Soloensis

Alat Pengukur Tsunami

Tsunami merupakan salah satu musibah alam maha hebat yang sempat terjadi seringkali di beberapa negara di dunia. Satu diantaranya ialah Indonesia. Masih terpikir secara jelas musibah tsunami yang menghajar Aceh di tahun 2004 lalu. Musibah itu sudah menelan beberapa ratus ribu korban jiwa. Minimnya mendeteksi dini pada musibah tsunami mengakibatkan kerusakan kronis dan menyebabkan jatuhnya beberapa korban jiwa. Diperlukan satu alat pengukuran tsunami yang dapat mengetahui terjadi gelombang besar tsunami.

Hal pertama kali dalam yang berperan dalam sebuah alat ukur ialah peranan diagnosis. Dalam study mengenai musibah alam, ada yang disebutkan dengan mendeteksi dini. Mendeteksi dini ialah sebuah info yang memberitahu ada bahaya saat sebelum berlangsungnya musibah. Dalam soal musibah tsunami, dibikin sebuah mekanisme mendeteksi dini yang dikenali dengan istilah tsunami warning sistem.

Mekanisme ini diperkembangkan untuk lakukan diagnosis pada gejala-gejala yang mempunyai potensi memunculkan musibah tsunami (baca : Pemicu Tsunami). Salah satunya pemicu berlangsungnya tsunami ialah ada gempa dengan kemampuan yang besar sekali di mana hiposentrumnya terjadi di dasar laut (baca : Penampang dasar laut).

Indonesia mempunyai mekanisme pendeteksi tsunami yang disebutkan dengan Indonesia Tsunami Early Warning Sistem atau dipersingkat InaTEWS (simak juga : Faedah Tsunami Early Warning Sistem). Mekanisme ini dibuat bangun oleh Tubuh Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama beberapa faksi di tahun ke 4 sesudah terjadi tsunami hebat di Aceh. Ada banyak elemen alat yang memberikan dukungan kerja mekanisme ini. Berikut penuturannya.

Accelerometer

Saat terjadi gempa bumi, seismometer yang terpasang di semua daerah Indonesia akan merekam dan menulis gelombang gempa (simak juga : Alat Pencatat Getaran Gempa Bumi). Ada lebih dari 600 seismometer yang dipasang di mana 500 buah salah satunya ialah tipe accelerometer dan bekasnya ialah broadband seismometer (baca : Pemahaman Seismometer). Keseluruhnya alat itu dikelompokkan ke sepuluh regional. Ke-10 regional itu mencakup :

Jarak di antara satu alat dengan lainnya dalam sebuah regional yaitu sekitaran 100 km. Dalam jarak itu, gelombang gempa akan terekam dalam kurun waktu beberapa menit saja. Data yang terekam selanjutnya dikirimkan ke arah pusat lewat satelit komunikasi VSAT. Selanjutnya akan dilaksanakan analitis pada data hingga dijumpai titik pusat gempa (baca : Pemahaman Hiposentrum). Saat gempa yang terjadi penuhi persyaratan tsunami, karena itu peringatan musibah tsunami akan dipublikasikan.

GPS dan Tide Gauge

BMKG memasang alat berbentuk GPS geodetik dan tide gauge di segala penjuru Indonesia hingga membuat jaringan GPS dan tide gauge. GPS geodetik digunakan untuk maksud mitigasi gempa bumi (baca : Langkah Lakukan Mitigasi Gempa Bumi). Dan tide gauge mempunyai tujuan untuk mengetahui pasang keringnya air laut saat berlangsungnya gempa bumi (simak juga : Macam- Jenis Gempa Bumi).

Tide gauge memang sebuah alat ukur yang dipakai untuk ketahui peralihan permukaan laut, baik secara teknisi atau secara automatis. Alat ini mempunyai elemen pressure, sensor radar dan sensor pelampung. Tide gauge paling bagus terpasang di dekat titik lurus di tengah-tengah laut yang tenang. Tetapi pada realitanya, alat ini kerap terpasang di zone laut tenang walau tidak dekat sama titik lurus (baca : Pemahaman Tektonik Lurus). Hal tersebut dikarena mahalnya ongkos penempatan.

Minimal ada beberapa 40 GPS dan 80 tide gauge yang direncanakan akan terpasang dan dikendalikan oleh Bakosurtanal. Manfaat ke-2 alat itu untuk memperhatikan pergerakan lurus bumi. Data arah pergerakan lurus bumi diiperlukan untuk meramalkan wilayah- wilayah yang riskan gempa di periode seterusnya. Data yang didapat akan dikirimkan langsung ke BMKG pusat memakai VSAT.

Simak Juga : Jual total station.

Buoy

Buoy adalah sebuah alat yang berperan sebagai pertanda yang terpasang di laut. Sebelumnya buoy terpasang untuk kegiatan bedah muat kapal laut. Tetapi, alat ini selanjutnya digunakan untuk memperhatikan tsunami yang kemungkinan terjadi di teritori itu (baca : Ciri-ciri Ciri akan Terjadi Tsunami). Buoy mempunyai pemberat yang disebutkan sinker. Sinker ini tersambung dengan buoy memakai rantai yang panjangnya 2x dalamnya laut yang terpasang buoy. Secara umum, buoy mempunyai warna jelas seperti warna kuning supaya gampang dikenal dan tidak tertabrak oleh kapal.

Indonesia lewat BPPT telah memasangkan beberapa buoy di Samudera Hindia. Penempatan buoy ini sebagai kerja sama di antara Indonesia dan Jerman. Namun ada-ada saja buoy yang terletak berbeda karena terikut arus laut. Buoy itu terikut arus laut karena terputusnya rantai atau sinker yang menyambungkan pemberat dengan buoy. Beberapa buoy yang berada di perairan Indonesia sebagai hasil kerja sama di antara Indonesia dengan WaveScan Malaysia, GITEWS Jerman dan DART Buoy Amerika Serikat.

Sistem Komunikasi Accelerometer, GPS, Tide Gauge dan Buoy

Seperti yang telah dijelaskan jika setiap alat hasilkan data. Lantas bagaimana data itu dapat sampai ke tangan beberapa riset? Keseluruhnya alat yang diatur BMKG itu mengirim data ke BMKG pusat lewat mekanisme komunikasi yang hebat. Mekanisme ini memakai komunikasi VSAT. Ada tiga type VSAT yakni mekanisme LIBRA, mekanisme Provider dan mekanisme Reftec.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Candra Bi

    Playmaker Panduanmenulis.com

    View all posts

    Add comment