Soloensis

Sifat Yang Harus Dihindari Jika Ingin Sukses

Tidak ada yang tidak mau berhasil. Malah, kita yang berhasil menyelesaikan masa lalu mati, sebagai kehidupan yang lebih hakiki dan kekal, juga berkeinginan kesuksesan bisa lolos dalam dua fase kehidupan itu.

Melainkan tahukah Anda orang lain yang menjauh dari kesuksesannya karena merasa sendiri? Berikut 5 kepribadian orang yang tak akan berhasil berdasarkan Mustafa al-Siba’i dalam bukunya Hakadza ‘Allamatni-l Hayah:

1. Busung Dada

Busung adalah istilah lain untuk takabur dan, tentu saja, tinggi hati. Diakui atau tidak, sifat takabur bisa membikin pemiliknya dengan sendirinya menjauhi kesuksesan yang diidamkannya.

Jangan kaprah yang takabur senantiasa berwajah sewenang-wenang. Keengganan untuk mengembangkan sebab gengsi-gengsian juga merupakan indikasi ketakaburan yang teramat akut.

Mengapa orang yang kelewat gengsinya hanya mau dia senantiasa berada di atas dan tidak berharap di bawah, berharap hanya senang dan tidak mau sulit. Nah, sifat ini sulit untuk ditempatkan, malahan sulit didapat dan kawan yang sehati.

Pengertian ini selengkapnya bisa cek di situs https://penaqolbi.com/

2. Durhaka terhadap Orang Tua Tua

Beberapa pendapat tentang durhaka terhadap orang tua yang disebut-ucap membawa pengaruh buruk bagi keberhasilan. hanya mitos belaka.

Namun sadarkah kita adalah fakta yang sudah dikeluarkan dari ruang “diterbitkan mitos belaka”? Adakalanya membahas tentang orang-orang di sekitar kita.

Kita akan gampang menemukan mereka yang lebih berbakti terhadap ayah dan bundanya, lebih bergembira dan tentram, betapapun keadaan keuangan mereka. Apakah memang kedamaianlah inti semua kesuksesan?

3. Gila Popularitas

Hakekatnya tidak ada yang salah dengan tren. Yang salah adalah tren saat menjadi tujuan, dengan target: digilai dan semgaja dicari. Lazimnya, seseorang bebas akan puas dan tentram setelah diterima.

Nah, celakanya, tren dikala yang dicari tidak kunjung dijumpai, di situlah dia akan kecewa dan malahan kalah impian. Berbeda pendapat dengan mereka yang tidak gila pupularitas, seperti yang dapat disebut berhasil sebelum berhasil.

“Siapa yang mau dikenang pastilah dilupakan, dan yang tidak diminta dikenang alih dikenang,” kata Al-Dzahabi. Imam Syafi’i juga tidak pernah mengatakan, “Aku mau ilmuku tersebar luas tanpa semestinya dinisbatkan.” Toh, buktinya ia pun dikenang sepanjang masa.

4. Dendam, Dengki, dan Keuntungan Tahu Berterimakasih

Rezeki yang datang lewat kontribusi. Itu pasti, sebab itu memang undang-undang alamnya. Dapat pedagang diperoleh dari apa yang dibayar konsumennya. Barang kiriman hingga tujuan lewat jasa pengantarnya. Hormati penulis melalui apa yang disetujui oleh penerbitnya.

Jadi, janganlah kita berbagi-pakai dengan ulah kita sendiri. Lha, emang dapat kita jauhi? Dengki dong. Dengan apa, seumpama? Dengan rasa dendam, iri dan tidak tahu terima kasih.

Dendam cuma bisa dibikin relasi kerja memburuk. Pendendam tidak akan pernah bisa berfungsi sama dengan orang yang kesulitan berkomunikasi.

Tidak bisa menyia-nyiakan potensi logika yang kita optimalkan untuk mendapatkan bersama tetapi sulit mengusik orang lain. Pendengki membikin dia bukan kunjung berkembang, malahan ketinggalan.

5. Penipu yang Bermuka Manis

Sepandai-mahir orang menyetujui bangkai, pasti akan tercium juga baunya. Ungkapan ini ideal untuk mulut besar yang mengumpet di balik manis senyumnya, cantik lagaknya dan rapi bajunya.

Begitupun mulut besar yang bermuka manis, jikalau terkuak akan semakin mengecewakan.

Karena pasti akan lebih dibenci, sedari permulaan harus disetujui sebagai mulut besar. Saya seperti ini tak akan pernah berhasil. Sebab usaha apa pun yang dijalani seseorang, modal terpentingnya adalah kejujuran dan kepercayaan orang lain.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment