Soloensis

Itu Kembali ke Keyakinan Njenengan Pak..

Grup Whatsaap temen-temen kuliah mendadak ramai. Lagi-lagi masalah riba yang dibahas. Dan selalu memicu pro dan kontra. Ada yang pakai dalil Alquran dan sunnah, ilmu ekonomi, ada juga yang pakai logika an sich..

Emang, di grup ini, ada dua hal yang selalu bisa bikin percakapan jadi debat panas. Kalau ga masalah capres, ya masalah riba. Ujung-ujungnya udah ketahuan…debat kusir. Ga ada kesimpulan apalagi kesepakatan. Terutama soal capres. Ya iyalah, wong beda pilihan kok mau disama-samain. Pakai argumentasi apa pun ga bakal bisa. Namanya juga fanatiq bosque..Seperti pepatah bilang, ada tiga orang yang tidak bisa berpikir pakai logika. Orang yang lagi jatuh cinta, suporter sepak bola, satu laginya pendukung capres. Eh masih ada satu lagi ding, penggemar drama Korea…Annyeonghaseyo! :p

Oke kembali ke laptop..Setelah berulang-ulang debat soal riba, ada salah satu temen yang bilang, ”itu kembali ke keyakinan njenengan pak, nek merasa terbantu ya monggo.”

Komen ini dibalas temen lain yang selama ini kalau komen selalu berusaha terlihat religius, “maaf mas . .. Ini pendapat seperti ini menyesatkan, kalo bicara hukum syariat ya jangan dikembalikan ke masing2   individu.  Afwan mas xxx… ini gak ada kaitannya dengan nanti malam..

Komen tadi disambut  oleh komen temen lain yang “satu aliran”, “Benar…  Jngan beranggapan sesuatu yg baik menurut kita..  Kita kembalikan ke agama..  Mari belajar agama…

Saya agak geli juga bacanya. Memang ga ada yang salah dengan komen-komen tadi. Tapi ada sesuatu yang gimana gitu.

Saat teman pertama yang komen “kembalikan itu kepada keyakinan masing-masing” dianggap sesat, lalu beragama itu tentang apa kalau bukan tentang keyakinan?

Betul, bagi umat Islam, beragama harus sesuai syariat. Syariat yang mana? Syariat Islam lah. Berdasarkan Alquran dan As-sunnah. Iya bener bosque…tapi berdasarkan Alquran dan As-sunah menurut penafsiran siapa? Rasulullah yang kemudian diwariskan kepada para ulama salaf. Iya sih. Tapi..tapi..Ulama-ulama salaf juga banyak yang berbeda pandangan soal syariat tertentu. Contoh paling gampang, kita mengenal empat imam besar. Bukan imam besar FPI yang lagi dicekal di Arab Saudi ya bosque…
Maksudnya di sini Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii, dan Imam Hambali. Mereka adalah ulama-ulama besar dan hebat, tapi dalam kasus tertentu mereka beda pandangan. Hebatnya, tak ada satu pun dari mereka yang menyalahkan lainnya, apalagi menyesat-nyesatkan.

Bagi muslim yang sejalan dengan paham Imam Hanafi artinya mereka bermazhab Hanafi dan sebaliknya. Muslim di Indonesia kebanyakan bermazhab Syafii. Makanya jangan heran kalau ada muslim Indonesia yang sering dilihatin terus ditanya-tanya sama muslim Turki saat lagi wudu. Kok beda cara wudunya? Ya iyalah bosque…wong muslim Turki menganut mazhab Hanafi.

Jadi siapa cara wudu siapa yang benar? Ya kembalikan saja kepada keyakinan masing-masing. Iya..ke keyakinan masing-masing.. Yang menurut mereka paling mendekati ajaran Rasulullah SAW. Tanpa saling menyalahkan.

Jadi..agama memang soal keyakinan. Kalau ga yakin ya tinggalkan. Kalau yakin, lakukan. Yang sesat itu adalah yang suka memaksakan keyakinan dirinya kepada orang lain. Seperti memaksakan orang lain milih capres yang sama dengan dirinya..ia dirinya…bukan kamu…Kalo kamu..tetep jadi pilihan aku..eh..

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Diqy

    old-fashioned man

    View all posts

    Add comment