Soloensis

Sumpah Pemuda Bagian Tiga Adalah Kita

pexels-magda-ehlers-1054715
Mic Condenser, Biasa kami pakai untuk siaran radio

Indonesia merupakan negara yang kaya. Kaya akan Sumber Daya Alam, kaya akan kebudayaan, kaya akan suku, dan tentunya kaya akan bahasa. Mungkin tidak akan cukup waktu seumur hidup kita untuk memahami seluruh bahasa daerah yang tersebar di seluruh Nusantara ini.

Oh iya, sebelumnya perkenalkan namaku Adit dan aku dari suku jawa. Aku mulai menyadari betapa kayanya Indonesia akan bahasa daerah sejak menginjak bangku kuliah. Berbeda dengan bangku sekolah yang mana teman sekolahku tidak ada yang dari luar Jawa Tengah, apalagi teman yang di luar Pulau Jawa.

Waktu itu aku kuliah di kampus swasta yang ada di Surakarta, bagiku studi di bangku kuliah sangat penting untuk mengasah skill dan mencari relasi. Salah satu cara yang aku lakukan adalah bergabung dengan Radio Komunitas, disana aku menjadi Penyiar sekaligus Teknisi. Disitulah aku bertemu dengan teman temanku lintas pulau, lintas suku, dan tentunya lintas bahasa.

18 tahun aku hidup berkomunikasi dengan bahasa Jawa membuat masa masa kuliah saya menjadi berkesan karena bertemu dengan “saudara kita se indonesia” yang berbeda tempat tinggal. Ada yang dari Jambi, Riau, NTT, dan Kalimantan Selatan. Ketika aku mendengar mereka berbicara menggunakan bahasa daerah sangat seru, karena sebuah pengalaman baru dari aku bisa mendengar sesuatu yang asing di telingaku. Ada bahasa yang aku sangat asing tapi ada juga bahasa temanku yang aku cukup familiar, yaitu bahasa Melayu. Mungkin karena sering kudengar ketika keponakanku menonton serial Upin dan Ipin di stasiun televisi favoritnya. Pernah juga temanku yang belajar bahasa jawa kena marah sama dosen sepuh, karena menggunakan bahasa Jawa ngoko lugu yang mana seharusnya cukup digunakan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya atau lebih muda. Waktu itu temanku tidak tahu kalau bahasa jawa ada tingkatan kesopananya, setelah itu dia kapok pakai bahasa Jawa ke orang yang lebih tua.

Sempat terlintas di pikiran saya bagaimana cara kita berkomunikasi kalau bahasa kita saja tidak sama. Disinilah Sumpah Pemuda poin ke 3 menunjukan “Kharsimanya”. Kita tahu bahwa kita punya bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Ada 1 hal yang menurut saya indah dari pertemanan kami, anak anak radio komunitas. Walaupun mayoritas adalah orang Jawa yang mana sehari hari menggunakan bahasa Jawa tetapi toleransi terhadap teman teman dari luar Jawa dengan memilih menggunakan Bahasa Indonesia dalam bergaul. Memang benar Bahasa Indonesia adalah Bahasa Persatuan. Namun dalam memanfaatkan “Kesaktian” bahasa persatuan ini perlu adanya toleransi. Apa jadinya jika masing masing dari kita mementingkan egonya untuk berkomunikasi menggunakan bahasa daerahnya sendiri sendiri ?

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment