Soloensis

Sianida dan Merkuri Begitu Dekat dengan Kita

Dua peristiwa ini secara tidak langsung mengingatkan saya betapa merkuri dan sianida begitu dekat dengan kehidupan kita dan sayangnya betapa minim pengetahuan kita dalam hal penanganan bahan berbahaya dan beracun ini. Yang pertama adalah sianida. Peristwa kematian Mirna di salah satu kafe di Grand Indonesia, Jakarta, yang diduga akibat racun sianida seperti melemparkan kita kembali ke masa-masa ketika seluruh media mengulas habis-habisan kematian Munir yang juga disebabkan sianida. Peristiwa tersebut juga mengingatkan saya kepada kisah-kisah kriminal yang ditulis oleh Agatha Christie. Beberapa kematian korban di novel yang ditulis Christie disebabkan oleh racun sianida, meski ada pula yang karena racun lain (untuk kepiawaiannya meracik racun bagi para korban ini, sepertinya kita patut menyematkan predikat Ratu Racun kepada Agatha Christie yaa hehe). Hampir semua korban (Baik di dunia nyata maupun di dunia fiksi yang ditulis Christie) menjemput ajal dengan cepat, tak perlu menunggu hitungan jam.

Ciri-ciri kematian seperti itu juga mengingatkan saya kepada kematian kucing-kucing kesayangan saya. Sebagian besar kucing saya mati dengan cara tragis akibat racun sianida. Apakah ada yang sengaja membunuh kucing-kucing saya seperti pada kasus Munir dan Mirna? Tentu saja tidak. Kucing-kucing saya mati karena mereka tanpa sengaja mengonsumsi sianida. Lalu, darimanakah sianida itu? Kok bisa-bisanya kucing-kucing saya dapat sianida dalam jumlah besar dan mematikan? Jawabannya adalah dari RACUN TIKUS! Jadi, mekanismenya adalah kucing saya makan tikus yang mati karena diracun. Efek racunnya ternyata juga meracuni tubuh si pus malang. Akibatnya, si pus pun ikut meregang nyawa dan mati kaku seperti tikus yang dia makan. Anda kaget betapa mudah ternyata mendapatkan sianida? Well, tak perlu kaget. Karena racun sianida yang sangat mematikan itu sebetulnya bisa dengan mudah kita peroleh (tidak perlu surat dokter, tidak perlu izin kepolisian, dan sebagainya). Racun itu bisa kita beli di pasar atau di warung dekat rumah. Tinggal bilang aja, beli racun tikus. Beres. Anda sudah pulang mengantungi bahan yang sangat mematikan dan tak terlacak polisi karena saya jamin si pemilik warung tak mungkin mencatat nama, apalagi nomor KTP dan alamat tempat tinggal Anda. Jadi, sebetulnya kita semua bisa berpotensi menjadi pembunuh mengingat barang beracun ini beredar bebas di pasaran. (Karena itu saya sarankan bila Anda hendak membasmi tikus di rumah, hindari memakai racun tikus karena racun tikus ini tak hanya mematikan tikus melainkan juga mematikan predator alami si tikus yaitu kucing).

Menurut Regional Coordinator WHO wilayah Asia Tenggara, dr Tjandra Yoga Aditama, sianida merupakan zat beracun yang sangat mematikan. “Efek sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit,” jelasnya seperti dikutip dari liputan6.com, pada 11 Januari 2016. Ya, saya percaya itu sebab saya sering menyaksikan proses kematian kucing saya yang mati akibat sianida. Prosesnya sangat cepat, tapi juga terlihat sangat menyakitkan. Menyakitkan pula bagi saya karena saya tak bisa berbuat banyak utk menolong/menyelamatkan nyawa kucing-kucing saya. Hal ini karena kekurangtahuan saya tentang penanganan racun sianida.

Zat kedua yang tak kalah berbahayanya adalah merkuri. Merkuri juga begitu dekat dengan kita salah satunya bisa kita temukan di kosmetik ilegal. Peristiwa pecahnya termometer berbahan air raksa (merkuri) menyadarkan saya betapa saya juga kurang paham menangani bahan beracun satu ini. Banyak di antara kita mengira merkuri hanyalah digunakan oleh penambang emas. Peristiwa tragis teluk Minamata di Jepang akhirnya melahirkan konvensi Minamata tentang pemakaian merkuri ini. Tapi faktanya Indonesia belum sepenuhnya menerapkan konvensi ini karena beberapa tambang emas ilegal masih menggunakan merkuri, mereka masih leluasa mendapatkan merkuri, dsb. Tapi sebetulnya sekali pun di sekitar kita bukan areal pertambangan emas, kita juga begitu dekat dengan merkuri. Merkuri bisa kita temui di kosmetik dan termometer air raksa. Ketika termometer air raksa saya pecah, jujur saya tidak tahu penanganan yang betul tentang merkuri. Saya hanya bersyukur merkuri (yang berbentuk butiran-butiran berwarna keperakan) itu terjatuh ke mangkok, sehingga saya dengan mudah memasukkannya ke kantong plastik, saya tutup dan saya buang ke tempat sampah. Di sinilah kesalahan saya!

Setelah saya baca-baca di Internet, ternyata bahan beracun itu harus diserahkan ke apotek terdekat agar dimusnahkan bersama bahan beracun dan berbahaya lainnya. Dari panduan di Internet (saya kutip dari www.ipen.org) ketika termometer air raksa pecah, semua orang, terutama anak-anak, sebaiknya menjauhi daerah tumpahan segera setelah terjadi tumpahan. Untuk meminimalisir uap merkuri, pemanas dan pendingin udara (AC) sebaiknya dimatikan, dan juga pastikan ruangan memiliki ventilasi cukup dengan membuka jendela selama mungkin. Setelah itu jangan menyentuh merkuri dengan tangan kosong – pakailah sarung tangan. Jangan pernah menyedot tumpahan merkuri dengan penyedot debu.
Semua butir merkuri harus dikumpulkan dengan karton dan diletakkan dalam kantung plastik bersegel. Setelah seluruh butir merkuri terkumpul, buang peralatan yang dipakai membersihkan ke kantung yang sama, tutup dan beri label sebagai limbah merkuri sebelum membawanya ke apotek atau tempat pembuangan limbah B3 di dekat rumah Anda. Nah, masalahnya, ketika peristiwa tersebut terjadi, apakah kita semua punya cukup waktu untuk googling terlebih dulu di Internet untuk mencari referensi yang tepat? Saya yakin tidak.

Berdasarkan kedua peristiwa tersebut, sungguh saya sesalkan karena selama ini kita begitu dekat dengan bahan-bahan beracun dan berbahaya, namun begitu sedikit pengetahuan kita tentang bagaimana penanganannya. Saya usulkan sebaiknya pemerintah mulai membatasi peredaran kedua bahan tersebut. Kalau kedua bahan tersebut masih beredar secara bebas di masyarakat, saya harapkan pemerintah lebih gencar mengadakan penyuluhan tentang tata laksana penanganan bahan-bahan tersebut misalnya kalo merkuri tumpah kita sebaiknya bagaimana, dsb.

Apakah tulisan ini membantu ?

Astrid Prihatini Wisnu Dewi

i love travelling sooo much!

View all posts

Add comment