Soloensis

MEDIA SOSIAL JADI SUMBER BERITA HOAKS?

Media berarti alat atau sarana yang terletak di antara dua pihak. Jadi dapat diartikan bahwa media adalah alat untuk memberikan informasi dari satu pihak yang bisa dibilang pengirim (sender) kepada pihak lain yang disebut penerima (receiver). Contoh media itu sendiri adalah media cetak seperti koran, majalah, poster, spanduk. Dan media elektronik meliputi televisi, radio, gadget. Sedangkan media dalam komunikasi sendiri berasal dari kata mediasikarena mereka hadir diantara pemirsa dan lingkungan. Fungsi media selain sebagai alat untuk memberikan informasi juga sebagai alat untuk hiburan. Misalnya saat kita menonton televisi, kita bisa tersenyum atau tertawa, bahkan hanya menggunakan gadget saja kita bisa tertawa.

Sekarang ini, media bisa di bilang tidak utuh. Apa yang membuat media tidak utuh? Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi. Yang pertama, faktor hagemony, dimana media sudah dapat mengendalikan atau mempengaruhi manusia dengan nilai tambahan dari media itu sendiri. Perilaku manusia pun ikut berubah, seperti saat manusia membeli suatu barang X, manusia tidak lagi memperdulikan kegunaan barang yang di beli, melainkan hanya memperhatikan merk barang X tersebut. Media juga membuat hal yang tidak lazim menjadi lazim. Kedua, faktor interaksi yang termediasi. Dari perubahan fisikal  menjadi virtual, yaitu ketika ruang nyata menjadi ruang data, seperti saat kuliah yang dulu hanya bisa bertemu dosen di ruang kelas (nyata) kini dapat bertemu dosen dengan website. Ada pula shringking of distance yang dapat diartikan sekarang ini jarak sudah mengerut, misalnya dulu untuk melihat Australia itu harus menggunakan transportasi pesawat atau yang lainnya, sekarang cukup kita menggunakan aplikasi jenis video call saja sudah bisa melihat Australia. Faktor ketiga ialah dampak moral atau sosial. Yang didalamnya dipengaruhi oleh komodifikasi, dimana media menjadikan segala sesuatu menjadi produk atau barang, misalkan dalam aplikasi Instagram, kita dapat menjual segala macam barang-barang mulai dari benang sampai baju, bahkan banyak orang yang menggunakan jual-beli di Instagram dengan tidak benar seperti menjual balita atau wanita. Kemudian ada fethisizition, yaitu media selalu merayakan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dapat dicontohkan dalam akun Instagram @rahasiagadis yang menerangkan bahwa tanggal 14 November adalah hari berpelukan dengan caption Peluk 5 orang teman/sahabat/keluarga yang kamu temui hari ini. #hariberpelukan . Terakhir adalah signifikansi, memandang sesuatu yang tidak penting menjadi sesuatu yang penting, masih dalam rana aplikasi Instagram, dapat diambil contoh dari akun @lambe_turah,  merupakan akun gosip yang memebicarakan mulai dari masalah A sampai ke masalah Z atau dengan kata lain bahwa akun ini sangat up to date. Sebenarnya masalah-masalah ini tidak penting tapi dengan adanya tambahan caption yang merupakan bumbu penyebab orang-orang menjadi penasaran (kepo) ini yang akhirnya membuat berita tersebut menjadi seperti penting di mata orang-orang.

Dalam Islam Allah melarang umatnya untuk menjauhi berprasangka buruk, karena sebagian prasangka ada yang merupakan perbuatan dosa. Seperti firmannya dalam QS. Al-Hujurat:12 yang artinya Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Namun dalam hal berprasangka terhadap media mungkin diharuskan. Karena media tidak bisa dipercaya dan jangan sampai dengan gampang mempercayai media. Media banyak menyebar kebohongan terhadap publik, apalagi saat ini media sudah dijadikan sebagai alat untuk berpolitik. Selalu bersangkutan dengan politik. Padahal politik itu penuh dengan pembohongan publik, niat yang didasari karena uang dan saling menjelek-jelekkan antara pihak satu dengan yang lainnya.

Sama halnya dengan aplikasi bernama Whatsapp juga banyak menyebarkan berita-berita palsu atau biasa disebut dengan hoaks. Berita-berita ini dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kemudian mereka menyebarkan berita tersebut dengan embel-embel diakhir kalimatnya sebarkan berita ini kesemua kontak yang ada di handphone-mu jika anda ingin masuk surgaatau bahkan kalimat seperti ini selamatkanlah kami semuanya, ibu&bapak, suami/istri, anak-anak, saudara dan sahabat-sahabat kami daam perjalanan panjang ini, tunjukan kepada kami petunjuk yang benar saat tiba di terminal keberangkatan kami (dunia ini) dan istirahatkanlah kami saat tiba di stasiun diterminal akhir (syurga) dan berikanlah pahala yang besar kepada orang yang membagikan pesan ini. Amin.Dengan cara yang berbau agama seperti ini banyak orang yang langsung membaikan atau meneruskan kiriman tersebut kepada orang lain tanpa melihat dan meneliti sumber kebenaran dari isi berita atau konten yang telah diterima.

Baik untuk kita yang sudah tau dan mengerti tentang maraknya berita hoaks yang sering kali diterima dengan mentah agar mengejarkan, memberi tahu, dan memberi contoh untuk selalu mencari tau terlebih dahulu tentang kebenaran pada berita yang telah diterima. Banyak orang tua atau anak-anak yang tidak mengerti tentang berita hoaks, adanya adukasi sangat penting untuk penyebaran berita bohong.

Tak hanya pada media aplikasi Instagram dan Whatsapp, Twitter dan Facebook pun juga menjadi sarana penyebaran berita hoaks. Bahkan di Amerikan Serikat sekalipun mengalami masalah serius terkait dengan penyebaran berita bohong di banyak media sosial. Adapaun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi berita hoaks adalah selalu berhati-hati dengan judul yang profokatif, artinya berita yang seringkali menggunakan judul sensasional bertipe klikbait atau trigger. Kedua dengan cara mencermati alamat situs atau link website yang disebarkan, apakah berita tersebut berasal dari situs media yang sudah terferivikasi atau belum. Ketiga adalah memeriksa fakta. Perhatikan dari mana berita bersal dan siapa sumbernya dan perhatikan apakah berita tersebut merupakan fakta atau opini semata.

Jadi, kesimpulan yang dapat diambil adalah manusia yang hakikatnya makhluk Tuhan yang paling sempurna dan mempunyai akal yang baik, seharusnya dapat membuat media menjadi sarana atau alat untuk memberikan informasi dan hiburan yang berguna atau dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bukan malah semakin memburuk dan tidak mendidik. Media harus mampu membuat perubahan agar media itu sendiri dapat dipercaya oleh publik karena informasi yang diberikan semakin akurat dan tidak dibuat-buat. Generasi-generasi penerus juga berperan penting dalam hal ini, yaitu untuk memajukan kekuatan media sebagai alat atau sarana untuk memberikan informasi dan hiburan yang baik bukan sebaliknya serta mampu meningkatkan kualitas media.

 

Livia Dwi P (161211148)

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Livia Dwi Prabandari

    Mahasiswa IAIN Surakarta

    View all posts

    Add comment