Soloensis

Aku dan Keberagaman di Sekitarku

teenagers-friends-having-fun-cartoons_18591-52615
Gambar: Freepik

     Hari ini adalah dimulainya tahun ajaran baru, yang artinya ini hari pertamaku masuk ke SMA. 3 tahun menjalani masa-masa di SMP, berat rasanya harus berpisah dengan teman-teman dan memulai segalanya dari nol di sekolah yang baru.  Sekolah baru, lingkungan yang baru pula dan aku harus beradaptasi dengan itu semua mengingat aku akan menimba ilmu disini selama 3 tahun kedepan. Segalanya terasa asing bagiku karena saat SMP aku bersekolah di sekolah berbasis agama Islam, dan sekarang aku masuk ke SMA negeri. Aku menyadari banyak sekali perbedaan disekitar ku. Namun, dari situlah lembaran baru dihidupku mulai tercipta.

     Hari demi hari telah berlalu dan perlahan aku mulai beradaptasi dengan lingkungan baru ini. Pada awalnya aku berpikir akan sulit beradaptasi, tapi ternyata semua berjalan dengan lancar. Aku mendapat banyak teman baru yang sangat ramah dan baik hati karena mau berkenalan denganku.  Teman pertamaku Bernama Andi, kami berkenalan saat masa pengenalan lingkungan sekolah. Dia berasal dari Jawa Timur tepatnya di kota Madiun. Saat kami mengobrol aku merasa logat dan Bahasa yang dia gunakan berbeda dari yang sering ku dengar sehari-hari.

     Namun, hal itulah yang menciptakan kesan tersendiri saat mengobrol dan bercanda dengannya. Selain dari Jawa Timur, aku juga mempunyai teman yang berasal dari Jawa Barat. Nimas Namanya, dia seorang Perempuan yang baik hati dan sangat sopan. Dia berasal dari kabupaten Majalengka provinsi Jawa Barat. Nimas menggunakan Bahasa Indonesia saat berkomunikasi disekolah karena dia tidak bisa menggunakan Bahasa Jawa. Namun, Nimas seringkali berusaha dan belajar berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa meski kadang logatnya terdengar lucu saat ia menggunakan Bahasa jawa . Selain Andi dan Nimas, aku juga berkenalan dengan seorang yang Bernama Carlos dan ternyata dia keturunan NTT. Saat berkenalan dengannya aku menyadari bahwa ada perbedaan fisik yang mencolok dari kita berdua, Carlos bertubuh besar dan bulu di lengannya terbilang cukup banyak. Dia menjelaskan kepadaku bahwa hal tersebut dia dapatkan dari turunan genetik ayahnya yang berasal dari NTT, dia juga mengatakan kepadaku bahwa dia bangga memiliki bulu lengannya karena itu akan menjadi ciri khas dirinya.

     Tidak sampai disitu saja, aku berkenalan dengan 2 orang yang juga keturunan dari luar pulau jawa. Mereka adalah Markus dan Boris yang dimana mereka keturunan Sumatra utara. Saat pertama kali berkenalan dengan mereka, aku merasa bagian akhir dari nama Panjang meraka sangat keren dan terdengar asing di telingaku karena yang sering ku dengar yaitu nama-nama seperti Paijo, Suparman, Sri dan sebagainya. Mereka menjelaskan bahwa suku batak yang berasal dari Sumatra utara memiliki ciri khas yaitu marga yang ditempatkan di akhir nama seseorang, dan dari situ dia memberitahu aku banyak hal tentang ciri khas suku batak seperti penggunaan kain ulos dan berbagai macam upacara adatnya. Oyaa… mereka berdua beragama Kristen dan terbilang seorang yang paham dan taat dengan agamanya. Suatu hal yang baru bagiku memiliki teman sekelas yang berbeda keyakinan mengingat dulunya aku bersekolah di swasta. Bahkan disaat ada jam kosong kita sering bertukar cerita tentang agama kita yang berbeda. Tak jarang pula teman-temanku yang beragama Kristen melakukan kegiatan ibadah berdoa Bersama di dalam kelas, dan yang terjadi ketika mereka beribadah adalah suasana kelas yang tenang dan semua temanku menghargainya.

