Soloensis

Kuasai Dirimu, Atau Dirimu Akan Dikuasai

            Tentang hidup sehari-hari, tentang aturan dan penguasaan diri. Manusia hidup dengan aturan, bisa saja mereka yang akan mengatur atau yang diatur. Sebab aturan itu, mereka akan menguasai atau dikuasai. Tidak perlu jauh, bukan tentang jabatan atau seperangkatnya, namun tentang diri sendiri.

 

“Kuasai bolamu, atau bola yang akan mempermainkanmu”, mungkin kata-kata itu sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Ya, berbicara tentang bola, mereka yang berhasil mencetak gol adalah mereka yang berhasil menguasai dalam artian menggiring bola hingga ke gawang lawan. Begitupun tentang hidup. Mereka yang berhasil “mengatur” dirinya sendiri, maka akan mencapai tujuannya.

 

Cara mengatur diri setiap orang memang berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu agar hidupnya tertata. Begitupun dengan era sekarang, era dimana kemajuan tekhnologi sudah berkembang begitu pesat. Maka akan sangat berbeda dengan era yang dahulu. Mungkin dulu orang mengatur tentang jadwal keseharian mereka dengan menandai kalender atau mencatatnya di memo, jika sekarang?

 

Sebuah alat yang slim, namun begitu canggih telah mengubah segalanya. Bahkan hal yang sulit pun bisa jadi sangat mudah berkatnya. Sungguh luar biasa mereka yang telah dapat merancang alat semacam ini, juga fitur-fitur di dalamnya.

 

Ponsel dan internet. Dua item yang saling berhubungan, bahkan mungkin tidak bisa dipisahkan. Juga orang yang memilikinya, bagai kebutuhan pokok di era saat ini. Tidak hanya remaja, orang dewasa juga anak-anak sekalipun. Siapa yang tidak kenal dengan ponsel? Bahkan siapa yang tidak memilikinya? Mungkin hanya sekian persen saja yang benar-benar tidak menjadikan alat ini sebagai kebutuhan sehari-harinya.

 

Dulu ponsel hanya digunakan untuk mempermudah seseorang dalam hal komunikasi jarak jauh. Fiturnya pun masih sederhana, bahkan orang yang mengenal sosial media bisa dihitung jumlahnya. Banyak dari mereka hanya memanfaatkan posel sebatas keperluan telepon dan sms saja. Warung telekomunikasi atau biasa disebut “Wartel” pun masih mudah kita jumpai di pinggir jalan, toko, dan lingkungan dekat sekolah.

 

Gambar 1.1 (https://goo.gl/images/ABdhdy, 7 Desember 2018)

 

Lebih spesifik, masyarakat di era 90-an bahkan anak-anak dan remaja kala itu lebih memanfaatkan Wartel tersebut ketimbang membawa ponsel jadul kemana-mana. Sungguh, betapa berharganya wartel kala itu. Hanya orang-orang tertentu saja yang benar-benar memiliki ponsel yang sesungguhnya. Seperti orang kantoran misalnya. (Alfian, Dozan. 2017. https://www.inovasee.com/mengenang-masa-jaya-wartel-29017/, 7 Desember 2018).

 

Tak seperti sekarang, yang para pembuatnya pun tak menyangka bahwa peningkatannya secepat ini. Sebut saja Facebook, media sosial yang lebih dahulu nge-tren dimasanya sebelum media sosial lain. Seluruh kalangan, dari dewasa, remaja, hingga anak-anak berlomba-lomba untuk dapat menggunakan facebook. Mungkin hampir seluruhnya punya akun media sosial ini.

 

Facebook mampu mengalahkan Friendster yang jauh lebih dulu hadir dan menjadi cikal bakal media sosial saat itu. Friendster didirikan pada tahun 2002. Bahkan ketimbang friendster, facebooklah yang masih dapat bertahan kegunaannya hingga sekarang. Bagi sebagian orangpun, mungkin ada yang baru mendengar istilah frienster ini.

 

Bisa dibilang, setelah facebook datang, fungsi dari wartel menurun pesat. Untuk sebatas menanyakan kabarpun, orang-orang mulai banyak beralih menggunakan facebook. Mungkin fitur ini lebih menarik karena dapat melihat foto dari lawan komunikasinya. Bahkan kita dapat menemukan berjuta-juta teman baru dari seluruh belahan dunia melalui media sosial ini.

 

Facebook diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2006 oleh seorang mahasiswa Harvard University, Mark Zuckerberg. Nama Facebook sendiri diinspirasi oleh Zuckerberg dari sebuah istilah di kalangan kampus seantero AS untuk saling mengenal antar sesama civitas akademiknya.

 

Lebih lanjut, menurut penelitian yang dilakukan oleh Student Monitor, Facebook termasuk dalam jajaran benda/hal kedua yang diingini oleh para pelajar/mahasiswa di AS setelah Ipod. (Perambahan, Adnan. 2009. https://www.asal-usul.com/2009/03/facebook-data-dan-fakta-sejarah.html, 7 Desember 2018).

 

Semakin tak terkendalinya jumlah akses dari facebook, banyak wartel yang kemudian dibongkar karena sepinya pengguna. Disini ponsel sedikit lebih berperan dari sebelumnya, namun belum begitu banyak. Karena setelah wartel sedikit punah, kembali muncul yang namanya warung internet atau biasa disebut “Warnet”. Hampir sama dengan wartel, fungsi warung ini sebagai tempat untuk berkomunikasi, lebih tepatnya komunikasi jarak jauh.

 

Gambar 1.2 (https://goo.gl/images/UGgFNg, 7 Desember 2018)

 

Berbeda dengan wartel yang menggunakan perangkat telepon, warnet sudah menggunakan alat yang lebih canggih, yaitu komputer. Karena ia memiliki layar monitor, sehingga dapat dinikmati secara audio maupun visual. Pengguna facebook dapat saling berbagi foto maupun video. Baik untuk kebutuhan pribadi maupun sekelompok orang.

 

Mulai dari sini, para pengguna media sosial semakin tidak terkendali. Akibatnya, warnet kian menjamur dimana-mana. Bahkan disepanjang jalan, meskipun jarak antara warnet satu dengan warnet lainnya hampir berdekatan, diantaranya jarang ada yang sepi. Di daerah-daerah terpencilpun mulai dirambah.

 

Canggihnya tekhnologi yang dihasilkan dari sekotak komputer ialah internet, karena internet ini pula facebook dapat diakses, tentunya melalui mesin pencari yang bernama “Google”. Semua orang sangat memanfaatkan hadirnya internet pada umumnya, dan media sosial pada khususnya. Tak hanya sekedar untuk berkomunikasi, namun juga mereka gunakan dalam urusan kerja kantor, bisnis, tugas sekolah, bahkan mencari jodoh.

 

Karena pada saat itu harga ponsel masih lumayan tinggi, masyarakat lebih banyak mengunjungi warnet untuk berkomunikasi melalui media sosial. Masyarakat mulai sering menghabiskan waktu ditempat ini. Buruknya, tak hanya orang dewasa, anak-anak sekolah bahkan rela bolos sekolah hanya untuk menghabiskan uang sakunya ditempat ini dengan alasan mengerjakan tugas.

 

Tak bisa dipungkiri memang, hadirnya internet khususnya media sosial, membuat semua orang tak dapat menghindarinya. Apalagi saat ini internet sudah mulai dikenalkan sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tidak hanya teori tetapi praktek langsung. PR (Pekerjaan Rumah) yang diberikanpun mulai banyak melibatkan internet.

 

Menurut pengalaman pribadi, ketika masih di bangku sekolah. Saat mengerjakan tugas, baik itu di warnet atau bahkan di laboratorium komputer (biasa disebut lab komputer) sekolah sekalipun, yang lebih banyak diakses adalah facebook. Bisa jadi, sejak pertama menghidupkan komputer, yang ada di pikiran pertama adalah langsung meluncur ke facebook. Tak peduli bapak/ibu guru sedang menerangkan atau memberikan tugas apapun.

 

Seringkali merasa tak ingin meninggalkan lab, sekalipun itu di jam istirahat karena ingin berlama-lama dengan facebook. Meskipun tak sedikit pula pengguna yang bingung, saat sudah berhadapan dengan facebook. Kebingungan terjadi biasanya karena sudah tidak ada lagi notifikasi yang belum dibuka, sudah tidak ada teman online yang asik diajak ngobrol, sudah tidak ada status menarik untuk di like/di komentari, bahkan bingung untuk sekedar mengisi kolom “Apa yang Anda pikirkan sekarang?” sebagai status.

 

Fenomena yang seperti ini masih sering dijumpai hingga sekarang. Apalagi kini ponsel, yang lebih dikenal dengan sebutan smartphone (karena semakin canggih) semakin merajalela. Sudah bukan barang istimewa seperti dulu. Ponsel pintar dengan harga murah saat ini mudah kita temukan. Anak kecil yang belum sekolah, hingga orang tua yang sudah lanjut usia nyaris semua menggunakan bahkan memilikinya.

 

Jadi tak heran jika pengakses facebook kian banyak pula. Mereka tidak lagi menghabiskan waktu berjam-jam di warnet, tetapi dimana saja dan kapan saja melalui smartphone (ponsel pintar) mereka. Sekalipun di depan monitor, kini juga sudah banyak masyarakat yang memiliki piranti digital yang lebih canggih dibanding komputer. Lebih praktis karena dapat dilipat dan mudah dibawa kemana-mana, laptop.

 

Namun kehadiran ponsel pintar dan laptop ini tidak begitu mempengaruhi keberadaan warnet. Warnet masih dapat dijumpai, meski keberadaanya tak sebanyak dulu. Tetapi warnet ini tak begitu saja hilang seperti keberadaan wartel kala itu. Karena anak-anak sekolah rata-rata masih memanfaatkan warnet untuk mengerjakan tugas, bermain game online atau sekedar mengintip akun media sosial mereka.

 

Sebenarnya tidak ada masalah dengan media sosialnya, tetapi cara penggunaannya. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari media sosial. Salah satu yang paling dapat dirasakan adalah ruang dan waktu yang seakan tak memiliki batasan.

 

Coba kita sedikit mengulas tentang sejarah. Pada tahun 1800-an, orang-orang berkomunikasi dengan menggunkan surat yang memanfaatkan jasa pos. Surat merupakan alat komunikasi yang paling berharga dimasa itu, meskipun prosesnya memang cukup lama.

 

Maka dengan hadirnya internet terutama media sosial saat ini, sangat menguntungkan karena memberi kemudahan. Tak perlu menunggu waktu berhari-hari atau berminggu-minggu. Hanya dengan waktu sekejap, sebuah kabar dengan mudah kita dapat.

 

Hal ini tidak hanya berlaku untuk batasan Kota saja, antar Provinsi, Pulau, bahkan juga Negara. Dunia dengan mudah dapat kita ketahui kabarnya. Namun karena hal itu pula terkadang seseorang salah dalam menggunakannya. Sehingga bukannya manfaat yang diperoleh, tetapi kemudharatan.

 

Tak sedikit pula para pengguna yang mengaksesnya secara berlebihan, atau mungkin nyaris 24 jam. Berdasarkan pengamatan pribadi, pada malam hari bahkan diatas jam 00.00 WIB, banyak para pengguna media sosial khususnya facebook yang masih online. Itu artinya, mereka sedang mengaksesnya. Entah sengaja dibiarkan online, memang sedang melakukan aktivitas obrolan, atau tidak sengaja belum diofflinekan karena pengguna tertidur saat mengaksesnya.

 

Dikutip dari Kompas.com. Berdasarkan laporan digital tahunan yang dikeluarkan oleh We Are Social dan Hootsuite, pertumbuhan media sosial tahun ini mencapai 13 persen dengan jumlah pengguna total mencapai 3 miliar. Dari angka tersebut, penggunaan Facebook masih mendominasi.

 

 Gambar 1.3 (https://goo.gl/images/CTdGAw, 7 Desember 2018)

 

Tahun ini, pengguna aktif Facebook tercatat menguasai dua pertiga pasar dengan jumlah pengguna lebih dari 2,17 miliar. Naik hampir 15 persen dibanding tahun sebelumnya. Dari data yang dikutip Kompas Tekno di We Are Social, Jumat (2/3/2018), Indonesia menyumbang jumlah pengguna Facebook terbesar urutan ke-empat secara global. (Chandra Seprania, Rizky. 2018. https://tekno.kompas.com/read/2018/03/02/08181617/indonesia-pengguna-facebook-terbanyak-ke-4-di-dunia, 7 Desember 2018).

 

Gambar 1.4 (https://goo.gl/images/JaCLA7, 7 Desember 2018)

 

Peringkat pengguna yang cukup fantastis memang. Bukan menjadi masalah jika capaian penggunan ini banyak mengandung manfaat, lalu bagaimana jika tidak? Beruntung bagi mereka yang mampu mengendalikan diri dari kuatnya pengaruh media sosial ini. Namun faktanya masih banyak dari mereka yang justru dikuasai oleh media sosial, hingga banyak waktu yang terbuang sia-sia karena berlama-lama bersemayam didalamnya.

 

Tak ada yang bisa mengontrol bahkan mencegah, kecuali diri kita sendiri. Tak ada batasan, hingga apa saja mudah diakses. Sekalipun itu berupa konten sampah. Banyak yang lupa waktu karenanya, hingga tak sadar bahwa mereka sedang dikuasai oleh media. Apa saja yang media minta diberikan, apa yang media katakan dipercaya dan diikuti, bahkan hoaks sekalipun diterima secara terbuka.

 

Sebagai contoh, kasus yang sering dijumpai pada umumnya antara lain:

 

1.      Pengguna dengan mudahnya memberikan data diri atau mengabarkan kondisi mereka, tanpa memfilternya terlebih dahulu saat media memintanya.

Permintaan mengisi identitas diri, baik untuk kepentingan pembuatan akun media sosial, iklan atau hal lainnya. Jika tidak berhati-hati, data yang seharusnya tidak diketahui oleh publik akan tersebar luas secara cuma-cuma, yang bisa saja dapat membahayakan bagi pemilik identitas tersebut.

 

Selain itu, pembuatan status yang tidak perlu di media sosial, juga dapat membahayakan si penulis. Seperti mengabarkan kepada publik dimana ia sedang berada. Jika hanya sesekali, tidak menjadi masalah. Yang berbahaya, jika itu dilakukan setiap hari. Bukan tidak mungkin, orang lain yang membacanya akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk hal yang tidak diinginkan.

 

Selalu mengungkapkan perasaan sedih atau keadaan terburuk saat itu. Bahkan menggunakan media sosial sebagai pelampiasannya. Salah-salah, aib diri yang diumbar kepada publik. Bukannya menyelesaikan masalah, tetapi memicu munculnya masalah baru.

 

Tak jarang media sosial menjadi ajang untuk menjatuhkan orang lain. Mencibir, mencaci, dan memaki, serta menulis kata-kata kasar bahkan kata-kata kotor yang tidak seharusnya mereka ungkapkan dalam tulisan di media sosial, yang banyak orang berpeluang besar dapat membacanya.

 

Akankah lebih baik jika membagikan tulisan yang berfaedah saja. Tak hanya menimbulkan ketenangan bagi si penulis maupun si pembaca, namun juga dapat digunakan sebagai ladang amal. Bukankah itu menyenangkan?

 

Menciptakan suasana damai. Merubah cibiran, cacian, dan makian dengan tulisan atas dasar menghargai, mengasihi, dan menyayangi. Bukankah itu pula yang diajarkan di seluruh ajaran agama? Memperluas jaringan dengan banyak kawan, bukan mencari lawan. Barangkali rezekipun akan hadir tanpa sengaja dari sana.

 

2.      Tulisan mengenai horoskop, zodiak, primbon atau ramalan, dipercaya begitu saja tanpa meneliti ulang.

Banyak orang mempercayai begitu saja tulisan yang belum jelas sumber dan kebenarannya, meskipun dapat dinalar bahwa itu tidak masuk akal. Begitu juga dengan tips dan trik yang ditiru begitu saja, tanpa mencari akibatnya. Paling tidak, coba bandingkan dengan sumber lain terlebih dahulu, untuk lebih meyakinkan.

 

Untuk permasalahan kedua ini, banyak dijumpai kasus yang berujung pada penyesalan. Contoh umumnya, ramalan tentang jodoh dan hitungan primbon yang terkadang membuat seseorang frustasi dibuatnya. Horoskop tentang masa depan yang membuat seseorang ketakutan. Zodiak tentang harapan pada hari itu, dan ternyata tidak terjadi.

 

Yang paling sering adalah tips dan trik tentang kecantikan yang dipercaya begitu saja tanpa mencari tahu kebenarannya. Bahkan tentang tips konyol sekalipun. Bukannya sesuai harapan, justru memperparah keadaan.

 

3.      Ikut terjerumus bahkan tanpa sadar menjadi pelaku penyebaran hoaks.

Kasus ini sebenarnya sudah kita jumpai sejak zaman sms masih ngetren. Jika diingat kembali, dulu sering beredar sms mengatas namakan Tuhan, dan apabila tidak disebarluaskan akan menimbulkan kesialan. Bahkan kasus tersebut masih sering dijumpai hingga kini. Bagi yang mempercayai begitusaja tulisan tidak masuk akal itu, mereka dengan senang hati akan memforward keseluruh kontak yang mereka punya.

 

Hal ini, tanpa sadar sebenarnya kita sedang dikuasai oleh media. Bisa jadi kita juga sedang memasrahkan separuh dari hidup kita kepadanya. Tak hanya Facebook, Twitter, Instagram, dan kawan-kawannya. Mesin pencari Google pun tak mau kalah untuk bersaing dalam meningkatkan kualitasnya di era kecanggihan tekhnologi. Baru-baru ini, tepatnya pada Mei 2016 google meluncurkan fitur terbarunya bernama Google Assistant.

 

Google Assistant adalah asisten virtual yang didukung oleh kecerdasan buatan dan dikembangkan oleh Google yang terutama tersedia di perangkat seluler dan perangkat rumah pintar. Tidak seperti Google Now, Google Assistant dapat terlibat dalam percakapan dua arah. (https://id.wikipedia.org/wiki/Google_Assistant, 7 Desember 2018).

 

Dengan menggunakan Google Assistant, kita dapat bertanya banyak hal. Bahkan jika kita malas untuk mengetik. Hanya dengan satu sentuhan dan ucapkan “Ok Google” dilanjut dengan apa yang ingin kita tanyakan, setelah beberapa detik Google Assistant akan menjawab apapun pertanyaan itu.

 

Google Assistant juga dapat diperintah seperti membaca berita, menerjemahkan kalimat, memutar musik dan video, memasang alarm atau lain sebagainya. Fitur ini memang memberi kemudahan dalam banyak hal. Tetapi jika kembali difikirkan, hal ini mengajarkan kepada generasi saat ini tentang kemalasan. Apapun bisa didapat dengan instan, sekalipun hanya dengan berbaring di tempat tidur.

 

Dalam urusan jual beli, bahkan layanan pesan-antar kini merambah ke dunia online. Betapa luar biasanya orang-orang di era sekarang. Sangat cerdas dalam membuat tekhnologi yang luar biasa canggih ini. Bukan sulap, bukan sihir. Mungkin jika ada manusia purba yang hidup di era sekarang, mereka akan menyebut kecanggihan tekhnologi ini sebagai magic.

 

Mengingat betapa sangat berbeda dengan zaman dahulu, yang apa-apa harus berusaha keras untuk mendapatkannya. Harus belajar sabar karena menunggu lama, dan harus berhasil melawan rasa malas untuk bertindak. Tak jarang harus berfikir kreatif untuk dapat mencapainya.

 

Sebenarnya, Hal yang demikian sah-sah saja. Sekalipun dalam urusan dunia, dalam urusan akhirat pun agama mengajarkan tentang kemudahan. Tetapi sekali lagi, jangan sampai kemudahan itu menjadikan dirimu dikuasai oleh media. Yang dimaksud disini tentu dalam hal negatif.

 

Jangan sampai karena media, waktu olahragamu tersita, jam tidurmu berkurang, atau jadwalmu berantakkan, hanya karena betah berlama-lama dengan media tanpa manfaat dan tujuan yang jelas. Kesenangan memang perlu, tapi kesehatan lebih penting dan lebih diutamakan. Karena kesenanganpun bisa didapat jika keadaan sehat.

 

Begitu juga dengan kegiatan sosial. Jangan sampai rasa apatis muncul dalam jiwamu, karena kedekatan yang kau jauhkan. Jangan hanya menulis kabar di media sosial, hingga lupa menanyakan kabar di lingkungan sekitar. Fokus pada apa yang akan dikerjakan dan diselesaikan, jangan lupa akan tujuan karena terlena dengan godaan media.

 

Segalanya memang ada di media, tetapi media bukan segalanya. Hidup yang sesungguhnya ada di dunia nyata, dunia maya hanya sebagai pengalih kepenatan dan kesibukan dunia nyata saja. Bahwa perubahan dan kemajuan diciptakan atas dasar kebaikan. Maka jadilah pengguna yang sehat juga bermanfaat.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Dina Puspitaningrum

    Belajar untuk Menulis - Menulis untuk Belajar

    View all posts

    Add comment