Soloensis

DAMPAK TEKNOLOGI TERHADAP SYARIAT ISLAM

Kemajuan Teknologi telah memberikan begitu banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Akan tetapi Teknologi pun membawa dampak yang buruk bagi kita. Karenanya, diperlukan formula yang mampu menghadapinya.

Tiga komponen yang dimiliki pendidikan Islam sebagai kunci dalam mengendalikan dan mengembalikan iptek ke posisi semula, yaitu: amar ma’ruf, nahi munkar, dan iman kepada Allah.

Dalam menghadapi derasnya arus kemajuan Teknologi, dibutuhkan kerjasama dari seluruh elemen mayarakat untuk menghadapi dampak negatif Teknologi. Pendidikan Islam merumuskan kerjasama yang utuh antar pendidik, peserta didik, orang tua, masyarakat, dan pemerintah untuk bahu membahu menghadapi dampak negatif iptek tersebut. Sehinggga dengan kerjasama yang baik, kita akan mampu mengendalikan dan mengarahkan iptek untuk tetap berada di posisi yang benar.

Kemajuan Teknologi yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia, bagi masyarakat sekarang sudah merupakan suatu kesakralan. Pengembangan teknologi dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja teknologi sebagai penyelamat yang akan membebaskan mereka dari berbagai kesulitan. Teknologi diyakini akan memberi umat manusia kebahagiaan. Sumbangan teknologi terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri.

Dan lebih buruk lagi anak remaja yang bergama islam lebih mengedepankan teknologi seperti handpone (gadget) dari pada pedoman dalam ajaran agama islam yaitu Al qur’an, banyak kerusakan yang di akibatkan teknologi, mirisnya banyak kelalaian dalam melakukan ibadah terhadap allah swt di karenakan gadget telah menguasai diri seseorang tersebut.

Ilmuwan muslim senantiasa menyandarkan pengetahuannya berdasarkan Al-Quran dan hadits. Sehingga mereka tidak keluar dari koridor yang telah ditetapkan Allah dan rasul-Nya. Pendidikan kita pun sudah seharusnya berdasar kepada Al-Quran dan hadits agar tetap berada di jalur yang benar. KH. Mawardi (2003: 152) berpendapat bahwa seluruh kekejian, kemunkaran, kebrutalan, kesadisan, dan kemelut berkepanjangan adalah kebodohan dan kezaliman manusia. Jadi sepandai apapun manusia, bila dia tidak mampu mencegah kemunkaran dalam dirinya tetap dikatakan bodoh karena dia tidak mengetahui yang kebenaran yang telah Allah gariskan. Hanya orang-orang yang bertaubat, yang dikategorikan sebagai orang pandai, yang akan mampu menyelamatkan dirinya dari kehancuran. 

Kerusakan yang terjadi pada umat islam tak lepas dari lemahnya iman terhadap allah swt dan hanya menguasai teknologi akan tetapi tidak mampu membendung arus negatif teknologi. Karenanya, dibutuhkan terapi yang dapat mengembalikan pemanfaatan teknologi ke posisi yang seharusnya. Pendidikan Islam diharapkan mampu menjalankan peran tersebut.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Muhammad Rizki

    Add comment