Soloensis

Belajar, Berkarya, dan Berbagi Bersama SOLOPOS

Sejak lama SOLOPOS menjadi bagian dari aktivitas keseharian yang penting bagi saya. Rasanya ada yang kurang bila sehari belum membaca aneka informasi yang tersaji dalam koran yang berslogan Meningkatkan Dinamika Masyarakat ini. Ibarat menu sarapan pagi, nasi atau roti menjadi santapan lezat bagi raga sedangkan SOLOPOS adalah sebagai makanan bergizi bagi otak.

Tak hanya di rumah, di kantor pun SOLOPOS laksana oase informasi yang saya butuhkan terkait dengan kabar Solo Raya dan sekitarnya. Walaupun kabar dari seluruh penjuru dunia dapat diakses dengan satu kali sentuhan lewat smartphone, namun tak lengkap rasanya bila jemari belum membolak-balik halaman demi halaman yang tersaji cantik di korannya Wong Solo ini. Bagi saya pribadi SOLOPOS bukan hanya bermakna kumpulan informasi belaka, namun sebagai sarana untuk belajar, berkarya, dan berbagi.

Belajar
Harus diakui saya belajar banyak dari SOLOPOS. Mencermati tulisan yang dikemas dengan bahasa sederhana oleh para jurnalisnya memberikan insight bagi saya tentang cara menulis dengan bahasa yang mudah dicerna oleh orang awam. Seberat apapun tulisan, apabila penulisnya mampu menampilkan dalam gaya sederhana itu merupakan keunggulan tersendiri dan tidak semua orang mampu melakukannya. Being simple is expensive, right?

Beragamnya rubrik yang ditawarkan oleh SOLOPOS memudahkan pembacanya untuk belajar. Begitu pula bagi saya. Mulai dari rubrik psikologi, pendidikan, sampai The Young tak luput saya baca karena sangat terkait dengan profesi yang saya geluti. Tak hanya bermanfaat bagi saya pribadi, SOLOPOS nyatanya juga memberikan manfaat bagi murid-murid saya.

Program SOLOPOS Goes to School merupakan salah satu wujud CSR yang sangat mencerahkan bagi generasi muda. Berbentuk pelatihan jurnalistik singkat, para jurnalis SOLOPOS mendatangi sekolah setingkat SMP dan SMA untuk membagikan ilmunya secara cuma-cuma. Tercatat sebanyak dua kali SMP Islam Al Azhar 21 Solo Baru mendapatkan pengetahuan jurnalistik yang disampaikan dengan gaya bahasa ringan namun mengena tersebut.

Tak hanya melalui SOLOPOS Goes to School SMP Islam Al Azhar 21 Solo Baru belajar tentang jurnalistik dari SOLOPOS, kini ketika sekolah secara resmi memiliki ekskul jurnalistik pun SOLOPOS ikut mewarnai dengan majunya budaya literasi di sekolah. Niken Satyawati –jurnalis ‘alumnus’ SOLOPOS dan Damar Sri Prakoso –masih aktif di SOLOPOS dan SOLOPOS FM- adalah dua nama jaminan mutu yang membawa murid-murid saya semakin asik meniti dunia sunyi melalui aktivitas membaca dan menulis. Berkat tangan dingin mereka berdua berbagai produk literasi seperti majalah Gallery 21, majalah Mozaik 21, blog OSIS SMP Islam Al Azhar 21 Solo Baru, dan buletin OSIS Mozaik 21 semakin menarik untuk disimak para pembacanya.

Berkarya
SOLOPOS yang kini memasuki usia 18 tahun laksana seorang remaja cantik dengan sejuta pesona. Tak hanya menawarkan pesona berupa mata air pengetahuan, namun SOLOPOS juga menawarkan daya tariknya sebagai ajang untuk berkarya bagi para penulis yang ingin mengaktualisasikan potensinya.

Saya barangkali termasuk salah satu orang yang terjerat oleh kecantikan itu. Beberapa kali sudah saya mencoba menuangkan ide yang memenuhi kepala di rubrik yang ada di SOLOPOS. Dialektika yang merupakan ajang para pendidik berbagi gagasan menjadi rubrik favorit tempat saya menggoreskan berbagai ide tentang dunia pendidikan.

Bersyukur sekali ketika saya tahu SOLOPOS mengapresiasi berbagai tulisan saya dengan cara memuatnya. Tak kurang dari tiga kali tulisan sederhana saya ikut mewarnai cantiknya paras SOLOPOS. Sayang sekali kini rubrik Dialektika telah tiada, namun saya yakin rubrik-rubrik lain yang ditawarkan SOLOPOS pun tak kalah menarik untuk dieksplorasi dengan aneka gagasan dan opini.

Berbagi
Level tertinggi dari proses menuntut ilmu adalah mengamalkan dan membagikannya. Hal ini saya yakini sepenuh iman. Ibarat sumur semakin sering airnya diambil, maka semakin jernihlah mata airnya. Demikian pula dengan ilmu pengetahuan, semakin sering ilmu dibagikan, semakin terpapar keindahannya bagi sesama.

Semua berawal dari pekerjaan di bidang kehumasan dan kemuridan yang membuat saya sering berinteraksi dengan beberapa wartawan SOLOPOS. Dari obrolan dengan para wartawan saat mereka meliput kegiatan sekolah, keakraban mulai terjalin. Obrolan tak lagi sebatas antara narasumber dan wartawan, namun beberapa berlanjut menjadi hubungan pertemanan yang mencerahkan.

Ternyata latar belakang ilmu saya di bidang psikologi menarik minat beberapa rekan wartawan untuk menjadikan saya narasumber ahli di rubrik psikologi SOLOPOS Minggu, terutama yang terkait dengan psikologi anak dan remaja. Ketika para wartawan yang mengampu rubrik psikologi anak silih berganti pun, Alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan untuk berbagi ilmu hingga kini. Saya bersyukur sekali ketika Allah memperluas kesempatan saya membagikan ilmu tak hanya melalui SOLOPOS edisi Minggu, namun juga Koran O, Harian Jogja, dan SOLOPOS FM lewat acara Solo Lifestyle-nya.

Kini di hari jadinya yang ke-18 tahun, sebuah doa tulus terangkai semoga SOLOPOS semakin terdepan dalam memberikan pencerahan kepada para pembacanya. Wish you all the best, SOLOPOS…

Apakah tulisan ini membantu ?

Evy Sofia

Seorang anak bangsa yang ingin selalu belajar, berkarya, berbagi...

www.evysofiasangpembelajar.blogspot.com;
www.kompasiana.com/evysofia

View all posts

2 comments