Soloensis

Sebuah Fakta Pahit

      Aku adalah cucu pertama dari anak pertama di keluarga Ayahku, setiap libur semester Aku selalu berlibur di rumah Kakek dan Nenek. Saat itu Aku berusia sekitar 6 tahun, Pamanku membawa Aku dan 3 Bibiku dengan 1 sepeda motor. Mungkin karena muatan yang berlebihan saat ditikungan akhirnya motor kami oleng dan jatuh, Aku pingsan sedangkan Paman dan Bibiku hanya memgalami luka ringan, Aku mengalami luka yang besar di dahi dan di beberapa bagian tubuhku sehingga harus dijahit.

     “Tidak ada rasa sakit yg sembuh seketika”. Ungkapan yang rasanya pantas untukku saat ini. Mungkin sakitnya tak terasa lagi tapi bekas luka dan trauma masih tersisa. Sejak saat itu Aku mulai mudah melupakan masa lalu, ingatanku tentang masa-masa SD pun tidak pernah bisa ku ingat kembali, SMP, SMA pun begitu. Banyak hal yang telah terjadi, Aku tersadar ada sesuatu yg terjadi dalam diriku, tak bisa dengar suara keras, kagetan, tremor, panikan dan sampai akhirnya ada yang memberitahuku bahwa kemungkinan Aku mengidap suatu penyakit.

Dikutip dari https://hellosehat.com/ Aku yang mudah lupa itu disebabkan oleh gangguan kognitif ringan. Gangguan kognitif ringan adalah penurunan fungsi kognitif yang ditemukan pada seseorang, yang kondisinya lebih serius untuk individu seusianya. Kondisi ini berkaitan dengan sel saraf otak sebagai organ yang berperan dalam mengingat dan berpikir, ataupun riwayat pengobatan yang mempengaruhi aliran darah menuju otak.

Karena memiliki gejala yang tidak spesifik seperti mudah lupa, maka penegakan diagnosis dari gangguan kognitif ringan cukup kompleks. Pemeriksaan untuk memastikan gangguan ini meliputi riwayat pengobatan, riwayat demensia pada keluarga, status kesehatan mental, serta memeriksakan kondisi kejiwaan untuk menghilangkan dugaan gangguan kesehatan mental dengan gejala serupa seperti skizofrenia, depresi, atau gangguan bipolar.

Disebutkan Penyebab gangguan kognitif ringan diduga karena adanya kerusakan pada bagian otak yang serupa pada penderita demensia. Akibatnya terjadi beberapa perubahan pada: penumpukan plak beta-amyloid pada otak, kekurangan aliran darah ke otak, beberapa kerusakan kecil akibat stroke, mengecilnya bagian otak tertentu, pembengkakan pembuluh darah otak akibat cairan, kurangnya kadar glukosa pada bagian otak yang bertugas untuk berpikir.

Upaya menjaga kesehatan fisik dalam pencegahan penurunan kognitif dapat dilakukan dengan cara: rutin beraktivitas fisik, mengontrol tekanan darah dan kadar gula darah, berhenti merokok, menerapkan pola gizi seimbang, terutama dengan mengonsumsi sumber protein, sayur dan buah. Selain menjaga kesehatan fisik, penderita gangguan kognitif ringan juga disarankan mengikuti kegiatan yang menstimulasi kemampuan kognitif, seperti aktif dalam kegiatan sosial, menyelesaikan puzzle, dan membaca. Namun hingga saat ini, penurunan kemampuan kognitif otak dan demensia tidak dapat ditangani dengan konsumsi obat. Kombinasi dalam menjaga kesehatan mental dan fisik dapat memperbaiki kemampuan kognitif dan mencegahnya untuk berkembang menjadi demensia.

Setelah mengetahui berbagai opini tentang penyakitku ini, akhirnya Aku memutuskan untuk menerima segala kemungkinan yang terjadi pada diriku. Aku mulai dari menjalani aktivitasku sebagai Mahasiswi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, aku berharap semoga dengan ilmuku dibangku kuliah ini bias membantuku mengatasi kesehatanku dan menuntunku menjadi seorang yang cinta akan kesehatan. Terlepas dari usaha tersebut, Aku selalu berdo’a dan sabar serta ridha atas segala ketentuan yang diberikan oleh Allah SWT.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Chintya Andini

    Public Health'19
    UIN-SU
    A smile that hides a pain

    View all posts

    Add comment