Soloensis

TANTANGAN UNTUK MENGHASILKAN KARYA?

Pengalamanku dengan Solopos berawal dari saya dipinang oleh seorang laki-laki yang usianya dua tahun lebih tua dari saya. Setiap hari suami selalu pergi ke kios koran untuk membeli beberapa koran termasuk koran Solopos. Dari situlah sedikit demi sedikit saya mulai membuka-buka koran tersebut. Awalnya hanya membuka kemudian membaca satu berita, dua berita, tiga berita, empat berita, tidak lebih dari lima berita. Kenapa? Karena ada dua balita yang selalu mencari perhatianku. Ah, kapan selesainya membaca koran?

Sampai suatu hari, anak-anak sudah tumbuh besar. Jagoanku berusia 7 tahun dan gadis kecilku yang berusia 3 tahun. Mereka sangat suka sekali dengan buku cerita. Jagoanku juga mempunyai hobi membaca koran dan menulis seperti bapaknya. Walau yang dibaca di koran Solopos hanya berita yang dia sukai. Dia juga suka berlomba mengisi TTS bersama bapak atau ibunya. Suatu hari jagoanku menantangku untuk menulis. Karena saya tidak ingin mengecewakan dia, mulailah saya belajar untuk menulis cerpen. Dengan berbekal tulisan cerpen yang saya baca setiap hari Minggu, yang dimuat di Solopos dan koran lainnya.

Tulisan pertama saya kirim ke Solopos dan belum beruntung. Tulisan kedua dan ketiga masih tersimpan di komputer. Tulisan kelima sampai ketujuh saya pertaruhkan untuk mengikuti kompetisi. Saya ingin berusaha memberi contoh yang terbaik buat anak-anak. Perasaan saya saat mengirim tulisan-tulisan itu rasanya campur aduk seperti masakan sayur orak-arik yang selalu saya masak. Antara dag dig dug, senang, dan penasaran ditumplak jadi satu. Terutama saat saya mengirim tulisan ke Solopos. Dengan memegang amplop dan menggandeng gadis kecilku, saya masuk ke gedung Solopos. Wouw, pemandangan yang baru pertama kali kulihat. Orang-orang pada duduk menghadap komputer. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tak ada yang menghiraukan aku dan gadis kecilku.

Jantungku semakin kencang saat menghampiri tempat resepsionis, seorang perempuan cantik dengan suara yang halus dan ramah menyambutku. Saya menyampaikan tujuan datang ke Solopos dan tulisan saya diterima dengan baik. Kutinggalkan meja resepsionis, kulangkahkan kakiku untuk menuju pintu dan sempat kupandangi gadis kecilku yang dari tadi saya genggam tangannya. Dari raut wajahnya dan gerak tubuhnya, dia sangat gembira. Kubayangkan, seandainya genggamanku ini terlepas pasti dia sudah loncat-loncat kegirangan, mungkin juga berguiling-guling ke lantai, seperti anak kecil yang diajak ibunya berekreasi. Ha… ha… ha….

Sepanjang perjalanan menuju rumah, saya selalu tersenyum-senyum pada diri sendiri, senyum pada gadis kecilku, dan senyum pada dunia. Saya tidak peduli pada orang-orang yang memandangku. Biar dikata saya gila atau apa saja yang penting saya bahagia. Terima kasih Solopos karena engkau adalah tempat awal saya untuk memulai sebuah karya.

Apakah tulisan ini membantu ?

ririndiahutami

Ibu Rumah Tangga

View all posts

Add comment