Soloensis

Harta Karun dari Solopos

Sebuah woro-woro tentang lomba penulisan bertemakan “pengalaman bahagia bersama Solopos” membuatku mengingat dengan samar sebagian kecil harta karun yang kusimpan di lemari buku. Karena aku ragu-ragu tentang keberadaan harta karun tersebut yang mungkin berpindah ke tangan lain (tak ada niat untuk mencari terlebih dahulu), akhirnya aku membuat pengalaman lain bersama Solopos di kesempatan sebelumnya.
Sampai pada suatu hari aku melewati dan sejenak melirik lemari buku tersebut, aku pun menyerah pada tatapannya yang berkaca-kaca (lebay! padahal itu pintu kaca). Aku pun “iseng-iseng” mencari harta karun tersebut. Aku tak menduga ternyata masih ada jajaran dua buku laporan bergaris yang entah berapa tahun lamanya tak kubuka. Dengan malu-malu, aku tampilkan judul buku yang tak sesuai dengan fungsi buku laporan tersebut, yaitu “Kumpulan Cerita Anak *&* Cerita Pelajar” dan “Buku Pengetahuan L + S”. Yah, aku pun sadar diri bahwa tulisan judul-judul tersebut cukup simpel namun cenderung polos (ngumpet di kolong meja).
Saat aku membuka buku-buku tersebut, flashback pun dimulai. Untunglah otakku ini dengan baik hati memanggil kembali memori yang sempat terhapus tentang isi kliping yang memajang cerita anak (cernak), cerita remaja (cerja), ilmu pengetahuan (IPTEK), dan kerajinan tangan (handicraft) dari koran Solopos. Kliping-kliping tersebut kami buat saat kami duduk di bangku SMP (memoriku agaknya pelit menyebutkan kelas). Aku dan saudara kembarku dulu pernah berangan-angan memiliki perpustakaan kecil di rumah (lebih tepatnya perpustakaan bawah tanah seperti di film barat namun berakhir di ruang sholat) sehingga kami memutuskan untuk membuat kliping cernak, cerja, dan iptek dari koran agar menjadi bacaan bermanfaat untuk keluarga kami turun temurun. Kemudian, aksi gunting menggunting pun terjadi setelah koran Solopos sudah dibaca oleh orang tua. Tak tanggung-tanggung, aku dan saudara kembarku terkadang kena semprot ibu (kalau lagi apes) ketika beliau melihat koran Solopos bolong-bolong tiap minggunya.
Salah satu cerpen remaja yang masih membekas dalam ingatan adalah “Senja Terakhir di Juwiring” (judulnya lumayan sendu kan?). Judul dan cerita yang menarik bahkan membuatku berusaha mencari tempat yang menjadi latar kenangan cerja tersebut. Menurutku, banyak karya cernak dan cerja yang dimuat oleh Solopos menyampaikan pesan positif dan memberikan inspirasi untuk anak-anak dan remaja sehingga aku berharap Solopos akan selalu memuat cernak dan cerja yang menarik. Aku tentunya juga berterima kasih kepada para penulis cernak dan cerja Solopos yang dengan baik hati dan tidak sombong menulis cerita untuk kubaca dan kuabadikan di buku kliping.
Selain rubrik cernak and cerja, rubrik IPTEK menambah wawasan tentang pengetahuan alam dan teknologi yang berkembang di bumi ini. Solopos pernah memuat sebuah artikel IPTEK berjudul “Petir, berbahaya tapi bermanfaat”. Artikel tersebut membahas tentang manfaat petir dan cara menghitung jauh petir dari posisi kita berada (ini nih yang keren). Memori otak kita dapat dengan mudah mengingat suatu hal/ peristiwa apabila hal/ peristiwa tersebut sangat menarik bagi kita. Nah, hal yang menarik dari artikel tentang petir tersebut adalah cara menghitung jauh petir dari posisi kita berada. Sampai dewasa ini, aku masih menerapkan cara menghitung jauh petir yang pernah dibahas dalam artikel tersebut untuk menjauhi hal yang tidak diinginkan di musim penghujan
Aku juga masih sedikit mengingat handicraft bunga dari sedotan plastik yang pernah booming pada awal tahun 2003 sehingga aku juga mencoba membuat kreasi bunga dahlia dari sedotan plastik yang pernah dimuat di koran Solopos (ah, entah pergi kemana hasil percobaanku itu). Meskipun saat ini kegiatan handicraft tersebut tidak kulanjutkan namun aku pun merasakan manfaat dari membaca artikel tersebut dan mendapatkan pengalaman mengasyikkan dalam membuat handicraft bunga dari sedotan plastik.
Nah, itu adalah pengalaman bahagiaku di masa-masa sekolah bersama Solopos yang terbuka kembali bersamaan dengan ditemukannya harta karun dua buku kliping diantara buku-buku berumur lainnya. Sebenarnya tidak hanya satu atau dua cerita dibalik kliping-kliping tersebut tetapi aku pun sadar diri bahwa pembaca tulisanku ini mungkin mulai bosan atau lebih parahnya langsung menutup layar tulisanku ini apabila aku bercerita panjang lebar tentang pengalamanku ini. Ya, mungkin tak cukup hanya satu kata “Terima Kasih”, berdasarkan pengalamanku tersebut, rubrik-rubrik untuk anak-anak dan remaja di koran Solopos sangat membantu generasi muda untuk berpikir maju dan kreatif. Aku hanya berharap Solopos selalu dapat menyentuh hati semua generasi dengan informasi-informasi yang berkualitas.
Terima Kasih Solopos ^_^

Apakah tulisan ini membantu ?

Saly Octaviani

Freelance Web Content Writer

View all posts

Add comment