Soloensis

Pembiasaan Beragronomi Di Lingkungan Sekolah

Dalam pemberitaan di media sosial dan elektronik seringkali disuguhkan berita tentang impor berbagai produk tanaman agronomi seperti : beras, cabe, bawang dan sejenisnya, sebagai sesama anak bangsa tentu terusik karena semua jenis tanaman tersebut dapat tumbuh subur di negeri ini. Untuk membangun jati diri sebagai bangsa yang mandiri maka pentingnya sekolah ikut andil dalam menopang kemandirian pangan melalui pembiasaan beragronomi di lingkungan sekolah sesuai dengan kemampuan lahan yang dimiliki oleh sekolah masing-masing. Beragronomi di sini adalah penerapan ilmu yang mempelajari budidaya tanaman dengan produksi yang optimum dan kelestariaanya yang berkelanjutan (wikipedia). Adapun jenis jenis tanaman agronomi  bagi sekolah yang memiliki lahan luas bisa menanam tanaman semusim seperti padi, ubi kayu atau bagi sekolah yang memiliki lahan pas pasan bisa dikembangkan berbagai tanaman hortikultura seperti : kentang, tomat, cabai, kol, sawi, kangkung dan sejenisnya. Tujuan pembiasaan beragronomi itu sendiri selain sebagai edukasi penopang ketahanan pangan melalui pemanfaatan lahan sekolah juga untuk membekali  peserta didik lewat keahlian menanam, merawat dan memproduksi tanaman sejenis agronomi, selain itu juga untuk menjaga keasrian lingkungan sekolah agar tetap hijau. Jadi ada 2 manfaat langsung yang diperoleh dalam beragronomi yaitu pemanfaatan dan keasrian lingkungan sekolah serta hasilnya yang dinikmati oleh warga sekolah dan yang paling dirasakan oleh negeri ini adalah keahlian dan pengetahuan warganya tentang agronomi yang dampaknya dapat dirasakan langsung pada masa yang akan datang karena sejak bangku sekolah pengetahuan dan skill mereka yang sudah terlatih dalam bidang agronomi.

Adapun pelaksanaan di lapangan berkenaan kegiatan pembiasaan beragronomi di lingkungan sekolah tidak harus melalui penerapan kurikulum sekolah tapi bisa dimulai dari himbauan ataupun kesadaran pihak sekolah masing masing yaitu dengan melakukan langkah langkah secara sederhana tapi rutin,  kebiasaan seperti perawatan penghijauan dan kebersihan tiap hari Jum’at yang dikoordinasi oleh para guru di sekolah, kenapa dipilih hari Jum’at karena hari itu sudah menjadi ikon di berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta sebagai hari kebersihan selain itu juga hari yang diistimewakan bagi umat Islam menjelang pelaksaanaan ibadah Sholat Jumat, sebagai pendorong niat beribadah tentu alangkah baiknya melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan seperti kebersihan sekaligus merawat dan menanam berbagai tanaman sebagai wujud rasa syukur pada sang Khalik. Setidaknya diperlukan nuansa yang berbeda dari kegiatan belajar siswa tiap hari Jumat yang biasanya masuk pukul 7 langsung bertatap muka dengan guru kemudian dialihkan dengan kegiatan – kegiatan positif yang dapat bermanfaat baik untuk anak didik, para guru dan juga pihak sekolah dengan lingkungan yang terawat secara rutin melalui kegiatan pembiasaan beragronomi di sekolah.

Boleh dikatakan pembiasaan beragronomi di lingkungan sekolah merupakan gerakan partisipasif, karena sifatnya partisipasif maka tidak ada keterikatan dan keharusan dari pihak sekolah namun berupa kesadaran tentang pentingnya ketahanan pangan, sehebat apapun suatu negara tanpa diikuti ketahanan pangan maka akan melemah dengan sendiri apalagi kalau sering mengimpor bahan pangan dari luar jelas akan mempengaruhi kurs nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang dampaknya pernah kita rasakan ketika mengalami krisis moneter tahun 1998 di mana keadaan negara menjadi labil. Sebagai upaya penyadaran terhadap pembiasaan beragronomi bisa melalui instrumen Adiwiyata sekolah sebagai penghargaan dari Dinas Pendidikan terhadap sekolah yang memiliki tata kelola lingkungan yang baik atau bisa juga memaksimalkan peran media dengan menampilkan profil kegiatan  lingkungan di sekolah dengan rubrik khusus satu halaman penuh kalau di daerah melalui partisipasi koran lokal .

 Pembiasaan beragronomi bisa di mulai dari pembibitan. Apalagi secara ekonomi pembibitan tanaman sangat menguntungkan pihak sekolah di samping  bisa di tanam sendiri juga menjadi nilai tambah bagi sekolah karena tanaman yang di bibit dapat dikomersilkan, coba dibayangkan bila sekolah mampu menghasilkan tanaman jenis holtikultura seperti cabai ataupun juga tomat ataupun juga kangkung darat kalau itu di jual akan sangat berguna untuk melatih anak anak berinteraksi secara ekonomi sekaligus untuk menambah kas kegiatan sosial, maka setidaknya mereka sudah latihan menabung kalaupun itu dibagikan kembali pada anak juga membantu orangtuanya sebagai bumbu dapur. Selain itu bisa dikembangkan jenis tanam tanaman seperti kunyit,  kencur ataupun juga jahe, tanaman tanaman itu sangat berguna sebagai minuman dan obat, sehingga sangat dibutuhkan di pasaran, apalagi kalau kualitasnya baik tentu harga akan makin bertambah mahal.

            Ketika minat dan pengetahuan siswa dalam beragronomi tumbuh maka secara otomatis  karakternya akan terbentuk dari sebuah pembiasaan yang dilakukan sejak usia sekolah, ketika mereka makin dewasa akan makin memahami arti penting sebuah tanaman baik itu kecil maupun tanaman besar berbentuk pohon. Jadi untuk menjadi seorang petani hebat bisa tumbuh dari generasi yang terdidik sejak usia sekolah tidak harus dari keluarga petani, sehingga kreativitas dan inovasi dalam beragronomi akan terjadi dan lahir dari generasi generasi tersebut, yang multipier effecnya akan sangat luar biasa dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang secara otomatis akan berpengaruh terhadap politik kebijakan pangan di negeri ini, Selain itu pembiasaan beragronomi ditujukan juga untuk menyasar pola gerakan penghijauan yang kelihatannya hanya sebatas seremonial saja. Maka bila sejak dini karakter menanam ditonjolkan  akan terbentuk jiwa dan karakter untuk mencintai berbagai tanaman sehingga dalam jangka tertentu bisa sebagai solusi untuk menyelamatkan lingkungan dari keterancaman kepunahan, ketidakteraturan iklim yang menyebabkan bencana yang disebabkan karena tidak ada kecintaan lingkungan terutama pepohonan yang menjadi paru paru dunia.

Di tinjau dari disiplin ilmu, praktek menanam juga akan membentuk suatu karakter dan kepribadian yang teratur, tekun dan disiplin karena menanam itu membutuhkan ketelatenan dan harus paham karakter tanaman kalau ingin mendapatkan panen secara maksimal dan baik. Bila itu ditekankan maka akan sangat berpengaruh terhadap cara dan sikap belajar anak anak yang saat ini serba di cari mudahnya akibat penggunaan internet yang dikit dikit buka pakai google, jadi disinilah peran dari manajemen proses dalam kegiatan belajar mengajar yang ditransfer dari pembiasaan beragronomi di lingkungan sekolah, lewat proses yang natural akan menghasilkan output yang maksimal sehingga pendidikan mampu melahirkan insan insan handal, cerdas dan mandiri. (Syahirul, SE, Bekerja di SMP Muhammadiyah 1 Kudus).

 

 

 

 

 

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    syahirul alem

    berkarir sebagai wiraswasta, penulis dan pegawai.

    View all posts

    Add comment