Soloensis

PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (SECARA EPIDEMIOLOGI)

A.           Tanda Dan Gejala Klinis DBD

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk Aedes. Tanda-tandanya yaitu demam tinggi mendadak, sakit kepala yang parah, nafsu makan menurun, nyeri otot, pendarahan ringan, nyeri ketika menggerakan bola mata, hingga timbul ruam

Fase awal terdiri dari suhu tubuh lebih dari 39°c selama 2-7 hari disertai dengan gejala sakit kepala, sakit perut yang parah atau nyeri saat ditekan, muntah terus-menerus, hematemesis, melena, petechiae, mudah memar, gelisah, kelesuhan, dan kantuk.  Setelah 2-7 hari biasanya suhu tubuh akan turun dengan sangat cepat serta ditandai dengan berkeringat, gelisah, atau perubahan denyut nadi dan tekanan darah. Banyak penderita DBD sembuh, tetapi dengan kasus yang parah, dapat mengakibatkan kehilangan plasma dan berkembang menjadi syok dan kematian jika tidak diobati.

B.            Interaksi Trial Epidemiologi (HAE) Penyakit DBD

 

Host atau pejamu dari penyakit DBD merupakan manusia. Ada faktor-faktor yang membuat manusia dapat terinveksi Virus dengue, yaitu:

·                     Status gizi: jika seseorang terinfeksi virus dengue tetapi memiliki status gizi yang baik maka ada kemungkinan virus tersebut tidak berkembang.

·                     Sosial ekonomi: kebanyak yang terjangkit adalah tingkat ekonomi kebawah karena secara tidak langsung lingkungan tempat tinggalnya dan status gizinya juga tidak bagus.

·                     Nutrisis yang dikonsumsi

·                     Imunitas atau kekebalan tubuh

  • AGENT

Agent DBD adalah virus dengue melalui nyamuk aedes betina yang telah terinfeksi virus dengue.

  •            Environment (Lingkungan)

Iklim mempengaruhi ekologi dengue dengan mempengaruhi vektor dinamika, pengembangan agent, dan interaksi nyamuk/manusia. Suhu mempengaruhi tingkat perkembangan virus. Hangat iklim memungkinkan perkembangan larva dan kecepatan yang meningt replikasi virus, sedangkan iklim dingin memperlambat virus perkembangan dan mengurangi waktu kelangsungan hidup nyamuk, dengan demikian mengurangi kemungkinan penularan demam berdarah. Suhu juga berhubungan dengan curah hujan sebagai pengatur utama penguapan, sehingga secara enggak langsung mempengaruhi ketersediaan habitat air atau genangan air. Perubahan demografi dan sosial seperti pertumbuhan penduduk, urbanisasi, kemiskinana dan pengangguaran, serta fasilitas kesehatan yang tersedia menjadi penyebab peningkatan insiden dan penyebaran geografis aktivitas dengue

C.           Rantai Infeksi

Virus Dengue menular kepada manusia melalui nyamuk jenis Aedes Aegypti. Biasanya nyamuk betina yang akan terinfeksi virus dengue, karenakan cuma nyamuk betina yang menghisap darah. Proses terjadinya infeksi ke nyamuk Aedes yaitu saat nyamuk betina menggigit seseorang yang sedang mengalami vireamia atau demam akut. Setelah menggigit penderita vireamia, maka nyamuk akan menjalani inkubasi ekstrim selama 8-12 hari hingga akhirnya nyamuk benar-benar terinfeksi virus dengue selama hidupnya.

Nyamuk yang sudah terinfeksi akan menularkan virus dengue melalui kelenjar ludah. Proses tersebut terjadi disaat nyamuk sudah selesai mengisap darah dan saat akan mengeluarkan penghisapnya, nyamuk akan meninggalkan air liurnya tepat di luka bekas gigitan. Selanjutnya virus akan berinkubasi di tubuh manusia selama 4-6 hari hingga timbul gejala awal DBD.

Seseorang yang sudah pernah mengalami DBD dapat bisa terinfeksi kembali. Karena virus dengue ada terdapat tipe 1 sampai 4. Jika dia sudah pernah terinfeksi sekali maka masih dapat terinfeksi 3 kali lagi namun dengan tingkat yang lebih parah. Virus dengue yang paling banyak di indonesia adalah dengue-1, jenis ini tidak berbahaya. Sedangkan dengue-4 merupakan jenis dengue yang paling dikit dan juga tidak ganas.

D.           Riwayat Alamiah Penyakit DBD

Riwayat alamiah penyakit (RAP) merupakan uraian tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu yang terpapar. Proses terjadinya penyakit terdapat periode prepathogenis (tahap sebelum sakit) dan periode patogenesis. Periode prepathogenesis terjadinya stimulus penyakit sampai terjadinya respon dari tubuh (Fase Suseptibilitas). Periode pathogenesis mulailah terjadinya respon hingga berhenti karena sembuh, cacat atau mati. Periode pathogenesis dibagi menjadi fase subklinis, fase klinis, dan fase penyembuhan. Berikut merupakan tahap lengkap Riwayat Alamiah Penyakit (RAP).

Tahapan-Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit DBD

A.                Fase suseptibilitas : pada fase ini, nyamuk Aedes yang tidak infeksi menjadi terinfeksi karena menggit manusia yang sedang viremia. Kemudian nyamuk yang telah terinfeksi virus dengue menggigit manusia dan mengsekresikan kelenjar savilia. saat proses itulah virus ditularkan ke manusia.

B.                 Fase subklinis (masa inkubasi): Pada DBD fase ini terjadi saat virus sudah masuk kedalam tubuh manusia bersamaan dengan air liur nyamuk. Virus memperbanyak diri dan menginfeksi sel darah putih dan kelenjar getah bening untuk masuk ke dalam aliran darah. Pada saat inilah tubuh berusaha melawan virus dengan membentuk antibodi, namun antibodi yang kompleks ini dapat merusak sel darah putih karena zat-zat yang dilepaskannya. Setelah proses itu, terjadilah pelebaran pada pembuluh darah kapier dan menyebabkan bocornya sel  darah. Jika hal itu terjadi maka mulai timbul gejala klinis DBD.

C.                Pada tahap klinis yaitu sudah munculnya gelaja klinis DBD seperti demam tinggi hingga 40°c 2-7 hari, sakit kepala yang parah, nafsu makan menurun, nyeri otot, pendarahan ringan, neri saat menggerakan bola mata, hingga munculnya ruam di tiga hingga empat hari setelah demam. Setelah terinfeksi virus dengue maka penderita akan kebal dengan virus dengue yang menyerangnya, misalnya seseorang sudah pernah terinfeksi virus dengue serotipe 1, maka dia akan kebal terhadap serotipe 1 tetapi masih bisa terinfeksi kembali karena virus dengue memiliki serotipe 1,2,3, dan 4.

D.                Sebelum dilakukannya tahap pemulihan maka akan dilakukan diagnosis terlebih dahulu, jika tanda-tanda klinis mengarah pada penyakit DBD, maka pada saat kritis dapat dilakukan pemulihan dengan memberikan infus atau transfer trombosit, setelah melalui masa kritis biasanya setelah hari keenam dan ketujuh pasien akan berangsur membaik, namun jika setelah hari ketujuh tidak membaik maka akan menimbulkan kematian.

E.            Besarnya Masalah DBD di Masyarakat

Penyakit DBD adalah  masalah masyarakat terutama dalam bidang kesehatan lingkungan yang jumlahnya terus mengalami peningkatan pesat termasuk daerah penyebarannya. WHO mendata bahwa diperkirakan 50 sampai 100 juta kasus DBD terjadi setiap tahunnya yang mengakibatkan 22.000 kematian yang sebagian besar adalah anak-anak. Pada tahun 2010 ke 2011 kasus DBD di Indonesia sempat mengalami penurunan drastis dengan jumlah kasus sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah kematian sebesar 1.358 orang dan tahun 2012 ke 2013 meningkat kembali Sedangkan dari tahun 2016 sampai 2017 jumlah kasus DBD di Indonesia sempat mengalami penurunana kembali yang siqnifikan yaitu turun sebanyak 204.171 kasus. Berdasarkan hasil data Kementerian Kesehatan RI, distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu pertama 2018 hingga minggu pertama 2019 terdapat 3 kota dengan jumlah terbanyak yaitu di wilayah Jawa Timur sebanyak 700 orang, Jawa Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401 orang. Info terkini yang disampaikan kemenkes, tanggal 30 November 2020 ada penambahan 51 kasus DBD dan penambahan kematian akibatkan DBD.

F.            Distribusi Kejadian DBD berdasarkan OTW

1.             Ditribusi kejadian DBD Menurut Orang

Pertama, usia. DBD  banyak dialami oleh anak-anak dikarenakan nyamuk menggigit manusia pada waktu pagi hari dan petang hari. Pada waktu itulah anak-anak sudah beraktivitas seperti disekolah, sedangkan saat petang kebanyakan anak-anak masih bermain di lingkungan luar rumah dan juga imun anak-anak tidak sekuat orang dewasa sehingga lebih mudah terinfeksi. Kedua, jenis kelamin. Prevalensi kejadian DBD untuk laki-laki lebih besar dari perempuan karena laki-laki lebih banyak berada di luar rumah, sehingga risiko untuk tergigit nyamuk lebih besar.

2.                  Ditribusi kejadian DBD Menurut Tempat

Lingkungan yang menjadi tempat nyamuk aedes aegyti adalah genangan air yang terdapat dalam wadah. Banyaknya tempat penampungan air akan mempengaruhi perkembangbiakan vektor DBD. Curah hujan juga memiliki hubungan dengan kejadian DBD. Ketika musim penghujan datang maka populasi nyamuk meningkat dengan cepat. Persebaran nyamuk aedes aegypti tidak hanya ditemukan di kawasan pemukiman tetapi tersebar juga di tempat-tempat umum seperti, penampungan air, tempat pembuangan sampah dan lainnya.

3.                  Ditribusi kejadian DBD Menurut Waktu

Kejadian demam berdarah dengue banyak terjadi di musim hujan mulai dari bulan september hingga februari. Pada  musim hujan populasi vektor nyamuk Aedes Aegypti mengalami peningkatan karena bertambahnya genangan air. Musim kemarau juga dapat meningkatkan vektor nyamuk aedes aegypti karena mereka dapat bersarang di bejana atau tempat-tempat yang selalu terisi air seperti bak mandi dan penampungan air.

G.           Pencegahan Penyakit DBD

Dalam menghindari terjadinya DBD kita harus melakukan tindakan pencegahan agar tidak terdampak oleh penyakit tersebut. Sampai saat ini langkah pencegahan atau penanggulangan demam berdarah yang paling jitu tingkat keberhasilannya adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus, yakni :  

·         Menguras, ialah membersihkan tempat-tempat yang digunakan sebagai wadah penyimpanan air diantaranya: bak mandi, ember, wadah penampungan air minum, dan sebagainya

·         Menutup, ialah menutup dengan rapat wadah-wadah penyimpanan air seperti; tong air, kendi, dan lain-lain

·         Memanfaatkan kembali/mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat berkembangnya nyamuk Demam Berdarah ini, atau juga dengan mengubur benda tidak terpakai yang bisa terurai dengan tanah untuk lebih mengurangi potensi terjadinya tempat berkembangbiak nyamuk tersebut   

Kemudian yang maksud dari “plusnya” disini adalah semua bentuk tambahan kegiatan untuk mencegah penyakit DBD tersebut, yaitu:

1.      Memeriksa tempat-tempat penampungan air

2.      Menyebarkan bubuk larvasida di tempat penyimpanan air yang susah dibersihkan

3.      Memasang kelambu sebelum tidur

4.      Memelihara jenis ikan yangbisa memangsa jentik nyamuk

5.      Merawat tanaman anti nyamuk di sekitar tempat tinggal

6.      Menghindari kebiasaan menggantungkan pakaian yang berpotensi menjadi tempat berkembang ataupun istirahat nyamuk 

7.      Memakai anti nyamuk semprot ataupun oles jika perlu.

8.      Memasang kawat anti nyamuk pada jendela maupun ventilasi rumah

9.      Rutin membersihkan lingkungan

10.  Menaruh pakaian yang sudah digunakan ke dalam tempat tertutup

11.  Memperbaiki saluran air yang tidak lancar

Selain 3M Plus tersebut ada beberapa langkah lain yang sebaiknya kita ketahui untuk mencegah penyebaran DBD :

  1. Kenali tanda-tanda ataupun gejala  DBD, jika ada segera lakukan pertolongan
  2. Mengetahui siklus nyamuk Demam berdarah
  3. Mengetahui cara perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti
  4. Mencegah penularan dengan memutus rantai penyebaran DBD
  5. Membentuk Jumantik (Juru Pemantau Jentik)

Wabah DBD biasanya akan meningkat potensi penyebarannya saat pertengahan musim hujan, ini terjadi karana pada saat musim hujan banyak bertambah tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti pada air tergenang.

H.           Pengobatan Penyakit DBD

Upaya pengobatan untuk penyakit Demam Berdarah (DBD) dapat dibagi dalam dua langkah yaitu pertolongan awal dan pertolongan lanjutan. Beberapa langkah pertolongan awal yang dapat dilakukan kepada penderita DBD di rumah antara lain:

1.             Melakukan istirahat total (bedrest)

2.             Memperbanyak asupan cairan atapun pemasukan cairan ke dalam tubuh minimal 2 liter dalam 1 hari

3.             Mengkompres penderita, apabila demam yang tinggi bisa diberi obat antipiretik (penurun demam) seperti parasetamol. Jika dalam 2 sampai 3 hari gejala semakin parah segera rujuk ke rumah sakit atau ke tempat pelayanan kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Kemudian untuk tahap penanganan lanjutan/pertolongan lanjutan yakni dengan membawa ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan dan melakukan langkah-langkah berikut:

1.             Sarankan pasien untuk memperbanyak asupan cairan dan istirahat total

2.             Menyuruh pasien menggunakan antipiretik (paracetamol) untuk menurunkan suhu tubuh mereka

3.             Mengingatkan pasien untuk menghindari aspirin dan obat nonsteroid/inflamasi lainnya, karena di khawatirkan adanya risiko terjadi pendarahan

4.             Pantau hidrasi pasien dan status selama fase demam penyakit

5.             Apabila pasien tidak bisa mengkonsumsi cairan secara oral, mereka mungkin membutuhkan cairan IV.

6.             Melakukan penilaian hemodinamik, tes hematokrit dasar, dan jumlah trombosit.

7.             Terus pantau pasien secara teratur selama demam. Fase kritis demam berdarah dimulai dengan demam dan berlangsung 24-48 jam.

I.              Program Pemerintah

Untuk memberantas penyakit DBD di Indonesia pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan memberlakukan beberapa program diantaranya:

·                Melalui surat edaran Menteri Kesehatan RI nomor PV.02.01/Menkes/721/2018 tanggal 22 November 2018 mengenai Kesiapsiagaan Peningkatan Kasus DBD

·                Dengan surat edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit nomor PV.02.01/4/87/2019 tanggal 11 Januari 2019 kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia untuk mendukung dan menggerakkan pelaksanaan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus di wilayahnya juga mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada untuk upaya antisipasi dan penanggulangan KLB DBD

·                Mensosialisasikan pada masyarakat untuk melakukan kegiatan PSN 3M Plus dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik

·                Patronasi oleh Tim Terpadu kementerian Kesehatan dalam upaya penanggulangan KLB di beberapa daerah

·                Mengedarkan dukungan bahan dan alat pengendalian vektor keseluruh provinsi dalam bentuk insektisida, larvasida, Jumantik Kit, Mesin fogging, dan media KIE

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Mira Ananda Putri

    Mahasiswa Universitas Islam Sumatera Utara

    View all posts

    Add comment