Soloensis

Hari Pahlawan bagi Generasi Masakini

Kalau Mati dengan Berani; kalau hidup, dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita. -Pramoedya Ananta Toer

Jika kita menilik alur sorot balik perjuangan Indonesia dari masa ke masa, maka sejarah merupakan salah satu momok penting yang tidak dapat dipisahkan serta hilang dari diri manusia. Sejarah bersifat unik, karena sejarah hanya terjadi satu kali dalam perjalanannya, itulah sejarah. Renungan untuk para pelaku pejuang yang telah memberikan banyak sumbangsih terhadap bangsa ini patut dijadikan sudut pandang utama bagi para generasi masa kini. Bukan sekadar diingat, diperingati lantas dilupakan begitu saja, melainkan untuk dapat merefleksikan perjuangan para pahlawan sebagai wujud apresiasi dalam menghormati, menghargai, serta meneruskan langkah mereka demi persatuan dan seutuhan Indonesia.
Rakyat pribumi masa silam bak perahu kertas di tengah lautan lepas, kosong, mudah dibohongi, dan tidak mempunyai pengetahuan serta teknik untuk dapat melawan. Itulah sebabnya bangsa asing mudah jajah kita. Hal tersebut tampaknya tidak bisa kita pungkiri dengan begitu saja, dengan kekuatan seadanya dan sederhana menjadi modal utama dalam melawan dan mempertahakan tanah air. Barulah setelah Jepang mulai menduduki bangsa ini, rakyat banyak diikut sertakan dalam organisasi-organisasi jepang untuk dijadikan boneka dalam melewan sekutu. Sebut saja tentara PETA yang dibekali kemampuan dan keterampilan bahu membahu dalam melawan musuhnya. Hingga pada akhirnya kemampuan itu dimanfaatkan untuk menyerang balik mereka dalam merebut dan membebaskan diri dari bengisnya penderitaan.

Refleksi Hari Pahlawan untuk Generasi Bangsa
Siapapun orangnya, selagi ia mempunyai niat abadi, jujur, rela berkorban, pantang menyerah, dan memiliki keberanian dalam melakukan segala upaya demi kepentingan bersama, tidak perduli apapun predikatnya, dialah pahlawan bagi kita (kurniawan, 2005).
Hari Pahlawan merupakan salah satu momentum penting yang selalu kita peringati setiap tanggal 10 November. Lahir dan muncul dari jerih payah berbagai sumbangsih para pejuang yang telah melawan dan mempertahankan Indonesia suutuhnya. Sebut saja perjuangan arek-arek Surabaya yang dipimpin Bung Tomo dalam melawan sekutu dari kota Surabaya waktu itu, dengan ditandai peristiwa penurunan bendera merah putih biru oleh arek-arek Surabaya. Kegigihan dan rasa pantang mundur rakyat Surabaya adalah simbol pergerakan para pemuda yang kian matang dalam mengkaji pentingnya persatuan dan kesatuan dalam mempertahakan kemerdekaan sejak tanggal 17 Agustus 1945. Melihat dari kacamata tersebut, sudah soyogyanya momentum atau peristiwa yang penuh ketegaran ini dijadikan refleksi dalam membentuk karakter para generasi bangsa, khususnya generasi muda yang semakin lama semakin surut dalam memahami dan merenungkan peristiwa-peristiwa dalam merebut dan mempertahankan Indonesia, khususnya pertempuran di Surabaya 10 November 1945.

Dalam kurikulum pendidikan terbaru yang sejak dua tahun ini berjalan telah jelas di tandaskan, bahwa pembentukkan karakter peserta didik perlu dibentuk dan diselipkan dalam setiap pelajaran di sekolahan. Beberapa diantaranya, kejujuran, keberanian, dan rasa saling menghormati. Artinya, sejarah dan para pelakunya memiliki korelasi yang relevan walaupun seiring perkembangan jaman modern sebagai daya saing yang berkualitas. Kita bisa kenalkan kepada mereka berbagai peristiwa sejarah Indonesia yang mempunyai bentuk heroik dalam menunjang serta membekali mereka agar lebih paham dan mampu untuk mencontohnya. Bukan sekadar diperingati kemudian dilupakan tanpa kita mengetahui esensi dan makna di dalamnya, dan itu sama saja hampa. Melainkan lebih dari itu.Untuk generasi remaja, momentum hari Pahlawan menjadi tantangan penuh dalam menggali berbagai hal dalam membentengi mereka dari setiap pengaruh dari luar. Sebut saja budaya barat yang tidak sedikit telah menerobos tanah air dengan berbagai permasalahannya. Minuman keras, narkoba, style glamor, menjadi beberapa pemicu hancurnya generasi bangsa. Jika generasi kita hanya statis dan tidak mempunyai daya saing yang kuat, niscaya bangsa ini akan remuk secara perlahan. Di samping itu, hari Pahlawan harus menjadi renungan bagi para pemimpin bangsa guna menata pemerintahan yang layak serta menyiapkan generasi selanjutnya dengan berbagai wadah yang mampu menampung kreatifitas ide-ide yang selaras dan relevan. Misalnya kegiatan bela Negara, pemuda pancasila, dan organisasi lain yang cocok dengan keadaan dan situasi bangsa sekarang ini. Kalau pemuda generasi bangsa sudah mulai hancur, apalagi yang bisa kita harapkan. Oleh karena itu, dengan peringatan hari Pahlawan ini, mari kita siapkan sejak dini, dari tingkat paling bawah hingga jajaran teratas. Agar kita dan mereka tahu semangat juang kegigihan para pahlawan masa itu dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai bentuk dedikasi yang seutuhnya.

Semoga peringatan hari Pahlawan pada tahun ini mampu menjadi bahan renungan bagi penghuni tanah pertiwi, untuk lebih baik dan seutuhnya.

Rumah Bahasa dan Sastra
SMA Negeri Tawangsari Sukoharjo

#salambudaya #soloensis #solopos

Apakah tulisan ini membantu ?

toatkurniawan

Maju! dan tetap melaju. Di dunia ini tidak ada hal yg sia-sia dari apa yang telah dikerjakan oleh makhluk yg bernama; MANUSIA.

-Toat Kurniawan

View all posts

Add comment