Soloensis

Hidup Toleran Di Kampung Kota

Hidup damai tentram serta selaras di tengah perbedaan adalah salah satu harapan besar yang tertanam didalam hati masyarakat seluruh dunia khususnya Indonesia. Semua itu tentu sudah jelas, karena dengan hidup damai tentram dan selaras manusia bisa menjalankan hidup dengan tenang tanpa adanya tekanan. Namun, manusia adalah manusia. Dibalik itu semua, pasti ada saja yang melenceng dari jalannya. Karena bagaimana pun juga akal dan pikiran manusia tidak bisa seutuhnya disatupadukan. Jangankan menerima perbedaan yang ada di dalam masyarakat yang tentu sangat majemuk, di dalam hubungan keluarga saja sikap bisa saling menerima perbedaan menjadi sebuah tantangan tersendiri. Akan tetapi, menerima perbedaan atau saling toleransi kini menjadi sifat yang wajib ada di dalam diri warga Indonesia. Hal ini tentu membutuhkan peran serta semua pihak pemerintah, aparat negara, dan pastinya warga negara sendiri. Tanpa adanya hal itu, akan ada banyak konflik-konflik yang bermunculan. Konflik-konflik kecil yang membesar sudah banyak terjadi di Indonesia. Berbagai macam konflik antar ras, suku, agama pun tidak sedikit pernah terjadi di wilayah-wilayah Indonesia. Namun tidak sedikit juga sikap saling menghargai dan toleran menghiasi keberagaman warga Indonesia. Banyak contoh-contoh, dan salah satunya di Kampung Mertodranan Pasar Kliwon Surakarta.
Di Kampung Mertodranan yang letaknya di tengah Kota Solo ini letaknya tidak jauh dari Kraton Kasunanan Surakarta. Karena berada di kota yang tentu masyarakatnya beragam, mereka dapat hidup dengan damai. Dikenal dengan sebutan kampung Arab-nya tidak menutup kemungkinan ada orang non-arab yang juga tinggal di kampung ini. Orang Islam dan Kristen bisa hidup berdampingan dan saling mendukung disini.
Pernah Suatu ketika , di Masjid Al-Hikmah atau masjid yang berada dikampung Mertodranan ini tanpa sengaja di masuki oleh anjing milik orang non islam yang kebetulan rumahnya bersampingan. Semua panik, karena hal itu menandakan tempat masjid menjadi tidak suci lagi. Namun, salutnya warga islam yang mengetahui tempat ibadah nya menjadi tidak suci karena anjing milik tetangganya itu bukannya marah tapi memakluminya. Yang punya anjing pun merasa sangat bersalah dan meminta maaf yang sebesar-besarnya. Kemudian, sebagai wujud permintaan maafnya ia meminta ijin untuk membersihkan masjid agar hilang dari najis. Hal itu menarik jamaah masjid yang turut berempati dan membantu membersihkan masjid bersama-sama. Hal ini mungkin memang hanya bentuk kecil sikap saling menghormati dalam hidup bermasyarakat, tetapi mulai dari hal-hal kecil inilah yang bisa membuat kedepan menjadi lebih baik. (ZS)

    Apakah tulisan ini membantu ?

    zakiyatus sholiha

    nama saya zakiyatus sholiha, sering dipanggil kiki. saya mahasiswa semester 5 jurusan komunikasi penyiaran islam di IAIN Surakarta.

    View all posts

    Add comment