Soloensis

Toleransi Itu Indah

IMG_20230413_163214_797

Namaku Ayu Nurul Hayya Azzahro, tahun 2014 umurku 14 tahun. Saat itu aku menimba ilmu di SMP N 19 Surakarta. Saat naik kelas 8, sekolahku menerapkan sistem pertukaran siswa dengan kelas lain. Yang awalnya aku kelas 7B dengan 32 murid beragama Islam menjadi kelas 8G yang jumlah 20 muridnya beragama Katolik dan 12 murid beragama Islam. Yang semula aku menjadi mayoritas sekarang menjadi minoritas. Saat itu ada kekhawatiran dalam diriku, karena tidak terbiasa menjadi minoritas. Maklum sejak kecil, teman-teman di lingkungan rumah dan sekolahku kebanyakan beragama Islam. Sehingga saat mengalami situasi menjadi minoritas ada kekhawatiran penolakan atau dikucilkan dari teman-temanku yang mayoritas.

Ternyata hal-hal yang kukhawatirkan tidak pernah terjadi sama sekali. 20 orang temanku yang  beragama Katolik sangat baik dan sangat menghormati perbedaan agama. Ada dua kejadian yang paling membekas dalam hidupku, yaitu saat hari raya perayaan umat Islam, yaitu pada bulan puasa Ramadhan dan hari raya Idul Adha. Umumnya saat bulan puasa Ramadhan akan ada acara buka bersama dengan teman sekelas. Saat itu aku dan 11 murid beragama Islam berencana tidak akan mengadakan acara buka bersama, karena kami menyadari kalo kami adalah minoritas. Namun tidak disangka-saat suatu hari saat sepulang sekolah, ketua dan wakil ketua kami yang beragama Katolik maju ke depan kelas dan mengajak diskusi mengenai acara buka bersama kelas kami. Akhirnya setelah diskusi didapatkan keputusan bahwa kelas kami akan mengadakan acara buka bersama di salah satu restoran ikan. Tidak sampai disini, setelah teman-teman Katolik inisiatif mengadakan acara buka bersama, bahkan mereka juga yang mengurusi semua hal dari mulai pemesanan tempat, iuran pembayaran, dresscode. Pokoknya teman-teman beragama Islam hanya terima beres dan datang ke acara buka bersama. Kejadian itu membuatku menjadi sangat terharu dan mengubah pandanganku terhadap mereka.

Kejadian yang kedua, yaitu saat perayaan Idul Adha. Saat Idul Adha hari ketiga sekolahku melakukan penyembelihan hewan Qurban. Setiap kelas akan mendapat jatah daging yang akan dimasak bersama setiap kelas dan akan dilombakan. Jadi satu minggu sebelum waktu penyembelihan, kelas kami mengadakan diskusi mengenai masakan apa yang akan dibuat dan barang apa saja yang perlu dibawa serta pembagian tugasnya. Kelas kami berencana memasak gulai daging sapi. Saat pembagian peralatan dan tugas, teman-teman Islam hanya perlu membawa pisau dan tugas memotong daging. Untuk peralatan berat seperti kompor, wajan, panci sudah dibawakan oleh teman-teman Katolik. Saat hari H perayaan tiba, kami memasak bersama-sama masakan gulai sapi, setelah selesai memasak kami makan bersama-sama dengan wali kelas kami. Sangat tidak disangka juga saat makanan kelas kami dilombakan kami mendapat juara 3. Bahkan sampai saat ini, saat mengingat momen kebersamaan dengan teman-teman Katolik masih sangat berkesan bagiku. Banyak hal-hal berharga yang dapat aku pelajari saat sekelas dengan teman-teman berbeda agama dariku, apalagi mengenai toleransi beragama. Terimakasih teman-teman kelas 8G ku, terkhusus teman-teman Katolikku yang telah mengajariku tentang toleransi beragama.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment