Soloensis

Tradisi Bazar Pasar Malam Jadi Kegiatan Guyub Rukun Desa Sumber

Di era digital yang penuh dengan dunia gadget ini, seringkali orang beranggapan bahwa tradisi-tradisi jawa seperti pasar malam, wayangan, ritual-ritual jawa, dan lain sebagainya sudah punah dikalangan anak muda, khususnya di daerah perkotaan. Padahal era digitalisasi tak membawa dampak seburuk itu. Siapa bilang tradisi-tradisi itu sudah musnah dari muka bumi atau bahkan dari kalangan anak muda. Faktanya tradisi-tradisi itu masih ada di perkotaan, meski intensitas peminatnya serta kesakralan tradisinya tak sebanyak dan sekuat dulu.
Ditengah kota Solo, tepatnya di Desa Sumber diselenggarakan salah satu tradisi pasar malam. Tradisi yang juga disebut sebagai “bazar kampung” ini merupakan salah satu tradisi jawa yang hingga kini masih dilestarikan. Tradisi ini mengajarkan kepada kita untuk berguyub rukun. Selain itu, dengan melestarikan tradisi ini, desa yang menyelenggarakan akan makmur dan sejahtera karena warga desa tersebut akan mempunyai bisnis dadakan yang pasti ramai orang. Pasar malam atau bazar kampung diadakan paling tidak dua kali dalam setahun di desa ini.
Normalmya, bazar kampung atau pasar malam ini berisikan stand-stand yang menjual berbagai macam kebutuhan serta hiburan. Mulai dari makanan tradisional seperti getuk, cenil dan klepon, hingga makanan modern seperti bakso, miayam, serta makanan-makanan lain ada disini. Hiburan di sana juga tak kalah seru, mandi bola untuk anak ank dan lempar kaleng selalu menjadi stand wajib ketika suatu desa menyelenggarakan pasar malam. Selain itu, biasanya pasar diramaikan dengan alunan musik, baik musik tradisional, maupun musik modern. Dan stand-stand itu biasanya dimiliki oleh warga sekitar, sehingga perekonomian warga desa tersebut dapat berkembang dan terciptalah kemakmuran dan kesejahteraan pada desa tersebut. Biasanya bazar kampung ini diselenggarakan selama 5 hari oleh muda-mudi (karang taruna) di desa ini.
Kegiatan yang merupakan tradisi jawa yang terus dilestarikan ini adalah bukti nyata bahwa budaya jawa tak benar-benar punah dari generasi-generasi muda yang menjadi korban digitalisasi. Kegiatan-kegiatan seperti ini masih sangat diminati oleh kalangan muda, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa kecintaan mereka terhadap gadget lebih tinggi. Oleh karena itu, kegiatan bazar kampung atau pasar malam serta tradisi-tradisi jawa lainnya perlu dilestarikan di berbagai desa agar budaya jawa tidak seperti yang banyak orang katakan, punah. Selain untuk mengangkat budaya, kegiatan-kegiatan seperti ini akan memberikan efek positif pada warga desa, mulai dari kemakmuran, kesejahteraan, serta ekonomi.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    natasya nur islami maharani

    mahasiswi iain jurusan komunikasi dan penyiaran islam dan mengambil konsentrasi brodcasting

    View all posts

    Add comment