Soloensis

Meramu Bahagia dalam Karya

Meramu Bahagia dalam Karya

Manusia sering kali menyederhanakan makna bahagia, terlepas mengetahui asal-muasal rasa bahagia itu. Tahun lalu, seorang adik difabel netra tiba-tiba menanyakan tentang arti bahagia menurutku. Saat itulah, titik dimana aku mencoba mendefinisikan makna kebahagiaan bagiku. Berbeda bentuk dengan kesenangan sesaat, bahagia tumbuh dan bersemayam di dalam hati. Setiap orang berhak memaknai bahagia menurut versinya sendiri. Namun bagiku bahagia adalah kebermanfaatan kita untuk orang lain, sederhana dan mulai dari hal yang sangat kecil.
Jika mengingat kembali perjalanan selama menjalani fase-fase dunia perkuliahan, dimana pelakunya seringkali diagung-agungkan dengan nama ‘mahasiswa’, maka berbagai catatan penting kebahagiaan tetap abadi tersimpan di dalam memori. Bingkai karya yang menemani perjalananku selama ini membuat berbagai moment menjadi lebih indah. Seorang Inayah, yang dulu ketika masuk kampus adalah orang yang sangat minder dan penakut, berangsur berubah seiring dengan semakin banyaknya pemahaman bahwa nilai seseorang adalah kebermanfaatannya. Semenjak semester 1, aku mengikuti berbagai kegiatan organisasi dan karya. Titik perjalanan berkaryaku dimulai saat sebuah cerpen yang termuat di majalah remaja. Setelah itu aku mencoba untuk lebih mendalami dunia kepenulisan. Hingga beberapa opini-opiniku mengisi kolom suara mahasiswa di media masa. Betapa bahagianya, ketika tulisan-tulisan sederhana itu bisa dibaca oleh orang-orang di penjuru negeri.
Keinginan untuk senantiasa tumbuh dan berkembang selalu tersiram dengan berbagai upaya dan kemauan yang teguh. Bersyukur bisa memiliki tempat berproses dengan sahabat-sahabat yang senantiasa mendukung untuk berkarya. LSP FKIP UNS adalah proses yang tak dapat kupungkiri menjadikan aku berupaya manusia yang lebih baik. Maka kebermanfaatan melanjutkan banyak hal yang kupelajari disana, selalu kepegang teguh agar kebermanfaatan itu sampai pada tangan-tangan selanjutnya. Beberapa perlombaan menulis mulai saya ikuti sejak semester 2. Meskipun sering kali gagal, untungnya semangat menjaga misi itu senantiasa terpaku di hati. Hingga satu per satu buah perjuangan itu menampakkan wujudnya. Solo, tempatku belajar menempa diri, menjadi saksi bahwa hasil tak pernah mengkhianati proses. Satu per satu penghargaan dan piala kuraih atas seluruh kerja keras yang sungguh menjalaninya terkadang tak mudah. Perjuangan yang seringkali dinilai oleh orang lain hanya pada hasilnya. Namun bahagia tidak terletak pada penghargaan yang tergenggam. Akan tetapi bahagia muncul dari dampaknya yaitu misi kebermanfaatan. Pengalaman mengikuti berbagai perlombaan, forum kepemudaan nasional, bahkan konferensi di negara tetangga, merupakan sebuah tools kebermanfaatan, agar menggerakkan hati-hati lain untuk memacu dirinya berkarya. Bahkan tak sekedar itu, misi kebermanfaatan pun menjelma dalam idealisme yang menuntut diri ini mencari jalan-jalan realisasi karya. Tentu tak semuanya dan tak sepersis karyanya, tapi betapa bahagianya ketika karya yang kita realisasikan membuat semakin banyak wajah tersenyum dan memacu orang lain untuk terlibat dalam lingkaran kebermanfaatan itu.
Setiap manusia bisa meramu bahagianya dalam bentuk karya yang bermanfaat. Sebab setiap manusia memiliki aset yang sama yaitu nafas dan waktu. Sang Pemilik jagad raya ini memberikannya kepada manusia gratis tanpa dipungut pajak. Sehingga sudah semestinya kita manfaatkan dengan sebaik mungkin bukan? Sebab diujung perjalanan ini sebuah pertanggungjawaban akan menanti kita semua. Seberapa besar aset berharga yang kita miliki kita gunakan sebaik mungkin. Barangkali motivasi-motivasi kecil tersebut senantiasa ku ingatkan pada diri sendiri.
“Jalan pengabdian adalah jalan yang akan mempertemukan manusia dengan bahagia dan inspirasi yang tak bertepi”- Inayah
Menjalani bertahun-tahun masa perkuliahan dalam jalan karya, dengan tantangan yang senantiasa meningkat di setiap tahunnya adalah kenaikan level tersendiri bagiku dalam menjalani kehidupan. Salah satu hal yang berharga dari seluruh perjalanan itu adalah pertemuan. Pertemuan dengan orang-orang yang memberikan lebih banyak inspirasi bagiku, pertemuan dengan orang-orang yang memacuku agar lebih teguh menjalankan misi, dan pertemuan dengan orang-orang yang membersamai menjalani misi tersebut.
Gerakan Peduli Indonesia Inklusi (GAPAI) adalah salah satu muara dari beberapa karya, impian dan idealisme. Bersama sahabat-sahabat yang luar biasa, kami mengawali kebermanfaatan sederhana dari sebuah karya. Hingga saat ini, komunitas tersebut menyentuh hati orang lain untuk bergabung memberikan kebermanfaatan yang sama. Namun, sesungguhnya bergabung di lingkaran komunitas ini justru memberikan kebermanfaatan yang lebih banyak pada pelakunya. Sebab membersamai para penyandang difabel, justru ‘menjerumuskan’ kita untuk belajar pada para ‘guru kehidupan’. Guru yang senantiasa mengingatkan kepada kita arti pentingnya penciptaan dan rasa syukur yang harus kita tumbuhkan setiap waktu. Aku semakin takjub pada keajaiban memberi, bahwa pada saat kita memberi, betapa kita sedang berproses menerima lebih banyak hal. Salah satunya adalah kebahagiaan yang tak bertepi.
Ramuan bahagia melalui karya akhirnya mempertemukanku dengan keluarga yang sungguh mengajarkanku lebih banyak hal. Keluarga Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) memberikan banyak pembelajaran padaku di masa-masa terakhir perkuliahanku. Menjalani kehidupan bertitik tumpu pada value dan misi kehidupan senantiasa ditanamkan. Sebuah kesempatan yang sangat berharga bisa berproses bersama Bakti Nusa, sebab proses tersebut yang menjadikanku semakin tersadar akan arti penting kebermanfaatan dalam belajar merawat Indonesia. Lingkaran Bakti Nusa yang memacuku semakin semangat untuk berkarya. Kesempatan pengabdian untuk mengikuti Marching for Boundary (MFB) Bakti Nusa di Wakatobi selama 1 bulan, salah satu jalan kebahagiaan yang luar biasa. Sebab di akhir perjalanan selama 1 bulan itu, kami membentuk sebuah komunitas karya yaitu Komunitas Pemuda Kreatif Wakatobi. Kebahagiaan tersendiri lainnya bisa membawa gerakan sosial Aksi Cinta Budaya Indonesia (ACBI) dalam sebuah karya tulis ilmiah yang dilombakan di UNY beberapa hari yang lalu. Bukan tentang juara yang kami peroleh, misi sesungguhnya hari itu adalah menceritakan gerakan sosial kami. Gerakan sosial yang dilatar belakangi oleh kondisi perekonomian masyarakat marginal dan melemahnya citra pasar tradisional. Kami mengangkatnya dalam sebuah karya dengan konsep multiplayer effect. Lagi-lagi tentang kebermanfaatan yang kami suarakan. Bukankan kebaikan hendaknya bisa menginspirasi kebaikan-kebaikan lainnya? Maka tak cukup sampai disitu, 21 Desember 2015 kemarin kami mengunjungi Solopos untuk berdiskusi tentang gerakan sosial ini. Untuk apa? Sederhana, untuk menginspirasi orang lain agar melakukan kebaikan dan kebermanfaatan.
Kali ini bisa menceritakan sekelumit proses untuk Soloensis adalah kebahagiaan tersendiri. Semoga bisa menginspirasi orang-orang yang membacanya. Semoga kita bisa menjadi manusia-manusia yang dapat menginspirasi orang lain dan berbahagia. Sebab setinggi-tingginya prestasi adalah inspirasi yang akan menggugah hati lain untuk melakukan hal yang sama bukan? Terimakasih ensis…

Apakah tulisan ini membantu ?

inayahadioktaviana

Inayah Adi Oktaviana, mahasiswa Pendidikan Kimia S-1 di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ia adalah salah satu penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) Dompet Dhuafa Angkatan 5. Selain aktif di organisasi dan kegiatan sosial, ia juga aktif di dunia kepenulisan. Beberapa karyanya pernah menjuarai lomba karya tulis tingkat nasional dan juga pernah dimuat di koran. Beberapa prestasinya antara lain Juara 2 LKTI Nasional Festival Penalaran Universitas Andalas 2013, Juara 2 LKTI Nasional UNYSEF 2013, Juara 3 LKTI ESF Universitas Udayana 2013, Finalis 10 Besar LKTA MTQ MN XIII, Juara 1 LKTI Education Fair UNS 2013, Juara 1 Expo PKM FILM SIM UNS 2014, Juara 3 LKTI Nasional Agrotech’s Fair UNS 2015, dan lain-lain. Ia juga pernah menjadi presentator paper dalam ASEAN Academic Society Internasional Conference di Bangkok, Thailand. Berbagai pengalaman menjadi delegasi forum kepemudaan nasional seperti Indonesia Leadership Camp, Indonesia Agent Summit, Indonesian Youth Forum, Indonesia Youth Conference, dan juga menjadi pembicara maupun juri di kegiatan kepenulisan. Cita-cita menjadi pendidik yang multitalent menjadikan sebuah motivasi tersendiri baginya untuk selalu berinovasi dan bergerak di bidang pendidikan. Bahkan ia bersama rekan-rekannya mendirikan komunitas yang bergerak dibidang pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus yaitu Komunitas Gerakan Peduli Indonesia Inklusi.

View all posts

Add comment

Topic