Soloensis

SOLOPOS MENUMBUHKAN KEYAKINAN

Sebuah kebanggaan tersendiri ketika sebuah naskah Ah tenane ataupun Cerpen bisa dimuat di Harian Umum Solopos. Ketika Solopos mengadakan acara LPJS Lembaga Pelatihan Jurnalistik Solopos, dengan pertimbangan yang masak, aku memberanikan diri untuk daftar memakai honor Ah tenane.
Hari pertama masuk aku sempat ragu. Waktu itu sesi perkenalan semua peserta rata-rata Diploma, sarjana dan mahasiswa. Meski ada juga yang masih pelajar SMA. Sedangkan aku sendiri hanya lulusan STM Mesin.
Hari pertama aku lalui dengan minder dan grogi yang mendalam. Hanya dua hal yang yang membuatku bisa tenang, yaitu ramahnya sang moderator acara, mbak Niken Setyowati serta sebuah pemikiran bahwa selama ini tulisanku sudah pernah masuk Solopos, itu saja.
Puncak dari perasaan cemasku ketika mas Syifaul Arifin memberi PR untuk membuat naskah Opini. Pulang dari pelatihan gak bisa tidur karena besok harus dikumpulkan. Akhirnya semalam tidak tidur, mencari tema dan mengumpulkan data.
Akhirnya menjelang subuh naskah jadi juga (asal jadi) yang penting besok mengumpulkan. Waktu itu tema yang aku angkat tentang motto kota Solo yang lagi ngetrend ketika itu “Solo The Spirit of Java”. Tulisan yang aku buat adalah sebuah gugatan. Spirit yang mana? Spirit macam apa jika kita menengok ke gedung wayang orang Sriwedari yang sepi pengunjung.
Hari kedua pengumpulan tugas, ketika itu diiming-imingi kalau 3 tulisan terbaik akan masuk Solopos di Rubrik opini hari rabu dan akan mendapat honorarium sebesar Rp. 300.000. jika dimuat maka akan balik modal dari ikut pelatihan. Waktu itu aku tidak berharap, tau diri karena yang lain itu pendidikannya lebih tinggi.
Diakhir acara, diumumkan tulisan Opini terbaik dan alangkah terkejutnya karena tulisanku dinobatkan sebagai tulisan terbaik yang masuk 3 besar dan mendapat doorprise buku. Sedangkan honornya akan diberikan setelah tulisan dimuat di kemudian hari.
Sejak itu aku tidak merasa minder dan grogi lagi karena ternyata tulisanku bisa lebih baik dari lulusan sarjana. Lewat Solopos aku menjadi paham bahwa menulis itu mudah bagi yang niat dan menulis itu sulit karena orang yang pendidikannya tinggi sekalipun belum tentu bisa menulis.

Apakah tulisan ini membantu ?

Add comment