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jamannya. 

Dengan adanya hal tersebut di atas, maka guru harus melakukan pembelajaran dengan menyesuaikan kodart alam dan jamannya. Berdasarkan kodrat alamnya, guru harus mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai karakteristik dan kebutuhan peserta didik dan menyesuaikan kondisi geografis di lingkungan sekitarnya. Sedangkan pembelajaran yang sesuai kodart jaman, bahwa guru harus merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai abad 21. Kodrat jaman saat ini adalah pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki ketrampilan abad 21. Kemajuan teknologi berkembang begitu cepat sekali, maka Pendidikan di Indonesia juga harus berkembabg seiring dengan jaman. Apabila guru tidak mengikuti perkembangan jaman, maka akan ketinggalan jaman. Padahal guru harus menuntun peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan jamannya.

Guru harus selalu melakukan inovasi pembelajaran, guru terus menuangkan ide-ide, strategi, metode, dan model pembelajaran yang digunakan, agar pembelajaran berjalan efektif, efisien dan terbentuknya well being bagi internal peserta didik. Guru menuntun peserta didik agar mampu melakukan literasi, baik literasi membaca ataupun literasi digital. Menurut Iriantara (2009: 5) menjelaskan bahwa kini literasi bukan hanya berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis teks saja, karena kini “teks” sudah diperluas maknanya sehingga mencakup juga “teks” dalam bentuk visual, audiovisual dan dimensi-dimensi kompiterisasi, sehingga di dalam “teks” tersebut secara bersama-sama muncul unsur-unsur kognitif, afektif, dan intuitif. Media yang dibuat guru untuk literasi dalam pembelajaran. Yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu samapai kepada penerima yang dituju (Hamidjojo dalam Arsyad, 2011:4). Sedangakan menurut Pagarra,dkk (2022:5) yang dimaksud dengan media adalah sesuatu yang dapat membantu penyampaian pesan dan informasi dari sumber pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan).

Dalam pembelajaran berdiferensiasi ini,peserta didik dapat terbentuk profil pelajar Pancasila yang meliputi beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, bernalar kritis, mandiri, dan kreatif.

Saya sebagai guru, berusaha untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik yang berbeda – beda, serta sesuai dengan perkembangan abad 21. Saya melakukan aksi melalui pembelajaran berdiferensiasi, baik dari segi kesiapan belajar, minat maupun gaya belajar. Selain itu pada saat pembelajaran, Saya juga melakukan pembelajaran berdiferensiasi baik itu dari segi konten, proses, dan produk. Hal ini dilakukan untuk melayani peserta didik yang beranekaragam.

Pembelajaran yang dilakukan dengan kesiapan pembelajaran yang berbeda. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengajar sesuai dengan level peserta didik atau sering disebut dengan TARL (Teaching of The Right Level). Langkah pertama dengan cara memberikan tes awal pada peserta didik. Setelah mendapatkan data, maka saya melakukan diferensiasi konten, proses maupun produk. Setelah mengetahui kesiapan belajar peserta didik, maka membuat materi berjenjang pada materi yang mudah samapi yang sulit. Akan tetapi juga bisa dilaksanakan dengan inquiri based learning sesuai dengan keinginan peserta didik, kemudian Saya melakukan dengan diferensiasi proses, yaitu dengan pengelompokan. Pengelompokan ini ada 2, yaitu pengelompokan homogen dan heterogen, sesuaii dengan tujuan pembelajaran. Pada diferensiasi produk adalah dengan cara pembelajaran Probem Based Learning (PBL) dan Project Based learning (PjBL), sehingga dalam proses pembelajarannya dengan cara pendampingan setiap peserta didik yang berbeda. Saya juga melakukan scalpolding. Pembelajran berdasarkan minat peserta didik dapat dilakukan penyesuaian materi dengan minatnya. Misalkan peserta didik yang suka bernyanyi maka materi dan hasil produk pembelajaran dapat dibuat dengan sebuah nyanyia. Sedangkan peserta didik yang suka puisi atau pantun begitu juga.

Pembelajaran sesuai gaya belajar yang peranah dilaksanakan, adalah dengan aksi penggunaan barcode. Barcode yang dibuat sudah di sesuaikan dengan gaya belajar masing-masing peserta didik. Peserta didik yang auditori dibuatkan barcode yang terhubung dengan youtube. Peserta didik yang gaya belajar visual akan terhubung dengan flipbook, sedangkan yang kinestetik akan terhubung dengan perintah Gerakan dengan menempel materi di lobby sekolah atau atman sekolah.

Guru juga dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dengan membuat suatu media. Pembelajaran berdiferensiasi melalui literasi digital ini, guru sudah membuat media pembelajaran yang berupa “Kelas Virtual”. Dalam media ini, guru sudah membuat berbagai media, baik youtube, flipbook, PPT, google form, dan tugas karya yang dikaitkan pada hyperlink  pada “Kelas Virtual”. Sehingga peserta didik langsung klik pada media tersebut sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Dengan seperti itu mereka dapat difasilitasi dalam belajar sesuai gaya belajarnya, sehingga materi dapat dipahami peserta didik. Mereka juga berkarya sesuai minat setiap anak. Berdasarkan uraian di atas, bahwa pembelajaran ini berdiferensiasi konten, proses dan produk.

Aksi yang dilakukan guru yang pertama adalah mengidentifikasi kebutuhan peserta didik. Yang kedua guru membuat media pembelajaran yang diberi nama “Kelas Virtual”. Media ini dalam bentuk PDF. Dalam media ini terdapat hyperlink yang tertaut pada flipbook, youtube, kuis, dan tugas dengan canva.

Ada hyperlink yang memfasilitasi peserta didik sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Peserta didik dengan gaya belajar visual, maka peserta didik belajar melalui flipbook dengan cara klik buku. Peserta didik gaya belajar auditori, maka mereka klik laptop, sehingga tertaut youtube. Peserta didik yang kinestetik, difasilitasi PPT yang sudah diprint materinya dan ditempel di tempet tertentu agar dapat dipelajari dengan cara bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.

Aksi selanjutnya adalah dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada perencanaan ini disesuaikan kebutuhan peserta didik dan media pembelajaran yang sudah dibuat. Materi yang dipelajari tentang hutan. Setelah itu pelaksanaan dari rencana itu sendiri. Tahap dalam pembelajaran ada 3 kegiatan, meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.  Kegiatan pendahuluan terdiri dari kesiapan ruang belajar, salam, berdoa bersama, presensi, motivasi dengan menyanyikan lagu “Tanda Baru”. Setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan tata cara dalam pembelajaran. Kegiatan inti, peserta didik melakukan literasi melalui kelas virtual yang sudah dibuat guru tersebut dengan gaya belajar masing-masing. Setelah litersi, peserta didik dan guru melakukan diskusi dan tanya jawab tentang materi yang sudah dipelajari.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah tanya jawab materi yang belum dipahami, dilanjutkan kesimpulan. Hasil kesimpulan yang dipahami dituangkan dalam google form sesuai pertanyaan yang dibuat guru. Hal ini dijadikan penilaian formatif. Jawaban di google form untuk membuat karya. Karya ini dengan aplikasi canva. Karya peserta didik ini juga berdiferensiasi. Peserta didik dapat membuat infografis, poster, power point, video, atau bentuk lainnya (diferensiasi produk). Kemudian kegiatan refleksi. Hasil refleksi bahwa guru merasa lebih ingin membuat anak menyenagkan dan peserta didik merasa senang dan mudah memahami. Dan yang terakhir pembelajaran ditutup dengan doa dan salam.

Hasil pembelajran ini bahwa terpenuhinya kebutuhan peserta didik, baik gaya belajar auditori, kinestetik dan visual. Hasil penilaian formatif cukup baik. Hal ini karena pembelajaran dengan sungguh-sungguh, natural, efektif dan menyenagkan serta mudah dipahami. Maka kompetensi dalam literasi dan kreatifitas meningkat. Kreatif peserta didik terlihat dari hasil karya dengan canvanya dengan berbagai bentuk.

Refleksi guru menyatakan bahwa pembelajaran sudah baik, menyenagkan, inovatif, dan kreatif. Pembelajaran diawali dan diakhiri dengan doa sehingga terbentuk insan sesuai profil pelajar Pancasila. Guru juga merefleksi media yang sudah dibuat, bahwa media juga sudah baik, akan tetapi perlu adanya variasi lagi. Selain itu strategi, model dan metode juga secara bergantian, sehingga tidak membosankan.

Peserta didik juga melakukan refleksi bahwa pembelajaran menyenagkan dan mudah dipahami. Pembelajaran ini membekas dihati peserta didik-peserta didik. Mereka ingin mengulang pembelajaran dengan literasi digital di ruang komputer. Materi yang diajarkan tidak terlalu banyak akan tetapi mudah dipahami secara mendalam. Peserta didik kreatif karena berkarya dengan canva.

Ditulis oleh : Miyatun, S.Pd., M.Pd.

Guru SMPN 19 Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment