Soloensis

Cerita Anak Rantau

Cerita Anak Rantau

Oleh : Farah Fauziah

Universitas Islam Negeri Sumatra Utara

Fakultas Kesehatan Masyarakat

 

Merantau, apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Pasti banyak dari kalian yang menjawab bahwa merantau itu, Jauh dari orang-orang yang paling kita sayang, yaitu keluarga, saudara,dan teman waktu SMA. Bisa dibilang mereka adalah cerita yang paling terindah dalam hidup kita.

Persoalan merantau bukanlah hal yang sepele dan sederhana. Ada waktu dan kebahagiaan yang harus dikorbankan demi kebahagiaan “yang katanya” sebuah mimpi. Angan yang melayang-melayang di pikiran, semua ketakutan dikalahkan dan kaki dikuatkan. Tekad ditanam dalam hati, demi mengejar mimpi yang terbungkus dalam do’a. Yaitu ingin membanggakan kedua OrangTua. Hanyalah mereka alasan satu-satunya, kenapa kita yang ditakdirkan oleh tuhan untuk pergi jauh dan meninggalkan mereka.

Hari demi hari, seiring waktu berjalan dilalui dengan kekuatan do’a, semangat, dan sebuah mimpi yang ingin diraih. Tenanglah, untuk kalian yang berjuang dijalannya segala keyakinan akan terwujud. Soal niat dan kerja keras kamu tidak perlu ditanyakan lagi. Apabila kita bersabar, berusaha, dan berdo’a kepadanya semua akan terasa lebih ringan dan nikmat.

Memang, jauh dari OrangTua menuntut kita untuk mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab. Namun, saya berfikir, apa yang sudah saya capai, apa yang sudah saya berikan kepada OrangTua? Apa yang sudah saya dapat? Pedih, sedih terkadang menjadi kata yang paling tepat untuk menggambarkan rasa dalam hati.

Ada kata- kata yang paling saya ingat. Ibu pernah bilang bagini “nak kalo sudah besar nanti, jadilah wanita yang kuat akan omongan-omongan orang di -luar sana, tetap jadi wanita yang rendah hati, berperilaku baik, etika itu paling penting nak. Karna kunci kesuksesan dilihat dari cara ia berperilaku dengan seseorang, orang tidak melihat kamu dari keluarga kaya atau miskin. Tapi, orang lihat dari cara tutur kata kita yang baik dan etika yang baik. Itu  yang akan di- cari oleh orang besar” Perkataan itulah yang membuat saya kuat dan yakin akan usaha. Karna proses  tidak akan menghianati hasil.

Demi masa depan, kita berani melangkah keluar dari kota kelahiran. Seorang anak rantau berani keluar melangkah meninggalkan orang-orang yang disayangi demi meraih masa depan. Hidup jauh dari OrangTua bukanlah hal yang mudah, mungkin kebanyakan dari kalian berfikir “pasti enak ya yang jauh dari OrangTua bisa hidup bebas, kemana-mana tidak ada yang melarang” Justru kalian salah, menjadi seorang anak rantau, jauh dari OrangTua adalah hal yang berat. Kita tidak bisa berkomunikasi secara langsunng, kita hanya bisa bertemu via suara, video call, yang tidak kami lakukan setiap hari, karna setiap OrangTua pasti tidak ingin  mengganggu waktu belajar anaknya.

Ketika saya membaca kumpulan cerpen Perantau karya Gus tf Sakai (2007), mengingatkan kembali akan disertasi Mochtar Naim (1979) yang monumental. Jika orang ingin membaca tentang merantau maka ada tiga buku yang wajib dibaca, pertama buku Mochtar Naim, kedua buku Tsuyoshi K.(1989),dan yang ketiga adalah karya Gus tf Sakai. Dua buku pertama berbicara tentang budaya merantau secara sosiologis dan antropologis, dan buku Gus tf Sakai berbicara dari sudut sastra, humanis, pikologis, dan filosofis. Dari judul, secara genealogi kata: ada tiga hal yang dikandungnya. Pertama;realitas trdisi, sosiobudaya, faktual.  Kedua; konflik psikologis dan Ketiga; filosofi, dan hakekat kehidupan.

Dari cerpen dan buku tersebut kita tahu bahwa merantau adalah kemampuan untuk memisahkan diri dari sesuatu yang disayangi untuk mematangkan diri, agar jadi manusia  “jadi orang” menemukan jati dirinya. Tentu saja perpisahan itu menyakitkan. Hakekat dari pindah adalah kepedihan. Dalam Islam dikenal juga dengan tradisi hijrah, sebaliknya berpisah itulah yang membuat cinta akan semakin bertambah dan teruji.

Merantau Untuk Menaikan Derajat OrangTua

Bagi saya hal yang sangat berharga dalam hidup, ketika saya bisa membuat OrangTua menangis karna “ulah” saya sendiri, itu merupakan hal yang cukup mengharukan. Kenapa begitu? Karena saya ingin, mereka menangis bahagia ketika saya bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan diri saya sendiri. Walaupun masih bermanfaat di lingkup kecil setidaknya saya sudah bisa melakukanya. Dari daftar prinsip hidup saya, prinsip yang paling awal adalah membuat OrangTua bangga dan khususnya dapat menaikkan derajat OrangTua.

Dulu ketika hendak pamit untuk pergi dari rumah, melihat wajah mereka seperti ada sedikit tamparan dan ada rasa yang bergejolak di dalam hati, “Harus !! Pasti bisa !! Yakin akan semua cita-cita dan keinginan bisa tercapai, itu semua karna kalian berdua yang ada  dihadapanku, tepat di-depan mataku. Harus pergi, keluar dari zona nyaman. Carilah prestasi, carilah rezeki agar bisa mengangkat derajat kedua OrangTua-mu, agar mereka bangga melihat anakanya ini.” Ya, seperti itulah pikiran-pikiran yang mebuat hatiku bergejolak.

Membahagiakan mereka adalah kewajiban utama sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua OrangTua-nya. Betapa besar dukungan mereka untukku. Dukungan serta bimbingan dan do’a mereka yang menemani setiap langkahku. “Bahagiaku, surga mereka dan deritaku, pilu mereka” puisi karya Feby.

Kesimpulan

Bagi kalian anak rantau sama seperti saya. Merantau bukanlah hal yang mudah, ada yang merantau  karena pekerjaan, pendidikan atau urusan lain  yang jauh lebih penting. Saya bilang, KALIAN LUAR BIASA !!

Pertama kali meninggalkan mereka memang sulit, bahkan sangat sulit. Kenapa begitu? Karena kita belum terbiasa melakukannya. Mungkin dari kalian yang membaca ini, ada yang sudah merasakan merantau pertama kali, ada yang baru beberapa bulan dan ada juga yang sudah sampai bertahun-tahun. Dibilang sedih, sangat sedih. Dibilang harus kuat, itu sudah pasti.

Tenang, kita tidak perlu terlalu larut dalam kesedihan yang tidak berkesudahan. Kita cukup meyakinkan diri dan membutikan ke mereka bahwa kita bisa. Yang seperti kalian sudah baca diatas, Saya yakin kalian pasti bisa melewati semua. Kenapa saya bilang begitu, karena saya yakin kalian merantau pergi, meninggalkan orang yang kalian sayang bukan tanpa sebab. Perlahan akan terbiasa melakukannya. Kita bisa, karna terbiasa.

Ada kata yang memotivasi kehidupan saya dari awal berjuang sampai saat ini saya bisa menulis ini,“Perubahan diri memerlukan perjuangan, bukan dengan sekedar duduk diam. Berjuanglah demi perubahan diri dan perbetulkan keinginan kita. Beri ruang kepada perubahan”

Saya yakin bagi kalian perantau yang seperti saya, kalian bisa membuat orangtua kalian bangga. Karna hasil kerja keras dan usaha kalianlah sebab mereka bisa tersenyum bahagia.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Farah Fauziah

    Mahasiswi Universitas Islam Negri Sumatra Utara. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

    View all posts

    Add comment