Soloensis

Menipisnya pendidikan karekter

 

MENIPISNYA PENDIDIKAN KARAKTER

                                                                                                                                                                                              Hari senin 23 desember 2019 18:16

 

Suatu bangsa akan menjadi besar jika generasi penerusnya memiliki karakter yang baik dan dimulai dengan pembentukan karakter melalui proses pendidikan. Pendidikan belakangan ini banyak mendapat sorotan dari kalangan pengguna jasa dan pemerhati pendidikan baik media massa maupun seminar.

Hal yang demikian ini berhubungan dengan berbagai penyimpangan prilaku yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, tindakan kriminal, pelecehan seks, perusakan, etika-etika yang mulai menipis, kurangnya tenggang rasa dan tanggung jawab yang menjadi konsumsi sehari-hari di media massa, yang mengkhawatirkan kondisi ini muncul di lingkungan pelajar dan mahasiswa seolaholah mereka tidak mendapatkan pendidikan karakter saat kegiatan belajar mengajar. 

Pendidikan karakter di Indonesia saat ini bisa dikatakan sudah sangat kurang. Begitu banyak terjadi tindakan-tindakan yang jauh dari norma-norma agama yang paling utama. Kemudian, pada pengembangan nilai-nilai kebudayaan dan karakter bangsa pada individual masing-masing sudah tertanam jelas pada pola pikir individual itu sendiri.  Sehingga, karakter di dalam dirinya sudah tertanam di kehidupan nyata sebagai seorang yang bermasyarakat, religius, nasionalis, produktif dan kreatif. 

Namun, upaya pemerintah dalam mengembangkan pendidikan karakter tidak seperti apa yang diharapkan. Di antaranya, pergeseran subtansi pendidikan ke pengajaran. Makna pendidikan yang sarat dengan muatan nilai-nilai moral bergeser kepada pemaknaan pengajaran yang berkonotasi sebagai transfer pengetahuan.

Perubahan subtansi pendidikan ke pengajaran berdampak langsung terhadap pembentukan kepribadian peserta didik. Perubahan ini sangat apatis atau menjadi acuh tak acuh kepada pembentukan kepribadian yang akan menimbulkan beberapa masalah baru. Hal ini dianggap sebagai ideologi-ideologi yang melahirkan pemahaman yang berkaitan dan lari pada norma-norma agama. Jika pembentukan kepribadian tidak begitu sempurna maka akan melahirkan individu yang tidak berkarakter.

Terjadinya pergeseran subtansi pendidikan ini di sebabkan oleh masih kukuhnya pengaruh paham asosiasi dan behaviorisme. Pengaruh Paham asosiasi karena, asosiasi berkaitan dengan kehidupan bersama antar suatu individu dalam suatu ikatan. Apabila kelompok sosial dianggap sebagai sebuah kenyataan di masyarakat, maka individu merupakan kenyataan yag memiliki sikap terhadap kelompok tersebut terhadap suatu kenyataan subjektif. 

Dan behaviorisme atau aliran prilaku (juga disebut perspektif belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposi bahwa semua dilakukan organisme termaksud tindakan, pikiran, atau perasaan harus dianggap sebagai prilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran.

 Sehingga sebuah pendidikan pengajaran terhadap pembentukan kepribadian peserta didik harus dilakukan berdasarkan muatan nilai-nilai dan moral yang nyata dan tidak menyimpang nantinya.

 

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Nabila Syafira hasibuan

    Mahasiswa uin sumatera utara medan

    View all posts

    Add comment