Soloensis

Bertemu Soekarno hingga Madonna di Singapura

Kita pasti langsung mengernyitkan kening ketika diajak berwisata ke museum. Tak semua orang suka berkunjung ke museum. Terlebih, di benak sebagian besar orang, museum memiliki imej tak menarik, menyeramkan, koleksi tak terawat, dan sebagainya. Padahal tak semua museum seperti itu. Berwisata ke museum bisa menjadi pilihan, selain mengunjungi obyek-obyek wisata yang sudah menjadi ikonik suatu daerah/negara. Dan museum tak melulu menyajikan koleksi barang-barang kuno. Tak sedikit museum dikelola secara modern, memadukan teknologi multidimensi agar pengunjung tak bosan.

Nah, salah satu negara yang memiliki koleksi museum lumayan beragam adalah Singapura. Ada banyak museum bertebaran di Singapura, wisatawan bisa memilih sesuai minat mereka. Bagi penyuka art, ada Singapore Art Museum (SAM) dan Art Science Museum. Bagi penyuka hal-hal unik dan happening, maka Madame Tussauds Singapore atau Trick Eye Museum bisa menjadi pilihan. Namun menyukai sejarah maka Museum of Life bisa jadi pilihan. Nah, pada Januari-Februari 2015 lalu atas undangan Garuda Indonesia dan Singapore Tourism Board (STB) saya berkesempatan melongok sejumlah museum di Singapura. Berikut ini museum yang saya kunjungi, mudah-mudahan bisa menjadi referensi kunjungan sekaligus pengelolaan museum di Indonesia dan Solo.

1. Museum Lilin Madame Tussauds Singapore
Museum Lilin Madame Tussauds Singapore adalah museum kedua yang dibuka di wilayah Asia Tenggara, setelah Bangkok (saya tidak bisa bercerita banyak tentang Madame Tussauds di Bangkok, sebab waktu berkunjung ke Bangkok, museum tersebut belum dibuka untuk umum). Museum yang dibuka pada Oktober 2014 lalu itu berlokasi di Pulau Sentosa. Koleksi patung-patung tersebut dibagi menjadi beberapa kategori yaitu film, musik, A-list party, Olahraga serta sejarah dan pemimpin negara. Di kelompok sejarah dan pemimpin negara kita bisa menemukan sosok Presiden RI Soekarno, Presiden AS Barack Obama hingga ke Mahatma Gandhi. Sedangkan Beyonce, Katy Perry dan Madonna berada di kelompok musik (sayangnya saya tak menemukan sosok Anggun di sini, mungkin prestasi Anggun belum bisa disamakan dengan Madonna apa ya? Entahlah). Nah, bagi penggemar bintang Hollywood era 1950-an seperti Marilyn Monroe dan Audrey Hepburn, silakan pergi ke kelompok film. Audrey Hepburn berpose dan mengenakan gaun yang membuatnya populer lewat film Breakfast at Tiffany. David Beckham (ehem) yang berpose setengah sit up di bagian Olahraga rasanya juga sayang dilewatkan. Yuuuk cuuuz! Yah kapan lagi bisa ketemu, memeluk, atau mencium David Beckham tanpa membuat Victoria Beckham marah kalo bukan di Madame Tussauds Singapore…betul? Nah, bagi penggemar agen Ethan Hunt silakan mencari dan berfoto dengannya di A list party, di situ juga ada Johny Depp. Mau menggandeng tangannya juga enggak apa-apa, enggak ada yang marah kok! Hihihi
Harga tiket untuk dewasa (13 tahun-59 tahun) S$38, anak (3 tahun-12 tahun) S$28 dan warga negara senior (lebih dari 60 tahun) S$30.

2. Trick Eye Museum
Masih di kawasan yang sama yaitu Sentosa Island, kita dapat menemukan Trick Eye Museum. Museum yang diklaim sebagai museum 3D pertama di Singapura ini menyajikan banyak spot menarik untuk berfoto. Melalui ilusi optikal, lukisan tiga dimensi (3D) di permukaan dinding, lantai hingga langit-langit, pengunjung dapat menciptakan aneka foto menarik dengan efek 3D. Museum yang dibuka pada 8 Juni 2014 ini menyajikan enam zona tematis yaitu World of Masterpieces, Safari Kingdom, Star of Circus, Dreams of Fairytale, Love in Winter dan Adventure Discovery.
“Museum ini aslinya berasal dari Korea Selatan. Kami sengaja mengusungnya ke sini karena kawasan ini hendak diubah menjadi kawasan Korea Selatan,” jelas Marketing Manager Trick Eye Museum, Mandy Foo.
Untuk menghasilkan foto yang bagus dan “hidup”, Mandy menyarankan pengunjung mengikuti aturan main yang sudah ditetapkan pihak museum. Misalnya untuk pengambilan foto, ada tanda dimana tempat yang pas untuk mengambil foto. Dari spot tersebut bisa memberikan hasil foto yang maksimal.
Harga tiket masuk museum yang buka setiap hari pukul 10.00-21.00 waktu setempat itu lumayan terjangkau, yaitu untuk dewasa S$25, anak-anak S$20, dan warga senior S$20.

3. Singapore Art Museum (SAM)
Museum yang resmi dibuka pada 20 Januari 1996 ini merupakan museum pertama dengan fasilitas dan program berstandar internasional di Asia Tenggara. Museum ini menempati sebuah bangunan dengan jendela-jendela besar dan atap tinggi. Saat saya berkunjung ke sana, museum yang beralamat di Bras Basah 71 ini tengah memamerkan sejumlah karya perupa se-Asia. Karya-karya yang dipajang benar-benar membuat berdecak kagum lantaran para perupa memanfaatkan multimedia. Pengunjung juga bisa mendengarkan penjelasan tentang aneka karya yang dipajang lewat layar sentuh atau earphone.

4. Art Science Museum
Museum ini berlokasi dekat dengan Marina Bay Sands. Saat saya berkunjung ke sana, museum tersebut tengah menggelar pameran karya-karya Leonardo da Vinci. Wah! Ini namanya kebetulan sekali karena saya adalah pengagum berat Leonardo da Vinci! Sesuai tagline yang diusung Art Science Museum yaitu Where Art and Science Meet, maka pameran bertajuk Da Vinci: Shaping The Future tersebut benar-benar mengajak pengunjung menikmati seni sekaligus ilmu pengetahuan. Tak hanya diajak mengenal lebih dekat pria berjuluk orang paling genius yang pernah hidup di muka bumi ini, pengunjung juga diajak menikmati hasil karya da Vinci di berbagai bidang mulai Matematika, Biologi, pertahanan, seni lukis hingga ke musik. Tak hanya itu pengunjung juga bisa mempraktikkan prinsip-prinsip Matematika dan ruang bangun ala da Vinci melalui sederet permainan yang disediakan penyelenggara di sejumlah meja.

5. Museum of Life
Museum of Life yang berlokasi di Sentosa Island menyajikan sejarah Singapura dari dulunya negara miskin dan tak memiliki sumber daya apa pun kemudian berubah menjadi negara kaya raya. Memasuki museum ini, yang sayangnya tak boleh diabadikan karena semua kamera pengunjung diminta untuk disimpan di dalam tas atau dititipkan ke petugas, pengunjung seolah diajak melewati lorong waktu dimulai ketika Singapura masih berupa negara miskin. Di segmen ini, pengunjung diajak memasuki ruangan berisi diorama yang menampilkan kehidupan Singapura di masa lalu. Ada sekelompok pria bermain mahyong. Sang narator mengisahkan waktu itu warga Singapura suka bermalas-malasan, berjudi mahyong, dan memiliki kebiasaan buruk yaitu meludah sembarangan. Selanjutnya pengunjung diajak masuk ke segmen berikutnya saat Singapura berjaya sebagai pusat pelabuhan dan perdagangan supersibuk. Dan di segmen terakhir pengunjung digiring memasuki ruangan lain yang menampilkan Singapura di masa sekarang.
Museum ini memadukan diorama yang bisa bergerak dan berbicara, permainan audio visual, dan performing art dari para seniman. Menyaksikan museum ini seperti menyaksikan pertunjukan teater yang berpadu dengan kecanggihan teknologi. Dijamin tak akan bosan!

Apakah tulisan ini membantu ?

Astrid Prihatini Wisnu Dewi

i love travelling sooo much!

View all posts

Add comment