Soloensis

Toleransi Si pendiam dan Si periang

6ae34279542bf5bed24138fedb16fc90

Sekitar tahun 2019 saya dan ke empat teman saya duduk di bangku SMA salah satu sekolah di Solo. waktu itu sedang popular aplikasi untuk cek kepribadian dikalangan masyarakat, banyak orang mulai mengklasifikasikan dirinya masuk tipe MBTI yang mana apakah extrovert atau introvert tidak terkecuali bagi saya dan ke empat teman saya. Kami melakukan beberapa kali tes di beragam platform dan hasilnya dari lima orang hanya saya yang berkepribadian extrovert dan keempat teman saya adalah introvert.

Pada saat itu kami masih memiliki pemahaman bahwa seorang extrovert cenderung outgoing, talkaktive, energetic, dan banyak teman. Sedangkan introvert cenderung pendiam, tertutup, enggan berteman, dan kurang seru. 

Sehingga seringkali kami mengalami perdebatan seperti kurangnya waktu berkumpul karna terkadang saya sudah memiliki acara lain atau berkumpul bersama teman yang lain. Begitu juga sebaliknya kadang saya merasa kesal jika mereka sudah berada didunia mereka sendiri dan kurang memperhatikan sekitar. 

Terkadang kami saling menyalahkan atau saling iri terhadap kepribadian kami satu sama lain. Seperti mereka ingin bisa bersosialisasi dan berkumpul dengan banyak orang tanpa kelelahan atau terkuras energinya, sedangkan saya juga terkadang ingin memiliki pembawaan yang tenang dan lebih santai.

Tak lama berselang saya memiliki pemahaman baru mengenai kepribadian extrovert dan introvert. Menurut yang saya baca Introvert dan extrovert mulai dikenalkan dan dijelaskan oleh Carl Gustav Jung dalam bukunya yang berjudul psychologist typen, rascher verlag, zurich. Jung menjelaskan bahwa manusia itu punya suatu mekanisme yang disebut dengan sikap jiwa, yaitu oreintasi pilihan seseorang dalam mengisi kembali energi dalam dirinya. Menurut Jung tipe dari cara orang mengisi itu berbeda beda. Yang mengisi dengan orientasi kedalam itu introvert dan yang mengisi dengan orientasi keluar itu extrovert. 

Jadi, introvert extrovert bisa sama sama cerewet, sama – sama pendiem, bisa sama – sama ga banyak temen, bisa sama – sama banyak temen. Yang membedakan adalah, ketika mereka butuh untuk nge-cas,  si tipeI introvert pergi menyendiri (menyepi, ke gunung, nonton) sementara si tipe extrovert bertemu dengan orang lain, untuk mendengar,berdiskusi, ikut seminar, ikut kepanitiaan atau organisasi, dll. 

Dan sepengamatan saya memang seperti itu ada teman organisasi saya orangnya supel, cerewet pandai bergaul bahkan menjadi ketua angkatan padahal dia adalah seorang introvert, dia juga mengatakan biasanya setelah melakukan banyak kegiatan yang menguras energy sosialnya, dia akan menyiapkan waktu untuk sendiri me-recharge energinya kadang dia tidak akan keluar rumah selama beberapa hari untuk memulihkan energinya. Ada juga teman saya yang jarang berbicara cenderung pemalu padahal dia adalah seorang extrovert tetapi hampir disetiap perkumpulan atau main bareng dia selalu hadir karena dia akan menyerap energy yang dikeluarkan teman – temannya yang lain kemudian diserap kedalam dirinya  sehingga dia lebih bersemangat.

Pemahaman inilah yang ingin saya bagikan ke teman – teman saya bahwa mereka juga bisa memiliki banyak teman dan bersosialisasi dengan banyak orang. Karna tipe extrovert introvert ini bukan bermaksud mengkotak – kotakan manusia, bukan juga untuk menilai baiknya seperti apa, cocoknya dengan pekerjaan apa, ataupun berteman dengan siapa. Tetapi jadi referensi diri sendiri kita harus bagaimana jika sedang butuh energy untuk jiwa apakah dengan menyepi atau berdiskusi, ini hanya soal dari mana sumber psikis itu datang. 

Jadi saya harap perbedaan karakter ini tidak menghalangi hubungan kita satu sama lain dan kita dapat menghormati juga memahami perbedaan yang ada dalam diri kita masing – masing. Begitu pula dalam bermasyarakat kita akan menemui bergam karakter, budaya, agama, suku dan ras dalam hal ini kita harus siap menghargai perbedaan yang ada.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment