Soloensis

Sejarah Buyut Jakiman Dan Makam Buyut Jenggot Beda Nasib

images (15) (2)

Biasanya ketika akan menjalang Ramadhan. Momen-momen tersebut dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk berziarah. Dan biasanya salah satu tempat yang biasanya dijadikan sebagai tujuan untuk ziarah yaitu makam para ulama. 

Penyebaran agama Islam di Kabupaten Tangerang tidak lepas dari peran ulama. Mulai tahun 1580-an, seorang ulama datang ke daerah yang saat ini menjadi Kabupaten Tangerang. Saat itu, mayoritas penduduk yang tinggal di sekitar Kabupaten Tangerang masih memeluk agama Hindu.

Nah, ada seorang ulama yang telah mempunyai peran cukup penting dalam suatu penyebaran tentang Islam di Kabupaten Tangerang. Hingga saat ini, makamnya itu masih ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah. Jadi pada artikel ini kami akan bahas mengenai Sejarah Buyut Jakiman dan makam buyut jenggot beda nasib.

Sejarah Buyut Jakiman

Buyut Jakiman adalah seorang penyebar agama Islam di daerah sekitar Serpong. Banyak pro dan kontra karena sebagian besar masyarakat luas memandang mereka seolah-olah tidak memiliki pemikiran yang sama seperti pada umumnya.

Mengenai Sejarah Makam Buyut

Berbicara tentang Alam Sutera, tentu yang langsung terlintas di benak banyak orang adalah sebuah kawasan hunian mandiri yang sudah mapan, dinamis dan primadona di kawasan Tangerang, sebelah barat daya ibu kota Jakarta, dan di bagian utara Selatan. 

Kota Tangerang (Tangsel). Uniknya, tak banyak yang menyangka jika kawasan pemukiman bergengsi ini berdiri berdampingan dengan makam suci seorang dakwah muslim yang banyak dikunjungi para peziarah.

Makam Ki Buyut Jakiman sebuah makam keramat yang merupakan seorang pejuang Islam berasal dari Cirebon. Dimana lokasi makamnya yang saat ini sedang berada di tengah komplek perumahan Alam Sutera, tepatnya di Jl. Sutera Palma X No.6, RT001/RW06, Pakualam, Serpong Utara di Kota Tangsel.

Lokasi Makam Buyut Jakiman

Untuk menuju lokasi makam keramat, akses yang dilalui cukup mudah. Jemaah yang datang dengan mobil hanya perlu parkir di pinggir Jalan Perumahan Alam Sutera dan langsung menemukan pintu masuk ke area pemakaman.

Hingga saat ini kegiatan spiritual di tempat tersebut masih berlangsung dengan khidmat. Keberadaan kawasan makam tokoh Islam yang dianggap masyarakat memiliki karomah nampaknya memiliki tempat yang istimewa dan dapat berdamai dengan masifnya pertumbuhan perumahan komersial di kawasan Alam Sutera.

Dulu ada rumah, kampung, lalu ada pembangunan (perumahan) Alam Sutera. Karena ini makam keluarganya yang memegang sertifikat, tanya Alam Sutera siapa yang paling tua? Karena banyak kerabat yang mencari (masih hidup atau berjauhan) di berbagai daerah, akhirnya Alam Sutera menyerah, lalu dibuat pagar pembatas ini, pewaris makam saat ditemui di Makam Ki Buyut Jakiman.

Kondisi kawasan makam pada siang hari terasa teduh. Karena di sekitar lokasi banyak berdiri pohon-pohon besar yang rindang. Di dalam areal makam terdapat mushola, pendopo dan beberapa makam yang dipercaya sebagai pengikut Ki Buyut Jakiman. Secara garis besar, tampilannya lebih terawat.

Seorang Peziarah menuju makam buyut jakiman biasanya menggunakan air dari sumur bawah tanah didekat makam, dan di percaya ampuh dalam proses penyembuhan penyakit dan lainnya. Untuk diketahui, wilayah Banten memang cukup sarat akan sejarah dan keberadaan situs-situs peninggalan sejarah. 

Misalnya tak jauh dari lokasi makam Ki Buyut Jakiman, ternyata juga ada makam keramat tokoh agama Islam Ki Buyut Jenggot di Desa Sukasari, Panungnggang Barat, Cibodas, Kota Tangerang.

Namun sayang kerukunan di makam Buyut Jakiman ini berbaanding terbalik daripada makam buyut jenggot. Poros konflik sebenarnya berkobar cukup kuat di sana. Belum lama ini, rencana pemindahan makam terus mendapat perlawanan dari masyarakat setempat.

Apalagi setelah pemerintah setempat menyatakan bahwa makam Ki Buyut Jingut yang dikenal dengan nama Tubagus Rajasuta bin Sultan Ageng Tertayasa bukanlah cagar budaya. Fakta ini semakin menimbulkan pertanyaan tentang nasib makam tokoh besar di masa depan.

Pada hari yang sama, ada yang mencoba mengunjungi makam Ki Buyut Jenggot untuk mengetahui keadaan terkini di tengah masalah yang menggunung. Dilihat dari jauh, pemandangan aktivitas konstruksi semakin mencolok.

Kondisi areal pemakaman sudah dikelilingi tembok dan tanah merah dengan permukaan yang tidak rata, yang terlihat seperti sudah ditimbun. Hanya tersisa satu pintu masuk untuk mengakses areal makam. 

Makam Ki Buyut Jenggot

Makam Ki Buyut Jenggot dipisahkan oleh sungai, sehingga siapa pun yang ingin berziarah harus melewati jembatan kecil dan sempit yang terbuat dari besi tipis atau seng berkarat. Kondisi jembatan juga terlihat sangat memprihatinkan.

Dan selaku juru kunci makam mengatakan, perawatan makam meski kondisinya seadanya, tetap dilakukan dan dilakukan oleh warga. Ini sebagai bentuk apresiasi masyarakat atas jasa seorang tokoh besar, khususnya di Tangerang. 

Misalnya, ada anak muda yang menyapu dan bersih-bersih. Kalau (rutin) setiap hari ada dua orang. Kawasan Makam Suci Ki Buyut Jenggot berada tepat di sebelah kegiatan pembangunan perumahan. Titik pembangunan makam dan perumahan saat ini hanya sebatas timah biru tipis.

Tak pelak, sebagian debu yang ditimbulkan oleh kegiatan konstruksi beterbangan hingga membuat lantai makam sedikit berdebu. Simbol semangat juang masyarakat atas penolakan rencana relokasi makam masih terlihat.

Di areal pemakaman dipasang spanduk bertuliskan “Izinkan Makam Syekh Buyut Jenggot (Syekh Tubagus Rajasuta bin Sultan Ageng Tirtayasa) Menjadi Situs Warisan Budaya dan Agama” dengan bendera Ansor berkibar di atasnya. Selain itu, Anda juga bisa melihat kain putih bertuliskan penolakan penggusuran dengan warna merah.

Demikian penjelasan dari saya tentang Sejarah Buyut Jakiman Dan Makam Buyut Jenggot seperti yang dilansir slot,  semoga bermanfaat, terimakasih.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment