Soloensis

Mendadak, Kami Dites Urine…

Pertengahan Februari 2016 lalu, saya dan empat teman sekantor mengadakan perjalanan kerja ke Semarang. Salah satu lokasi tujuan kami adalah kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Tengah yang berlokasi di kawasan Jalan Madukoro.

Kunjungan silaturahmi ini berlangsung hangat. Kami diterima Kepala BNNP Jateng, Brigjen Pol. Amrin Remico. Brigjen Amrin memberi penjelasan mengenai BNNP Jateng dan langkah-langkah apa saja yang sudah dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan narkoba di Jawa Tengah.

“Untuk membersihkan narkoba harus menggunakan sapu yang bersih. Jadi teman-teman ini, yang wartawan, nanti sebelum pulang dites urine dulu ya,” ujar Brigjen Amrin sambil tersenyum.

Nah hlo, seketika kami—saya dan teman-teman—saling berpandangan. Kaget juga dengan apa yang baru saja disampaikan Kepala BNNP Jateng. “Ah, paling bercanda ini,” batin saya dan teman-teman.

Namun saya ingat juga belum lama membaca berita di media massa, puluhan wartawan peliput di BNNP Jateng secara mendadak dites urine. Bersyukur semua hasilnya negatif alias tidak ada yang mengonsumsi narkoba.

Diminta tes urine secara mendadak, tentu saja kami berlima deg-degan, meski kami yakin tidak ada di antara kami yang mengonsumsi obat-obatan terlarang itu. Singkat kata, kami pun menjalani tes urine di kantor BNNP Jateng. Sudah ada petugas yang siap dengan test pack. Satu per satu kami ke toilet dan menyerahkan sampel urine kepada petugas. Kebetulan saya mendapat giliran pertama.

Saat petugas mengatakan hasil tes urine saya negatif, rasanya plong. Brigjen Amrin juga tersenyum dan menyalami, sambil membubuhkan cap di lengan tanda negatif narkoba. Kepala BNNP juga tak lupa menyerahkan cinderamata kepada masing-masing dari kami. Alhamdulillah, semua hasilnya negatif.

Di mobil, dalam perjalanan pulang menuju Solo, kami saling berbagi perasaan saat diminta tes urine tadi. Ternyata semua memang mengaku deg-degan sebelum dites, dan plong saat dinyatakan negatif. Kami juga tersenyum sendiri mengenai kekonyolan kami yang deg-degan saat dites narkoba. Padahal jelas-jelas kami yakin tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang ini, jadi untuk apa khawatir, iya kan?
Tapi bukan apa-apa, kekhawatiran itu muncul karena sekarang banyak dijumpai narkoba dalam berbagai bentuk, seperti vitamin maupun obat penyembuh sakit. Jangan sampai karena ketidaktahuan seperti itu justru membuat kita yang bermaksud mengonsumsi obat penyembuh rasa sakit ternyata mengandung obat terlarang.

Seperti yang diungkapkan Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Pol. Budi Waseso, narkoba sudah menyasar pondok pesantren dalam kamuflase vitamin. Ini sungguh berbahaya. Karena itu, saya pribadi mendukung langkah-langkah yang dilakukan BNN maupun BNNP dalam memerangi narkoba yang memang sudah menggurita di negeri ini.

Pencegahan jadi salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam pemberantasan narkoba. Pencegahan itu bisa berwujud sosialisasi gencar dan massif yang menyasar semua kalangan, terutama anak-anak sekolah, akan bahaya narkoba. Sosialisasi juga perlu diberikan agar kita tahu apa saja obat atau bahan yang memiliki kandungan narkoba yang tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat. Dengan pemberian pemahaman sejak dini akan bahaya narkoba, berarti kita turut menyelamatkan masa depan bangsa.

Apakah tulisan ini membantu ?

Add comment