Soloensis

Broken “Happy” Home

Hallo, namaku Fatkhul kali ini aku akan menceritakan kebahagiaan yang aku
rasakan. Hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan karena aku masih
diberi kesempatan untuk melihat dan menikmati kehidupan baruku, tak terasa aku
sudah menjadi mahasiswa sekarang. Tentunya atas do’a orang tua dan
juga berkat Tuhan.

Kali ini aku akan menceritakan kehidupanku dimasa lalu, aku
adalah anak pertama dari tiga bersaudara di keluarga yang pernah berpisah, yup aku pernah mengalami
masa-masa kelam tersebut. Sejak kecil aku mengalami berbagai macam bully-an,
mulai dari “Keanehan” yang aku miliki seperti salah satunya tangan kidal, banyak orang
berpendapat bahwa orang bertangan kidal adalah sebuah kesialan, bahkan saking
anehnya mereka menganggapku sebagai pembawa sial. Susah memang hidup di
tengah tengah orang yang mengkritisi sesuatu yang berbeda. Tapi it’s okey,
aku mencoba memaklumi pola pikir mereka dan mencoba moving on.

Ketika aku mencoba berdiri dan bangkit membenah diri untuk kedepan, kemudian datanglah
masalah lama yang terulang kembali. Konflik kedua orang tua yang semakin lama semakin menjadi
membuatku ikut terlibat diusia dini, gejolak untuk pergi dan menyingkir
dari situasi tersebut pun muncul. Hampir setiap malam terdengar keributan, bahkan ketika aku tidur. Dalam hatiku bertanya “ada apa dengan mereka, apakah esok akan baik baik saja?”, puncaknya adalah ketika mereka bertengkar hebat sehingga aku pun terlibat ditengah tengah pertikaian tersebut. Mengingat bahwa peran anak sangat vital dalam keadaan tersebut terutama karena aku adalah anak pertama, banyak orang berharap aku bisa mendamaikan mereka. Kenyataannya tidak, bahkan aku terseret dalam kondisi terburuk yang pernah terjadi dalam hidupku, dimana diharuskan untuk mendamaikan kedua belah pihak yang semestinya satu.
Ibarat sebuah pohon besar tumbang aku sebagai penyambung pohon tersebut agar bisa berdiri kembali, saat itu gejolak hati untuk menghentikan kekacauan ini muncul. Pernah terbesit pemikiran untuk mengakhiri hidup ataupun mencari pelarian hidup dan pada akhirnya Tuhan memberi petunjuk berupa keinginan untuk pergi kepada seorang psikiater. Aku pun pergi ke Psikiater, dari sinilah hidupku mulai berubah.

Aku disadarkan oleh psikiater tersebut tentang apa itu logika dengan realita,antara kebahagian dan
penderitaan, antara menerima maupun menolak, pembelajaran yang diberi
ialah sumber penderitaan berasal dari keinginan (Hawa nafsu). Logika
yang aku terima yaitu jika seandainya keinginan kita tidak dapat tercapai
disitulah penderitaan dimulai, layaknya kesedihan itu yang menjadi awal. Kurang lebih 2 tahun terkurung
dalam logika yang percaya bahwa kebahagian itu tidak ada, sampai aku kehilangan impian dan tujuan hidupku sendiri. Kemudian aku sampai pada titik yang entah mengapa tiba-tiba saja terbesit lagi tentang apa yang mereka sebut bahagia. Dan saat itulah aku mencoba untuk mencintai seseorang lagi.

Disinilah awal titik balik semua kisah kelamku yang bertransformasi menjadi kisah terang nan
bahagia, aku mulai mencintai seorang gadis. Dia
begitu manis dan cantik. Bahagia ternyata menjadi sepasang yang saling memiliki, mencintai, dan berbagi. Dengan dia aku belajar dan mengerti tentang arti dari sebuah hubungan, lalu ia membuatku seakan sadar seperti apa situasi yang sedang dialami oleh orangtuaku dan mengapa itu terjadi. Komunikasi, kepercayaan, dan juga ketulusan menjadi hal yang mendasar dalam suatu keterikatan. Selaras dengan kebahagianku bersama dia akhirnya orangtua memutuskan untuk mengikat lagi janji suci untuk kedua kali dan semoga menjadi yang terakhir. Amiinn…

Hubungan antara aku dan diapun berakhir setelah terjalin selama 8
bulan, tetapi entah bukan kesedihan yang aku rasa namun malah aku bersyukur karena dia telah membuatku terlahir kembali sebagai aku yang baru, dengan impian dan kebahagianku yang kembali.

Kehidupan baruku terisi dengan berbagai macam kegiatan positif juga jalan
pikir yang mulai melihatkan berbagai warna. Hobi menggambar aku salurkan keteman
temanku hingga akhirnya aku bergabung dengan komunitas FODA(Full Of Doodle
Art) Joglosemar, kebahagiaanku bertambah dengan teman baru dan suasana
baru. Sekarang aku sudah menjadi mahasiswa disebuah universitas swasta
yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta mengambil jurusan Ilmu Komunikasi,
rasa bangga dan bahagia selalu aku rasakan ketika aku mengenang cobaan yang
pernah aku lalui hingga sekarang aku ingin mewujudkan impianku menjadi
seorang broadcaster dan kelak ingin membuat sebuah perusahaan berbasis
media seperti idolaku Bpk. Chairul Tanjung. Amiinn…

Tidak lama ini tepatnya 5 Desember 2015 kemarin, umurku genap 19 tahun. Dan
hari itu bertepatan dengan Diklat HIMAKOM(Himpunan Mahasiswa Ilmu
Komunikasi), dimalam itu aku terpana dengan fenomena bintang yang
bertaburan seakan itu hadiah dari tuhan untukku yang kedua kalinya, satu
tahun yang lalu, Tuhan memberi sebuah fenomena alam cantik berupa dua buah pelangi
nan bertaburan bintang di sore menjelang petang. Bahagianya diriku dan tak
lupa mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagai penutup aku ingin berpesan bahwa jangan berhenti mencari kebahagiaan entah seperti apa kondisimu, kebahagiaan itu berawal dan berasal dari dirikita sendiri bukan orang lain. Sekian, Terimakasih. 🙂

Apakah tulisan ini membantu ?

fatkhullaw

Saya seseorang yang ingin merubah dunia.

View all posts

2 comments