     Hari demi hari telah berlalu dan aku sangat senang bisa mengenal mereka semua. Keberagaman yang ada tidak hanya mengenai fisik, suku, maupun Bahasa. Saat kita bergaul dengan banyak orang tentunya kita akan menemui beragam karakter dan sifat manusia. Semakin lama aku berteman maka semakin paham dengan  karakter temanku. Namun, satu hal yang unik adalah selama kita berteman sejauh ini, kita tidak pernah dihadapkan dengan konflik karena adanya perbedaan tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena kita selalu berusaha saling memahami dan menghargai satu sama lain dalam keberagaman yang ada.

     Masa-masa dikelas 1 SMA terasa sangat menyenangkan dan perbedaan yang ada dikelasku menjadi suatu alasan aku semangat untuk berangkat sekolah. Singkat cerita, aku telah menyelesaikan 2 semester di kelas 1 SMA dan berhasil naik kelas, tetapi ada kabar buruk bahwa saat kelas 2 SMA akan diberlakukan sistem rolling, jadi aku akan bertemu teman baru dan mungkin sudah tidak sekelas dengan teman temanku saat ini. Benar saja, saat kelas 2 aku berpisah dengan teman-teman kelasku dulu, namun kita tetap berteman dekat dan sering menyempatkan waktu untuk bertemu, berkomunikasi untuk mengenang masa lalu maupun membuat lembaran kisah kita yang baru. Layaknya taman yang terlihat indah dengan berbagai macam jenis tanamannya, pertemanan kami terasa sangat indah dengan perbedaan didalamnya.

     Saat aku naik kelas semua terasa berbeda, teman baru, guru baru, suasana kelas yang baru dan ya, aku harus beradaptasi lagi. Disaat aku merasa malas untuk beradaptasi lagi, ternyata ada beberapa teman baruku yang berasal dari daerah tempat tinggalku dan hal itu membuat kami mudah menjalin pertemanan, salah satu temanku ialah Rafi. Hari demi hari berlalu dan kita semakin akrab, namun aku tetap merasa semua ini tidak sama seperti dulu dan aku sulit menghilangkan perasaan itu. Aku selalu mengangap bahwa pertemananku saat kelas 1 SMA adalah pertemanan yang terbaik dan akan sulit tergantikan, mengingat saat kelas 1 SMA dulu aku sangat jarang bergaul dengan kelas lain karena aku merasa sangat nyaman.

     Bahkan pada saat itu aku menganggap mereka sebelah mata karena melihat kebiasaan dan karakter mereka yang tidak cocok dengan diriku. Hingga ada satu momen yang menyadarkanku ketika kelas 2 SMA, aku diajak bermain oleh Rafi  dengan teman-temannya yang dari kelas lain dan sebelumnya aku belum mengenal mereka. Disitu aku banyak bertukar pikiran dengan mereka dan ternyata itu membuka pikiranku yang sebelumnya selalu ingin berada di zona nyaman. Aku tersadar bahwa untuk menghargai perbedaan tidak selalu tentang suku,ras,agama maupun kebudayaan. Menghargai perbedaan bisa dimulai dari hal kecil disekitar kita, seperti menghargai kebiasaan dan perilaku orang lain, menghargai pilihan orang lain, menghargai perbedaan karakter yang ada pada tiap manusia dan masih banyak lagi. Dari hal tersebut kita dapat membuka lebih luas pikiran kita mengenai keberagaman dan perbedaan yang ada karena terkadang kita hanya perlu fokus pada hal kecil untuk membuat sesuatu yang besar.

     Dari pengalaman itu membuatku berpikir bahwa hidup dalam perbedaan dapat membuka pikiranku terhadap betapa luasnya negeri ini yang dihiasi dengan keberagaman dan disempurnakan oleh perbedaan. Tak harus satu keyakinan, tak harus satu suku, tak harus berkulit putih atau hitam, tak harus berbahasa jawa, dan tak harus satu pemikiran, kita dapat selalu berteman dan Bersatu apapun keadaannya.

 

Nama: Abimanyu Abdee Prayitno

 

Sekolah/Kelas: SMAN 8 SURAKARTA

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment