Soloensis

SETIAP ORANG HARUS TERBITKAN BUKU

SETIAP ORANG HARUS TERBITKAN BUKU!

Memiliki teman guru sekaligus berprofesi sebagai wartawan, rasanya senang sekali. Ketika kami terlibat dalam suatu obrolan, ternyata pembicaraan kami bisa menyambung. Inilah kelebihan saya dalam menggiring seseorang untuk mengikuti topic pembicaraan yang saya inginkan.

Teman saya, sebut saja Pak Andri. Saya mengenal beliau belum lama, belum genap satu tahun. Pak Andri selain mengajar, juga menjadi wartawan. Tentu saja beliau bisa menulis sesuai tema yang sudah ditentukan. Dari bincang-bincang kecil ini, saya melontarkan satu pertanyaan yang cukup membuat beliau tersenyum.

“Pak Andri, sudahkah menerbitkan buku?”
“Belum, Bu.”
“Wah, Pak Andri harus menerbitkan buku. Paling tidak satu buku. Saya yakin tulisan panjenengan terdokumentasi dengan baik di file. Tulisan panjenengan sudah dibaca banyak orang (yang tayang di Koran). Kalau tulisan-tulisan tersebut diterbitkan dalam sebuah buku, tentu akan lebih bermanfaat.

Saya pernah membaca sebuah buku yang ditulis oleh mantan wartawan . Beliau bilang kalau teman-teman wartawan mengaku tidak bisa menulis (maksudnya menulis seperti penulis pada umumnya, khususnya penulis buku). Padahal wartawan memiliki kesempatan lebih banyak menulis apa yang bisa ditulis.

Tetap saja wartawan mengatakan tidak bisa menulis. Padahal tulisan-tulisannya menginspirasi banyak orang. Mantan wartawan tersebut tidak lelah mengajak teman-teman wartawan untuk menulis dan menerbitkan buku.”

“Belum punya pikiran ke arah menulis buku, Bu. Kalau video memang sudah saya dokumentasikan dan saya upload di youtub.”

“Berarti Pak Andri harus menerbitkan buku, dong. Dulu saya juga memaksakan diri untuk menerbitkan buku. Buku berisi tulisan sederhana, menurut saya biasa saja tapi menurut orang lain sangat membantu untuk menulis. Menurut teman-teman, saya menjadi kompor lewat tulisan. Nah, ternyata tulisan saya bisa dinikmati dan bermanfaat bagi orang lain.”

Obrolan kami tidak hanya sebatas pekerjaan sebagai guru. Dengan berbagi tentang menulis, rasanya saya mendapatkan teman sepaham dalam hal literasi di sekolah. Saya memang tidak sempurna, saya juga belum begitu baik menulis, tapi saya tetap bisa mengajak kebaikan.

Saya mengajak teman-teman yang sepaham dengan saya untuk menulis. Mengajak suatu kebaikan, lalu yang diajak melakukan kebaikan itu dengan ikhlas dan ikut mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan, ada pahala berlipat ganda.

Mas dan mbak wartawan, ayo membukukan tulisan Anda. Terbitkan dan distribusikan buku Anda, niscaya ilmu yang Anda miliki tidak akan hilang sia-sia. Karena memang “Wartawan Harus Menerbitkan Buku”.

00000

Bukan hanya penulis dan wartawan yang harus menerbitkan buku. Hampir semua professional harus menerbitkan buku. Apapun pekerjaan kita, kita tetap harus menerbitkan buku minimal satu buku.

Kita tidak perlu menulis lalu melamar ke penerbit mayor, berharap tulisan kita bisa diterbitkan. Kalau tulisan kita sederhana dan bisa membarikan manfaat untuk orang lain, mengapa tidak kita terbitkan sendiri (secara indie). Asal kita tahu penerbit yang memberikan harga murah/ongkos murah, kita bisa menerbitkan buku dalam jumlah terbatas.

Akan tetapi sebagian dari kita berpikiran kalau menerbitkan buku itu mahal. Kalau kita tidak sanggup untuk menerbitkan buku sendiri karena biaya cetak mahal, kita bisa membuat buku bersama teman, dua, tiga atau berapa orang. Lalu biaya cetak kita tanggung bersama. Tentu saja, kita bisa menjual buku yang kita cetak ini. Hasilnya, modal kita kembali dan kita benar-benar memiliki buku keroyokan alias antologi.

Jangan berkecil hati kalau buku yang kita cetak belum memiliki ISBN. Kalau kita ingin buku kita memiliki ISBN, tentu biaya cetaknya sedikit lebih mahal. Tapi percayalah, apa yang sudah kita keluarkan akan memberikan manfaat. Tentu saja kita puas karena telah memiliki buku.

Lantas bagaimana cara kita menulis agar bisa menjadi sebuah buku? Bagi yang sudah terbiasa menulis atau memang pekerjaannya menulis, bisa menulis secara cepat dengan kualitas baik. Dalam kurun waktu tertentu, tulisannya sudah bisa dijadikan buku dengan jumlah halaman tertentu. Untuk pemula atau orang yang belum terbiasa menulis maka menulis bisa dicicil.

Asal konsisten setiap hari menulis, pasti target bisa terpenuhi. Mencicil tulisan bisa dengan target jumlah paragraph/halaman, bisa juga dengan target waktu. Misalnya, setiap hari ditarget satu halaman, pada pagi hari satu-dua paragraph, siang satu paragraph, sore satu paragraph dan malam dua paragraph atau menyesuaikan.

Bisa juga dengan menulis pada pagi hari 15 menit, siang, sore dan malam masing-masing 15 menit atau menyesuaikan waktunya. Dengan target-target kecil ini, asal konsisten menulis, niscaya kita bisa membuat satu buku dengan tidak terasa berat bekerja (menulis).

Menjadi konsistensi menulis inilah yang paling berat. Biasanya, penulis pemula akan menggebu-gebu menulis pada awalnya saja. Di tengah perjalanan, rasa bosan menulis membuatnya berhenti menulis dengan alasan tidak ada mood, ide, atau tidak ada waktu.

Saya sendiri sampai sekarang berusaha untuk menulis setiap hari. Agar saya konsisten menulis setiap hari, maka saya harus mengisi blog setiap hari. Dengan demikian, saya harus membuka mata dan membuka telinga agar ada ide yang bisa saya tangkap. Prinsip saya, menulis adalah untuk berbagi. Saya kadang merasa kaget bila tulisan saya banyak yang membaca. Kalaupun pembacanya sedikit, saya tetap pada niat awal yaitu berniat untuk berbagi manfaat.

Saya tidak pernah berpikiran kalau dengan menulis, waktu saya banyak terbuang. Entah itu tulisan saya mendatangkan uang atau tidak, saya tetap menulis. Tuhan lebih tahu kapan waktunya menurunkan rezeki buat saya dari tulisan saya.

Kalau saya membuka-buka file, rasanya tulisan saya sudah cukup layak untuk diterbitkan dilihat dari jumlah halamannya. Mungkin saya perlu mengedit sedikit agar tulisan saya enak dibaca.

Ayo, menulislah di blog! Ayo, kumpulkan semua tulisanmu! Ayo, terbitkan bukumu!
Semoga bermanfaat.

Sumber:
www.noerimakaltsum.com
Foto: dokumentasi Wahyudi Gembrut

Apakah tulisan ini membantu ?

Noer Ima Kaltsum

Ibu Rumah Tangga, Ibu dari 2 anak. www.noerimakaltsum.com

View all posts

Add comment