Soloensis

DINAMIKA KEHIDUPAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

 

 

Redaksi Santri September 29, 2020

 

DINAMIKA KEHIDUPAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Santri merupakan para siswa- siswi yang mendalami ilmu- ilmu agama di Pesantren, baik yang tinggal di pondok ataupun kembali sehabis berakhir waktu belajar. Mereka merupakan murid Kyai yang dididik dengan penuh kasih serta sayang buat jadi mukmin yang kokoh (tidak goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, serta terdapatnya perbandingan).

 

Santri pula merupakan kelompok yang menyayangi negaranya, sekalian menghormati guru serta orang tua kendati keduanya sudah tiada. Mereka merupakan kelompok orang yang mempunyai kasih sayang pada sesama (sahabat- sahabat) serta sangat pandai bersyukur dengan keadaan keadaannya.

Berdialog tentang Santri, banyak Dinamika Kehidupan yang Inspiratif menyelimuti tiap langkahnya. Salah satu antara lain merupakan Persahabatan, pasti telah terbayang bukan? betapa dekat serta eratnya suatu pertemanan yang dilapisi kasih sayang setelah itu berganti jadi suatu persahabatan yang terjalin dikala ini digolongan Santri serta bisa jadi hendak dirasakan oleh seluruh orang yang tidak terkecuali seseorang bertitel Santri.

 

Apalagi, bisa jadi persahabatan mereka lebih dari makna teman itu sendiri. Persahabatan yeng terjalin diantara sesama santri hendak terasa bagai kerabat. Mengapa? Sebab mereka mengenali satu dengan lain dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali, dari mulai yang suka ngedengkur, yang suka ngigau hingga yang jika udah tidur sulit bangun lagi.

 

Mereka tau seluruh perihal dari yang terkecil sekalipun semacam kerutinan kurang baik si teman yang malas mencuci tangan sehabis makan, serta memilah tisu basah bagaikan pengganti air ataupun kurang ingat menaruh benda serta hendak kelimpungan gempar kesana kemari, ataupun bisa jadi kerutinan baik si teman yang tidak suka terlambat shalat berjamaah serta hendak memforsir buat berangkat lebih dini.

 

Tetapi, banyak orang awam yang menyangka kehidupan di pesantren sangatlah susah. Terlebih untuk orang yang terbiasa hidup dengan kemewahan, bergelimangan harta serta hidup yang serba terdapat. Seluruh kebutuhan tiap hari disediakan, pakaian disetrika, duit tinggal memohon, tv senantiasa nyala, hingga makan juga telah ada, serta perihal itu bukanlah sama dengan kehidupan kanak- kanak santri.

 

Kala di pesantren, duit telah dicukupkan segitu terdapatnya serta sebisa bisa jadi mengendalikan duit biar lumayan hingga minggu selanjutnya datang. Misalnya, kita di beri kiriman seminggu sekali dengan duit Rp. 70. 000, 00 Hingga itu lumayan maupun gak lumayan wajib dicukupkan. Apalagi, kita yang umumnya pegang HP tiap waktu, kala di pesantren ada peraturan gak boleh pegang HP serta bisa jadi cuma satu minggu sekali, itu juga di batasi konsumsinya.

Pada awal mulanya, banyak orang yang gak betah di Pesantren. Sementara itu ketika

 

kita telah menjalaninya serta telah dapat menyesuaikan diri, kita hendak terbuat sulit move on dengan kehidupan Pesantren. Mengaji tidak sempat henti, Pagi hingga Sore penuh dengan aktivitas serta cuma terdapat rehat kala pergantian pengajar.

 

Tetapi seperti itu keseruannya. Keseruan mencari ilmu dari gudangnya khazanah ilmu. Terlebih, kala kita mendengar bel dengan satu dentingan. Itu merupakan perihal yang sangat ditunggu- tunggu. Seluruh bilang Astagfirullah tetapi tangan terkepal yes, yes, yes.

 

Di Pesantren gak terdapat kata jenuh, sebab terisi dengan bermacam aktivitas. Tetapi kala hari libur, ataupun pengajian libur dari pagi sampe sore serta gak terdapat yang ngisi pengajian, barulah disana rasa jenuh datang. Ingin ngapa- ngapain tidak dapat, Ngaji tidak, Main juga gak dapat. Bisa jadi sangat berbeda kala kita terletak di rumah.

Kala jenuh melanda, dapat nonton Televisi, Main HP, Hangout bareng temen, serta banyak lagi aktivitas yang sifatnya menghibur serta gak buat kita jenuh. Nah.. disini ujiannya, kala jenuh, benak kita tentu tertuju kerumah, pengen kembali, ngeluhlah, bilang disini mah gak dapat gitulah, gak dapat ginilah. Disana lah kita di uji kesabaran, intensitas serta kegigihan dalam mencari ilmu.

 

Bukankah dalam kitab ta’ lim pula diterangakan, Salah satu metode biar kita sukses mencari ilmu itu wajib tabah bukan? Jadi, untuk kita yang baru mondok, wajib tabah, terus semangat, terus berupaya mencari ilmu sebab usaha tidak hendak mengkhianati hasil.

 

Orang- Orang bijak bilang kalau“ Best Friend is a Reflection of Our Selves”[Sahabat Terbaik merupakan Refleksi Diri Kita]. Hingga, ayo berlomba dalam perihal kabaikan serta carilah teman yang mengajak kedalam kebaikan dalam tingkatkan mutu diri.

 

Salam Literasi, Salam Lestari dari Santri darulmuqimin-Pandeglang 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment