Soloensis

Solopos, Pertanyaan yang Sudah Kutemukan Jawabannya

Apa kabar #Soloensis…? Sudah dapat berapa kosa kata hari ini?
Bulan lalu tepatnya tanggal 19 September, Solopos merayakan hari jadi atau hari menetasnya yang ke 18. Ternyata masih remaja dan unyu banget. Wah, congrat aja deh pokoknya. Semoga tetap menginspirasi dan selalu nomor satu di hati masyarakat, aamiin.
Menjadi warga Solo tentunya familiar dengan media yang satu ini, yups Solopos. Sebagai pendatang baru di kota ini, merasa jatuh cinta banget sama nih media karena gaya penyampaiannya yang nggak kaku dan anak muda banget. Selain koran dengan rubriknya yang banyak, Solopos juga menyuguhkan sajian-sajian informasi yang tentunya membuat penikmat berita merasa selalu nyaman.
Jujur deh #Soloensis ketika baca koran pasti nggak pernah kan ketinggalan sama satu rubrik atau rubrik yang nggak pernah bakalan #Soloensis tinggalin. Yups! “Ah tenane”. Ibaratnya rubrik “Ah tenane” itu jadi ice breaking setelah kita baca habis berita yang yang ada dikoran. Iya kan #Soloensis? Iya aja deeh.
Tapi #Soloensis tau nggak sih Solopos sebagai media yang setiap hari kita baca itu memiliki perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa sehingga mampu bertahan sukses seperti sekarang ini. Perjuangan demi pembacanya agar tetap nyaman nggak pindah haluan. Kurang so sweet gimana coba? Ya kan?
Nah sedikit bagi cerita nih ya. Jadi bulan kemarin kami, aku dan teman-teman kelas beserta dosen berkunjung ke Solopos. Ya silaturrahmi, jalan-jalan, sambil nguras ilmu gitulah. Disana kami bertemu dengan berbagai pemandangan yang tentunya bijak banget dijadiin referensi hidup.
Awalnya aku ngerasa biasa aja dengan yang ku liat. “Toh itu sudah jadi kewajiban mereka sebagai pelayan masyarakat kan? wajar dong kalo kerjanya keras” pikirku. Tetapi setelah mendengarkan, memahami dan mencoba mengerti penjelasan dari berbagai narasumber, aku jadi merasa sangat tertarik dan mulai merasakan “betapa mulianya mereka yang 1×24 jam bekerja demi menyuguhkan informasi kepada masyarkat”.
Dari Solopos aku belajar mengenai banyak hal. Dari Solopos aku menemukan sebuah filsafat yang sangat bijak sebagai acuan hidup, mengungkap kebenaran dibalik realita, menemukan perjuangan yang sesungguhnya akan kerja tim. Kerja tim yang nggak semudah orang bayangkan. Menyatukan dan mengambil mufakat dari berbagai “kepala”. Dibutuhkan keihklasan dalam menjalaninya. Bukan melulu pada hasil, sekali lagi, proses.
Sesuai dengan fungsi media itu sendiri yaitu sebagai sarana edukasi, menyampaikan informasi dan mengembangkan komunikasi pada massyarakat, menurutku Solopos sudah sangat ideal dalam menyampaikan beritanya. Tapi ada satu titik yang harus kita pahami sebagai penikmat berita bahwasanya dibalik “kenikmatan” yang disajikan oleh Solopos itulah yang harus kita hargai yang harus kita acungi jempol.
Pernah berkunjung langsung ke Solopos merupakan pengalaman yang bahagia menurutku. Dan dari Solopos aku menyadari bahwa inilah “penantian yang terbayar.”

Apakah tulisan ini membantu ?

eka fim

mahasiswi komunikasi iain surakarta || penikmat seni

View all posts

Add comment