Soloensis

Hutan, Gunung, dan Air Terjun Buatan di Tengah Kota

Apa yang terlintas di kepala manakala mendengar kata Singapura? Deretan pertokoan di Orchard Road, Singapore Great Sale, atau deretan toko-toko suvenir di Bugis Street? Well, nggak salah punya bayangan seperti itu karena Singapura memang identik sebagai surga belanja, terutama bagi wisatawan Indonesia.

Tapi sebenarnya Singapura memiliki banyak objek menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Gardens by The Bay. Pada akhir Januari 2015 lalu, saya berkesempatan mengunjungi Singapura dan Gardens by The Bay merupakan salah satu objek wisata yang saya kunjungi.

Gardens By The Bay merupakan representasi dari visi Pemerintah Singapura untuk mewujudkan slogan City in The Garden. Taman ini merupakan satu-satunya taman tropis buatan yang berisi 500.000 tanaman yang terdiri lebih dari 2.200 spesies. Pembangunan taman ini dimulai pada Januari 2006 dengan mengadakan sayembara master plan desain taman. Ada 70 rancangan dari 170 perusahaan dari 24 negara mendaftar sebagai peserta. Pada September, juri mengumumkan dua pemenang, dua-duanya dari Inggris. Pada November 2007, dimulailah pembangunan dan pada Oktober 2011 taman tersebut resmi dibuka untuk umum. Taman yang merupakan hasil reklamasi pantai ini terletak di lahan seluas 101 hektare, terdiri atas tiga taman yaitu Bay South Garden, Bay East Garden dan Bay Central Garden.

Bay South Garden yang dibuka pada 29 Juni 2012 terletak di areal seluas 54 hektare dan memiliki paling banyak spot menarik dibandingkan Bay Central Garden dan Bay East Garden. Sejumlah lokasi yang bisa dikunjungi di Bay South Garden yaitu konservasi, Cloud Forest, Flower Dome, Supertrees Grove, Children’s Garden, horticultural themed gardens, dan Flower Market. Bay East Garden memiliki luas 32 hektare dan Bay Central Garden “hanya” 15 hektare.
Menyusuri areal taman ini, benar-benar terasa nyaman karena lokasinya berada di dalam sebuah dome super besar dan berpendingin udara. Sebetulnya waktu sehari tak cukup untuk menikmati semua areal taman ini. Saya, yang hanya punya waktu 4 jam, hanya mampu menjelajahi dua spot yaitu Flower Dome dan Cloud Forest. Flower Dome terdiri atas beberapa zona yaitu Baobabs and Bottle Trees, Succulent Garden, Australian Garden, South African Garden, South American Garden, Californian Garden, Mediterranean Garden, Olive Grove dan Changing Flower Field Display.

Semua koleksi tanaman di taman ini adalah asli. Bahkan, pengelola bela-belain mendatangkan tanaman asli dari negara asal, merawat tanaman-tanaman tersebut sesuai habitat asli mereka. Itulah sebabnya semua koleksi tanaman ini ditempatkan di sebuah dome tertutup dan berpendingin udara. Puas ngubek di Flower Dome, saya beralih ke Cloud Forest. Ini merupakan taman yang merepresentasikan hutan hujan tropis. Begitu memasuki taman ini, kita akan disambut disambut hawa dingin yang mengigit tulang, gunung plus air terjun buatan setinggi 35 meter. Jujur nih ya, saat menyaksikan gunung dan air terjun tersebut saya sempat terpana. Sampai segitunya ya Pemerintah Singapura! Maklum aja, Singapura tak memiliki gunung, hutan hujan tropis, dan air terjun seperti di negara kita. Menyaksikan itu semua, ingatan saya melayang ke hutan-hutan, gunung dan air terjun di negara kita yang tak terawat. Sedihnya tuh di sinih!

Ketika menyusuri areal ini, kita berasa sedang berada di dalam hutan hujan tropis (tapi minus suara kicau burung-burung karena di areal tersebut memang hanya menyajikan pemandangan alam berupa pohon, gunung dan air terjun artifisial). Asyiknya lagi pengunjung bisa ”mendaki” gunung buatan tersebut, melalui tangga maupun lift. Kita bisa menikmati air terjun dari berbagai level ketinggian gunung buatan tersebut. Suara gemercik air terjun benar-benar mengingatkan saya kepada suasana Grojogan Sewu di Karanganyar. Asal tau aja, air terjun buatan tersebut merupakan air terjun buatan di dalam ruang tertinggi di dunia! Wah!

Cloud Forest memiliki tujuh zona yaitu Lost World, Cloud Walk, Treetop Walk, Cyrstal Mountain, Earth Check, +5 Degrees dan Secret Garden. Setiap zona di Cloud Forest ini menarik untuk dieksplorasi karena masing-masing menyajikan tanaman khas sendiri-sendiri. Tak hanya itu, di setiap zona juga dilengkapi papan-papan informasi tentang hutan hujan tropis, aneka satwa yang bisa ditemukan di hutan hujan tropis plus ancaman terhadap kelangsungan hutan hujan tropis.

Dalam perjalanan pulang menuju hotel, saya hanya dapat termenung memikirkan Pemerintah Singapura yang mati-matian menghadirkan hutan hujan tropis, air terjun, dan gunung agar bisa dijual sebagai objek wisata dan mampu menyedot kunjungan wisatawan domestik dan asing. Sementara di satu sisi Indonesia memiliki banyaaaak sekali hutan hujan tropis, air terjun, dan gunung yang tidak terkelola dengan baik, sehingga tak mampu menarik minat wisatawan asing. Begitulah. Setiap kali pulang dari berwisata di luar negeri, kegalauan saya malah bertambah…hehehe….

Apakah tulisan ini membantu ?

Astrid Prihatini Wisnu Dewi

i love travelling sooo much!

View all posts

Add comment