Soloensis

Kembangkan Pembelajaran Sosiologi Melalui RRA

Kembangkan Pembelajaran Sosiologi Melalui RRA
Oleh: Ari Tri Noeryanti, S.Sos
buharyort3@gmail.com

Penghapusan Ujian Nasional (UN) sebagai penentu kelulusan adalah berita yang menggembirakan diawal tahun 2015. Kementrian Pendidikan Nasional melalui Menteri Anies Baswedan memberikan otoritas sekolah untuk menentukan standard kelulusan, UN hanya untuk keperluan pemetaan. Diharapkan para praktisi pendidikan terutama guru kreaktif melakukan learning (pembelajaran untuk mengatasi masalah) bukannya studying (belajar untuk menjawab soal). Sehingga setiap lulusan memiliki kompetensi kreaktif dan berani melakukan inovasi daripada sekedar bisa menjawab soal ujian.
Untuk memenuhi tantangan gerakan pendidikan yang telah dicanangkan sebagai tiga strategi membangun bangsa yaitu pertama, menguatkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yakni guru, siswa, orangtua, dan kepala sekolah untuk membentuk ekosistem yang sehat dan kuat. Kedua, mempercepat peningkatan mutu dan akses pendidikan. Dan ketiga, mengembangkan efektivitas birokrasi pendidikan melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik. Maka pembelajaran sosiologi sebagai ilmu sosial harus berubah mindsetnya dari hafalan menjadi solutif dan inovatif menjawab permasalahan yang ada. Kepekaan dan kemampuan sosial seperti kecerdasan multikultural, keadilan gender, sadar lingkungan, menghormati difabel, penguatan budaya dan kearifan lokal, mencintai produk dalam negeri, berwawasan nusantara akan mendukung kemandirian.
Wawasan terhadap teknik tertentu dapat meningkatkan gairah dalam pembelajaran seperti Rapid Rural Appraisal (RRA) digunakan untuk melakukan pemetaan di suatu desa dengan cara cepat.Tentu saja ‘cepat’ memiliki resiko terhadap keilmiahan akan tetapi teknik ini masih digunakan untuk melakukan assesment awal di suatu tempat yang untuk mengetahui gambaran suatu desa yang akan ditindaklanjuti oleh penelitian. Teknik RRA yang diperkenalkan adalah transect/jalan – jalan, social mapping (peta sosial) dan discussion (diskusi).
JALAN-JALAN
Metode jalan-jalan adalah mengajak para siswa untuk jalan-jalan melihat situasi suatu desa sasaran penelitian. Siswa mendapat stimulus dari melihat, mengamati, mendengar apa yang terjadi di desa. Kemudian hasil dari jalan – jalan dituangkan kedalam gambar sederhana untuk melihat potensi desa misalnya : tanaman apa saja yang bisa tumbuh di desa, tanaman produktif apa saja yang bisa dikembangkan, luas permukaan wilayah, potensi air dan potensi alam, sumber daya manusia( penduduk produktif, angkatan kerja dan tidak produktif). Isu-isu yang sedang berkembang di desa seperti gosip adalah gejala tentang suatu masalah. Berdasarkan pengalaman, para siswa menjadi gembira dapat mengalami belajar diluar ruang kelas dan menghirup udara bebas. Siswa bebas melakukan observasi lapangan dan mendokumentasikannya dengan kamera atau video. Setelah jalan-jalan para siswa akan memvisualisasikan kedalam bentuk gambar.
PETA SOSIAL
Peta sosial adalah peta sederhana mengenai letak rumah penduduk, fasilitas umum, akses pelayanan publik untuk melihat permasalahan terhadap fasilitas dan akses yang mempermudah terjadinya aktifitas dinamis masyarakat. Letak dan jumlah sumberdaya manusia dan alam menentukan tingkatan secara ekonomis suatu masyarakat. Jika piramida penduduk yang paling bawah adalah kaum miskin maka perlu digali informasi kepada masyarakat tentang pekerjaan, penghasilan, aliran dana, sirkulasi uang. Teknik ini memampukan para siswa untuk memvisualisasikan desa dalam peta dan mengenali tokoh – tokoh kunci dan letak rumahnya untuk melihat peran dan gerakannya.
DISKUSI
Setiap siswa akan diberi kesempatan untuk mempresentasikan gambar dan peta yang telah dibuat untuk menggali pertanyaan dari siswa-siswa yang lain. Guru mengarahkan diskusi dan memberikan keterangan tentang kejadian atau fakta sosial yang ditemukan. Diskusi terarah yang digali oleh para siswa dan difasilitatori oleh guru diharapkan dapat menemukan masalah sosial yang disepakati bersama oleh para siswa yang hendak dipecahkan. Kemampuan menggali, mengenali dan memperkirakan sebuah solusi adalah kesempatan emas guru mendorong proses kreaktif siswa baik dari segi kognitif, motorik, dan praktis. Ini akan menjadi pembelajaran holistik.
TINDAKAN PERCOBAAN DAN PELAPORAN
Setelah menemukan masalah akan dianalisa bersama-sama dan dikaji latarbelakangnya melalui studi literatur. Siswa diajak mengenali situs-situs di internet yang memperkaya pengetahuannya terhadap masalah sosial, seperti Encarta. Selain menemukan solusi diberbagai situs lokal dan internasional para siswa dituntut untuk mengenali teknik – teknik yang mendukung seperti membuat briket dan olah limbah, alat bantu sederhana, teknologi tepat guna yang lain yang kemudian dikombinasikan dengan ketersediaan sumberdaya alam dan penduduk yang ada. Setelah mengalami trial dan error para siswa dipersilahkan untuk melaporkan secara sederhana kepada guru pengampu dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat.
Pembelajaran sublimasi RRA dalam sosiologi di tingkat SMA adalah dorongan dan rangsangan dari apa yang dilihat, dirasa, didengar dan diraba di desa menimbulkan gairah dan semangat menggali potensi diri mencari solusi terbaik dari suatu masalah sosial yang disepakati untuk dipelajari. Para siswa juga mendapat manfaat pembelajaran kepekaan sosial dan lingkungan serta kecerdasan dalam mengkomunikasikan ide dan gagasan kepada masyarakat desa secara riil. Kemampuan melihat, mengamati, menggambar, menulis dan berbicara didepan publik adalah inti pembelajaran kecerdasan sosial berbasis multikultural karena motorik, kognitif, social, dan praktek mendapatkan rangsangan yang sepadan. Diharapkan siswa dapat meraih manfaat sebesar-besarnya dari pengalaman belajar sesungguhnya tidak hanya berbasis low order studying yang hanya menekankan kemampuan menjawab soal ujian. Dampak yang signifikan adalah siswa merasa merdeka untuk berkreasi, Selamat Mencoba!

Apakah tulisan ini membantu ?

Ari Tri Noeryanti

Guru Sosiologi SMAN 1 Ngemplak Boyolali

View all posts

Add comment