Soloensis

INDUSTRI MEDIA DI KUASAI JAKARTA

JAKARTA Aneh tapi sudah terjadi, terlalu sering mendenger tentang apapun soal Jakarta. Ngefans sama artis Jakarta, nonton sinetron setting Jakarta, dengerin music Band Jakarta bahkan ngomong pake gaya Bahasa anak Jakarta, semisal pakai kata lo, gue,lo, gue. Seperti inilah keadaan yang bisa di sebut jakarta sentris, dimana Jakarta sebagai pusat perhatian dalam segala hal apapun itu, infrastruktur, ekonomi, politik, industri media dll.

Sudah sangat jelas yang paling mendominasi hal seperti ini tidak lain dan tidak bukan adalah pengaruh dari media, dan media yang paling berpengaruh adalah Televisi.

Sentralisasi Industri ini punya masalah keadilan ekonomi dan keadilan informasi

Semua media televisi ini mendapatkan uang dari iklan. Raja Iklan Indonesia Akses yangbegitu luas serta bisa siaran scara Nasional dan sudah pasti uang yang di dapat bakal ngumpul di Jakarta. Jelas sekali tapi untungnya orang – orang Jakarta, pengusaha Jakarta dan yang di gaji orang – orang Jakarta dan upah orang yang dari luar Jakarta hanya jadi Kontributor yang nggak seberapa besar gajinya dibanding yang di Jakarta.

Keadaan di jakarta dengan banyak stasiun televisi yang berdiri memusat dengan jumlah yang cukup banyak dan industri televisi yang besar, jelas sekali tidak membuka lapangan pekerjaan untuk orang – orang di luar Jakarta, walaupun ada televisi lokal akan tetapi tetap masih kalah bersaing dan lama kelamaan televisi lokal bisa gulung tikar pada akhirnya, kalau yang dilakukan adalah sperti ini.

Sementara informasi yang di tayangan televisi itu tidak seimbang, jadi lebih banyak pemberitaan di jakarta dibandingkan di daerah. Dapat kita lihat pada Pilkada kemaren, saat ada Pilkada di Jakarta, Pilkada di daerah lain tidak terlalu ke ekspos media jadinya orang – orang di daerah lain justru lebih peduli Pilkada yang ada di Jakarta dan kerena Jakarta lebih dominan sehingga pemberitaan di daerah tidak terlalu di pedulikan, sehingga keterlibatanya masyarakat untuk daerahnya itu minim.

Mau sampai kapan keadaan ini berlangsung, padahal hampir 95% “rumah tangga kelas menengah” masyarakat indonesia mempunyai dan menonton Televisi. Orang Indonesia 4-5 jam menonton tv tiap hari. Masyarakat indonesia akan terus di suguhkan keadaan yang hanya bersifat memusat dari suguhan tayangan yang ada di Jakarta, 

Pemerataan tentang pemberitaan kepada publik yang ada di daerah seharusnya bisa ekspose masyarakat umum, peran penting media tidak seharusnya hanya memusat di Ibu Kota saja.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    madian syukur

    saya seorang penggangguran yang kebetulan kuliah dan kebetulan lagi saya anak kedua dari bapak ibu saya, saya termasuk orang yang humoris dan mudah bergaul. umur saya seprti pada umumnya mahasisiwa biasa dan hoby yang saya geluti saat ini adalah menghayal, dan kesibukan saya sehari hari yaa ngganggur aja hehe :)

    View all posts

    Add comment