Soloensis

Hujan dan Hujan Ungkapan Syukur

Silakan Anda membuka Koran Solopos edisi Senin Kliwon, 11 Januari 2016. Bukalah halaman 6, Rubrik Pergelaran. Headline halaman itu adalah berita berjudul “Merespons Hujan Ungkapan Syukur”.
Setelah saya membaca teks berita itu secara lengkap ternyata makna yang saya tangkap adalah acara “International Rain Festival 2016” di Studio Seni Mugi Dance di Pucangan, Kartasura, Sukoharjo itu adalah acara untuk merespons musim hujan.
Merespons musim hujan diwujudkan dalam ungkapan rasa syukur berbentuk pertunjukan seni tradisional maupun kontemporer. Sejumlah kelompok dan seniman/seniwati berkumpul di Studio Seni Mugi Dance dan secara bergiliran atau bersamaan waktunya mempertunjukkan berbagai karya seni.
Karya-karya seni yang dipertunjukkan itu dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur karena Tuhan telah menganugerahkan hujan/musim hujan kepada manusia. Musim hujan membawa berkah bagi kehidupan seluruh ekosistem di bumi.
Jadi, judul headline halaman ini tidak pas. Judul headline itu bermakna “International Rain Festival 2016” di Studi Seni Mugi Dance adalah untuk “merespons terjadinya hujan ungkapan syukur” bukan “merespons musim hujan” sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
“Musim hujan” jelas maknanya, ya yang kita alami saat ini, hujan turun hampir tiap hari. Sedangkan “hujan ungkapan syukur” biasanya terkait erat dengan kegembiraan, misalnya ada anggota sebuah keluarga yang sembuh dari penyakit berat yang diderita bertahun-tahun.
Kesembuhan itu mendatangkan “hujan ungkapan syukur”, yaitu ungkapan syukur yang dilaksanakan berkali-kali, oleh banyak orang, dan intensitasnya cukup sering dalam periode waktu tertentu. Menulis memang butuh logika, tak cuma kemampuan menyusun aksara.

Apakah tulisan ini membantu ?

ichwan prasetyo

Jurnalis, suka membaca, suka mengoleksi buku, sedih bila buku dipinjam (apalagi kalau tak dikembalikan), tak suka kemunafikan.

View all posts

Add comment