Soloensis

Beda Kok Rukun Terus?

gradient-background-international-youth-day-celebration_23-2150598142
Gambar: Freepik

     Hai, disini aku akan berbagi pengalaman pertemanan masa kecilku yang ternyata ada banyak hal – hal kecil berarti, namun baru aku sadari seiring dengan bertambahnya umurku. Sebut saja aku FV, saat itu pada sekitar tahun 2018 aku masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar, aku tinggal di Perumnas Bumi Wonorejo Indah, Karanganyar. Di tempat tinggalku, aku memiliki dua sahabat, salah satunya teman lelaki berinisial SP, dia sama denganku masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar, rumahnya berada tepat di depan rumahku, kami sudah sering bermain bersama bahkan dari kami masih TK. Satunya adalah teman perempuan berinisial R, umurnya berbeda satu tahun lebih muda denganku dan SP, rumahnya berada di samping kanan rumahku, tahun itu adalah tahun pertama kami bertemu dan menjadi teman.

     Kami sangat sering menghabiskan akhir pekan kami dengan bermain bersama di lingkungan sekitar, bahkan di hari lainnya kami juga sering bermain sepulang sekolah hingga menjelang malam, tentunya kami sudah melewati banyak kenangan masa kecil bersama haha. Di akhir pekan, aku dan SP selalu menunggu R yang beribadah ke Gereja hingga siang hari, biasanya kami bermain setelah tidur siang, sekitar pukul 14.00 – 16.00 setelah itu kami beristirahat karena aku dan SP harus menunaikan sholat ashar, kami lanjut bermain bersama setelahnya hingga menjelang magrhrib. Begitulah kira – kira rutinitas jam main kami di akhir pekan.

     Selain akhir pekan kami juga bermain bersama setelah pulang sekolah, R biasa pulang ke rumah pukul 16.00 karena menunggu bundanya pulang bekerja, waktu bermain kami hanya sebentar di hari biasa. Namun aku sering bermain ke rumah R saat malam hari karena masih kangen saja untuk bermain atau hanya sekedar mengobrol. Ayah dan Bundanya R sangat baik juga kepada ku, namun sayang mereka sering membandingkan aku dan R. Misalnya “ Mbak Fv tu belajarnya rajin walau main hp terus, la kamu main hp terus belajar gamau, bunda marahin kamu karna kamunya yang ngga kaya mbak Fv ’’ ucap bunda R. Jujur saja waktu itu aku hanya mengiyakan apa yang dikatakan oleh bundanya R karena saat itu aku menganggap bahwa R hanya mendapat teguran dari orang tuanya karna dia yang malas untuk belajar, R pun terlihat tidak kesal atau marah kepadaku, justru aku merasakan bahwa R sangat menyayangiku.

     Lain halnya denganku dan SP, R sering sekali dimarahi oleh Ayah Bundanya hingga dia menangis. Aku dan SP sering juga mendapat pertanyaan dari bundanya R “ Mas SP kalo dimarahin mama juga karna mama sayang sama mas SP kan, Mbak FV juga ngerasanya gitu kan ’’ Yaaa tidak salah juga sih pikirku dulu, Aku dan SP hanya bisa membantu memberi nasehat kepada R agar dia tidak dimarahi orang tuanya lagi.

    R memiliki satu hewan peliharaan yaitu anjing yang bernama Bino. Walau aku dan SP tidak bisa menyentuh Bino, tetapi kami sayang terhadap Bino, apalagi tingkah lakunya yang menggemaskan. Saat bermain ke rumah R, Bino selalu dimasukan ke kandang agar tidak mengenai aku dan SP. R sangat menghargai kami dengan mencuci tangannya setiap ingin bermain dengan kami setelah memegang Bino, tentunya Ayah Bunda R yang mengajarkan hal itu kepada anaknya. Sekarang anjing itu sudah mati karena memakan racun tikus. Siapa yang tidak sedih dengan kematian Bino, kami semua sangat merasa kehilangan. Namun kami tetap memberi semangat kepada R dan meyakinkan bahwa Bino sudah tenang disana.

     Hari demi hari berlalu hingga memasuki bulan suci Ramadhan, saat puasa kami bertiga masih bermain bersama tetapi saat jam makan siang ayah dari R meminta R untuk istirahat makan siang terlebih dahulu sedangkan aku dan SP menunaikan sholat. Bahkan kami bertiga pernah mengikuti buka bersama di masjid dengan R, saat mau tarawih R iseng meminta untuk ikut dan meminjam mukenaku, tetapi dilarang oleh bundanya R saat kami mau pergi ke masjid, aku paham maksud dari bundanya yang melarang R, aku merasa sedikit malu karna mengiyakan permintaan R saat itu, untungnya mereka tidak marah kepadaku dan masih berhubungan baik denganku. Saat Idul Adha pun R ikut denganku dan SP melihat penyembelihan hewan kurban di Masjid. Sedangkan saat akhir tahun R merayakan Natal dengan keluarganya di tempat neneknya, jadi kami jarang bermain di waktu itu, namun saat R sudah kembali ke rumah, aku dan SP menghampirinya dan mendengarkan cerita R saat merayakan perayaan Natal bersama keluarganya.

     Pertemanan kami terasa sangat indah dan harmonis meski kami berbeda keyakinan, kunci dari kerukunan itu sendiri yaitu perasaan saling menghargai satu sama lain. Aku juga menyadari meski cara orang tua R mendidik R tidak seperti orang tuaku dan SP, tetapi aku yakin mereka mengusahakan dan menginginkan yang terbaik untuk R. Lagi pula Ayah dan Bundanya R selalu mengajarkan R untuk menghargai aku dan SP sebagai temannya yang berbeda keyakinan.

     R pindah rumah pada tahun 2020, aku dan SP sedih karena R pindah rumah dan meninggalkan kami berdua disini, sampai saat ini R belum kunjung bermain lagi kemari, aku dan SP pun melanjukan hidup kami masing – masing, SP berada di pondok sekarang yang berarti sekarang aku sendirian dan tidak memiliki teman di rumah. Aku berharap mereka bisa mengejar apa yang dicita – citakan dan kami bertiga bisa sukses dengan jalan kami masing – masing. Aku juga berharap kami bertiga bisa berkumpul dan bermain bersama lagi setelah 4 tahun berpisah.

 

Nama: Fazavita Raafaayuningsih

Sekolah: SMAN 8 SURAKARTA

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment