Soloensis

Pergi Untuk Kembali

Pergi Untuk Kembali
Desa Tapung Makmur, Kabupaten Kampar, Profinsi Riau adalah tempat dimana aku dilahirkan. Tempat ternyaman sepanjang masa, tempat dimana aku tumbuh menjadi seorang remaja yang memiliki banyak pertanyaan. Saat ini aku memberanikan diri untuk meninggalkan kampung halamanku, aku memberanikan diri untuk pergi merantau ke kota orang. Kota dimana aku tidak mengenal siapapun, ya saat ini aku sedang melanjutkan pendidikan S1 di IAIN Surakarta yang ada di Solo. Jangan tanya bagaimana perasaanku yang harus berpisah dengan keluarga, dengan tempat ternyamanku, pasti kalian sudah tau bagaimana jawabanku. Kadang ada masanya aku sangat merindukan mereka, aku ingin pulang, aku selalu menangis karna ingin banyak bercerita kepada mereka, tapi apalah daya dengan jarak beribu-ribu KM aku bisa apa. Hanya bisa menadahkan tangan dan berdoa kepada yang maha kuasa, untuk menjaga mereka dimanapun mereka berada.
Aku banyak belajar mengenai hidup, mengenai bagaimana harus tinggal di kota orang, bagaimana aku harus berinteraksi dengan masyarakat disini. Jujur aku sangat suka tinggal disini karna semua serba santun, tata kramanya juga masih sangat terjaga. Namun ketika aku berbicara banyak orang yang salah menilaiku, mereka mengira aku sedang marah karna nada bicaraku tinggi, padahal aku memang seperti ini mungkin karna di Riau berbicara dengan nada tinggi itu sudah biasa. Beda halnya dengan di Solo, semua masyarakatnya berbicara dengan nada lembut, jadi mereka sedikit kaget dengan nada bicaraku. Dengan begitu aku harus menyesuaikan dimana aku tinggal sekarang, aku harus bisa mengurangi kebiasaan berbicara dengan nada yang tinggi, agar aku mudah berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingku.
Saat ini sudah tahun ke 2 aku menempuh pendidikan S1 ku disini, rasa ingin segera pulang masih sering datang menghampiriku. Walaupun kampungku masih jauh dari kata kota tapi aku tidak pernah sedetikpun tak merindukan suasana disana. Kampung dengan sinyal yang terbilang lumayan sulit dijangkau, kampung yang ditumbuhi ribuan pohon sawit karna mayoritas mata pencaharian disana adalah petani sawit. Kampungku yang sangat jauh dari keramaian kota, jauh dari kemacetan membuatku sangat mencintai tanah kelahiranku itu. Kampung yang sangat damai, kampung yang selalu membuatku ingin pulang ketika aku mengingat semua hal yang terjadi disana. Kampung memang terbilang pelosok alias jauh dari kota, bahkan indomaret atau alfamart saja tak ada disana, namun aku tak pernah mempermasalahkan hal itu. Banyak teman-temanku yang selalu mengataiku “kok kampungmu pelosok nit?” iya memang seperti itu kebenarannya, tapi aku tak pernah malu mengakui kampung kelahiranku itu. Kampung yang memilki berjuta-juta kenangan, jatuh bangunnya keluargaku dimulai dari sana.
Banyak orang bertanya padaku kenapa memilih meninggalkan kampung kelahiran hanya untuk menempuh pendidikan yang disana juga banyak instansi yang lebih bagus? Ya aku pun heran kenapa dulu aku berani sekali untuk mengambil keputusan besar ini, keputusan dimana harus ada yang dikorbankan. Aku mengorbankan harus berjarak dengan keluargaku demi masa depanku, pada dasarnya tidak ada perempuan bungsu sepertiku yang berani mengambil keputusan seperti ini. Pada dasarnya kelak aku juga harus berpisah dengan keluargaku saat aku sudah mulai memiliki keluarga kecil baru, aku harus ikut kemanapun suamiku pergi. Pikiran seperti itulah yang muncul ketika memilih keputusan untuk melanjutkan pendidikanku.
Ketika masa masa liburan datang adalah masa yang paling menyenangkan bagiku, masa dimana aku bisa pulang, bisa berkumpul bersama semua keluargaku dirumah, meluapkan rasa rinduku pada kampung halaman yang lama ku tinggalkan. Ya aku pulang hanya setahun sekali, dimana hanya moment lebaran aku bisa pulang kerumah. Kenapa tidak setiap libur semester aku pulang? Karna memang biaya untuk pulang tidak sedikit, maka aku harus pulang setahun sekali saja. Dan ketika moment libur lebaran datang adalah moment yang sangat membuatku senang karna di moment itu aku bisa melepas rasa rindu terhadap keluargaku dirumah. Bahagia rasanya bisa pulang ke kampung halaman setelah setahun penuh tidak bisa bertatap muka dengan mereka. Tak terasa kadang air mata menetes di pipi, air mata bahagia bisa kembali bertemu dengan keluargaku tanpa ada yang kurang sedikitpun. Melihat mereka tersenyum membuatku semakin menguatkan niat untuk mempercepat pendidikanku di Solo, dan ingin segera mengajak mereka untuk datang ke acara wisudaku kelak. Dan setelah aku sukses nanti aku ingin memperkenalkan kampungku pada semua rakyat indonesia, bahwa kampungku yang sederhana juga memiliki banyak daya tarik untuk di jadikan tempat tinggal. Sumber daya, lingkungan, dan semua hal yang ada dikampungku.

Written by Nita Indriani

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Nita Indriani

    saya sangat suka menyanyi

    View all posts

    Add comment